Perseteruan Kemenpora dan PSSI diyakini menghabiskan kesabaran masyarakat. Hal ini terlihat dalam survei popularitas Juni 2015 yang diselenggarakan POS RONDA dan Diagonal Survei Indonesia. Dalam jajak pendapat tersebut, Kemenpora dan PSSI imbang pada urutan 13.666, dan ditempatkan lebih rendah dari kecoa terbang, hama wereng, tikus sawah, ataupun nyamuk demam berdarah. (photo courtesy iyaa.com)
JAKARTA, POS RONDA – Jajak pendapat mengenai tingkat popularitas skala nasional bulan Juni 2015 yang diselenggarakan oleh POS RONDA bekerja sama dengan Diagonal Survei Indonesia (DSI) menunjukkan hasil yang mengejutkan, dengan menempatkan dua lembaga yang tengah berselisih yakni Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Republik Indonesia dan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) berimbang pada urutan 13.666, satu peringkat di bawah kecoa terbang.
Direktur DSI, Hikman Mansyir, mengaku hasil ini menunjukkan fenomena yang luar biasa. Rupanya, masyarakat menganggap hama wereng yang selalu menjadi momok bagi petani lebih baik dibandingkan Kemenpora dan PSSI.
Dalam jajak pendapat ini, sebanyak 248.817 responden di seluruh Indonesia diminta untukmengurutkan apa pun (individu, mahkluk, atau lembaga) yang mereka anggap paling positif dan paling negatif, masing-masing sepuluhitem, dan sedapat mungkin menyertakan alasan mereka. Pilihan item yang masuk daftar positif mendapat penambahan poin, dan negatif dikenakan pengurangan poin.
“Dari berbagai hasil dan peringkat yang terbentuk, kami menganggap bahwa kasus ini yang paling menarik. Pada dasarnya Kemenpora dan PSSI memiliki nilai yang sama sehingga berbagi peringkat 13.666 yang termasuk rangkaian peringkat terbawah. Ibarat sepakbola, ada di zona degradasi,” jelasnya dalam konferensi pers di kantor POS RONDA, Jakarta, pagi ini (15/6).
Di peringkat tersebut, artinya popularitas kedua lembaga itu berada di bawah organisme-organisme yang menjadi momok masyarakat seperti hama wereng, tikus sawah, kumbang tomcat, nyamuk dengue dan kecoa. Peringkat Kemenpora dan PSSI memang berada di atas virus Ebola, anthrax, dan penyakit sifilis, namun perolehan suaranya tidak jauh berbeda.
Rendahnya peringkat ini diperkirakan oleh Hikman sebagai dampak dari kekesalan masyarakat terhadap konflik yang tidak berkesudahan di antara kedua lembaga tersebut. Meski masing-masing memiliki pendukung fanatik, rupanya dukungan tersebut tidak mendapat penerimaan positif dari para responden.
Menariknya, responden menilai bahwa ketidakpopuleran Kemenpora dan PSSI terletak pada figur yang memimpin lembaga itu. Imam Nahrawi dan La Nyalla Mattalitti, selaku Menpora dan Ketua PSSI, dianggap tidak berniat untuk memperbaiki situasi persepakbolaan Indonesia dan memilih untuk mengulur-ngulur perselisihan di antara keduanya.
“Para responden rupanya kesal dengan perselisihan Kemenpora-PSSI yang tidak kunjung selesai, hingga berakibat pada tidak jelasnya kondisi persepakbolaan Indonesia. Lebih spesifik, kekesalan itu ditujukan pada Menpora dan Ketua PSSI. Dari hasil pengamatan yang ada, beberapa responden bahkan sampai alergi. Badan mereka seketika demam dan gatal-gatal saat membaca, menulis, atau mendengar nama kedua orang tersebut,” papar Hikman lebih lanjut.
Hikman mengusulkan kepada Kemenpora dan PSSI untuk dapat bekerja sama dan bersama-sama mewujudkan harapan masyarakat Indonesia akan iklim persepakbolaan yang baik. Apabila tidak, kemungkinan besar posisi mereka akan kian terdepak lebih ke bawah pada survei-survei berikutnya. (SMG)
Post a Comment Blogger Facebook