Semut kura-kura kaca (Cephalotes specularis) – adalah seekor species semut yg diketemukan di Brazil oleh ahli serangga Dr Scott Powell dari the Columbian College of Arts and Sciences dan kawan-kawan peneliti Brazilnya – adalah sepsies semut pertama yg diketahui menggunakan mimikri visual untuk menjadi parasit buat semut yang lain, menurut sebuah karya ilmiah yg dipublikasikan pada Oktober 2014 dalam sebuah journal di American Naturalist.
Pekerja kasar dari Cephalotes specularis menyelusuri sebuah pohon lokal; menandai langit biru dan awan2 memantulkan gambarnya di bagian pantat semut ini. Image credit: Scott Powell.
Dr Powell pertama kali menemukan semut ini ketika melakukan studi lapangan di Brazil.
Dia memanjat pohon untuk mengamati ribuan semut inang hyper-aggressive ketika mereka sedang mencari makan, ketika dia mengetahui bahwa ada yg janggal.
“Sarang semut kura-kura kaca ini hanya berjarak beberapa cm dari sarang markas besar semut musuhnya.”
“Sang semut inang, Crematogaster ampla, menyusuri ribuan sistem jalan tol yg sibuk, menjatuhkan pesan kimia kepada rekan2 kerjanya sepanjang jalan.”
“Selama jam sibuk, semut kura2 kaca ini, yg jug aberwarna hitam, menyembul keluar dari sarangnya dan bergabung dengan cepat ke dalam lautan lalu lintas semut yg bergerak sangat cepat.”
“Ketika sampai di jarignan markas semut inang, semut kura2 kaca ini mulai menyamar ke dalam gerombolan semut pekerja musuh mereka dg cara memantulkan gerkan unik di tubuh mereka.”
“Para peniru ini bisa bepergian dalam jumlah besar tanpa diketahui karena mereka menumpang gelombang lalu lintas mengelabui semut inangnya.”
“Kebiasaan me mimick ini memungkinkan sang semut parasit berhasil menemukan dan mengeksploitasi sumber makanan inangnya.”
Dalam dunia mata-mata, bentuk baru dari sosial parasitisme ini memungkinkan sang semut kura2 kaca untuk mencuri makanan dari musuhnya.
“Aing bener-bener ambil gambar dua kali ketika pertamakali aing lihat spesies baru ini. Selagi aing balik maning, setelah melihat apa yg tampak sebagai kawanan raksasa inang semut, Aing baru tahu kalo ada beberapa pasang semut yg aing pelototin tidak mirip dengan yg lainnya. Setelah aing amati bolak-balik, Aing berhasil untuk menemukan kembali beberapa semut aneh di tengah massa semut inang, dan semuanya menjadi jelas dari sana,” ujar Dr Powell.
Kiri: pekerja Crematogaster ampla minor dalam posisi siap tempur di sebuah pohon lokal Cephalotes specularis. Kanan: Cephalotes specularis meniru postur inangnya, Crematogaster ampla. Image credit: Scott Powell et al.
Dia dan rekan-rekannya melakukan eksperimen tambahan untuk pengkarakteran lebih baik komponen2 berbeda dari interaksi antara parasit-inang dari specularis dan Crematogaster ini.
Mereka mengamati selagi semut kura2 kaca meninggikan punggungnya ke udara, meniru gaya khusus dari semut inangnya.
Mereka juga mengamati kemampuan khusus semut parasit untuk ‘menjatuhkan hormon kimia’ ke jejak perjalanan yg mengandung feromon sang inang.
Semut kura2 kaca bener-bener ahli dalam hal ini, malah, merekalebih canggih dalam menelusuri jejak kimia dari semut inang daripada pekerja semut inang sendiri.
Penelitian ini juga membongkar kenyataan bahwa semut kura2 kaca ini selama periode penyamarannya bisa menguasai 89 persen wilayah inangnya.
Dr Powell, yg merupakan pengaang utama dari karya ilmiah penelitian ini bilang: “dibalik faktor biologis semut bari ini yg menakjubkan, kelihatannya kita mempunyai sebuah jendela yg jarang ke dalam tahap awal dari sebuah evolusi parasitisme sosial, sebelum kaum parasit kehilangan banyak dari biologi gaya hidup bebasnya. Premis ini membantu kita untuk mengetahui lebih baik tekanan umum yg diterima sebuah spesies oleh gaya hidup parasit.”
_____
Scott Powell et al. 2014. Mimicry and Eavesdropping Enable a New Form of Social Parasitism in Ants. American Naturalist, vol. 184, no. 4, pp. 500-509; doi: 10.1086/677927
Post a Comment Blogger Facebook