Para relawan Indonesia yang baru kembali Kamis (25/6) dari misi pembangunan Rumah Sakit (RS) di Gaza, Palestina mengaku tak hentinya bersyukur. Panjatan rasa syukur itu mengalir dari belasan relawan karena mengingat betapa dilindunginya mereka dalam misi berbahaya itu.
"Kami mulai membangun tahun 2011. Suatu ketika sedang ada agresi Israel ke Gaza, jarak tempat kami membangun RS hanya sekitar 2,5 Km saja dengan lokasi peperangan," cerita Koordinator Sukarelawan Mer-C di Gaza Nur Ikhwan Abadi kepada Republika semalam.
Ikhwan mengatakan, para relawan yang berasal dari Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) ini pun akhirnya harus menetap di dalam RS yang sedang mereka bangun. Sembari menanti peperangan di luar usai, mereka terus berdoa dan mengerjakan segala macam sesuatu untuk mempercepat pembangunan.
Para relawan yang berjumlah puluhan itu tak berani keluar karena dari lokasi pembangunan RS yakni wilayah Bayt Lahiya, Gaza Utara armada perang darat Israel sudah terlihat. Alhasil, 51 hari lamanya para relawan yang direkrut dari Pondok Pesantren Al-Fattah, Bogor ini harus mendekam di dalam bangunan setengah jadi. Mulai dari makan, mandi, dan hidup mereka habiskan selama hampir dua bulan di dalam RS yang belum rampung tersebut.
"Tapi kami bersyukur, satu pun peluru zionis Israel tidak ada yang menyentuh bangunan rumah sakit ini. Sungguh perlindungan yang Maha Kuasa meridhoi berdirinya rumah sakit Indonesia untuk rakyat Gaza," papar dia. [yy/republika]
Post a Comment Blogger Facebook