Ahmad Dzakirin
Pengamat Timteng
Ketakutan dan paranoia rejim yang dibangun diatas tumpukan ribuan nyawa rakyat telah mencapai titik kulminasinya.
As Sisi memerintahkan pemasangan kamera pengawas atas 108.000 masjid di seluruh Mesir. Ini artinya akan ada ratusan ribu kamera pengawas yang terpasang di masjid dan ratusan ribu pasang mata yang dibutuhkan untuk mengawasi tingkah laku dan gerak gerik rakyat Mesir yang sedang beribadah. Pertanyaannya, berapa bujet yang dibutuhkan dan seberapa efektifkah kebijakan tersebut?
Tidak cukup itu, rejim teror menetapkan lisensi atas imam dan khatib di setiap masjid, namun tidak peduli dengan kesejahteraan mereka, apalagi menggajinya. Penambahan buku perpustakaan harus seijin kementeriaan Wakaf. Dan sudah pasti, memiliki atau membaca buku Ikhwan adalah tindakan kriminal.
Rejim yang kalut tidak lagi bisa membedakan urusan penting dan remeh, atau mendahulukan kesejahteraan rakyat diatas kepentingan keamanan.
Satu-satunya hal yang dipedulikan rejim yang berlumuran darah rakyatnya ini adalah tidak ada penantang kekuasaannya yang keji. Kematian dan pembunuhan atas lawan politik adalah pemandangan jamak di Mesir. As Sisi kini tidak hanya memberangus Ikhwan, namun juga para partner politiknya dari kalangan liberal, kiri dan kelompok salafi an Nur yang dulu mendukungnya. Kini, salah satu lembaga sosial terbesar milik kelompok Salafi ditutup atas alasan keamanan.
Jangan-jangan ini pula yang diinginkan Presiden Jokowi dan penasehat khusus Timur Tengah, Alwi Shihab yang menghendaki pembentukan blok Islam moderat Mesir dan Indonesia. Jika saya paham Presiden kita -maaf- setipe, "I do not know what I say", maka kita patut waspada keinginan orang-orang di belakang dirinya.[]
Post a Comment Blogger Facebook