Sekapur Sirih
Perjalanan diawali atas racun dari kang Hadi aka hadifjb yang mengajak aing untuk naik ke Gn Argopuro di akhir mei, racun ini sudah ditebar dari bulan Februari lalu. dan racun pun ditebar ke para pendjahat lainnya sehingga terlaksanalah trip kali ini, oke lanjut ke catper langsung aja yak
Gunung Argopuro terletak di Timur Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Probolinggo, gunung ini memiliki ketinggian 3.088 Mdpl dan merupakan gunung dengan jalur terpanjang di Pulau Jawa CMIIW, Gunung Argopuro juga disebut gunung seribu candi, hal tersebut ditandai dengan adanya bekas reruntuhan candi di Puncak Rengganis dan situs arca di area Puncak Argopuro.
Day 1
Sabtu, 24 Mei 2014
( Stasiun Gambir Jakarta Pukul 19.30 )
Para pendjahat Wisbenbae udah berkumpul di Stasiun ini, btw ada dua orang pendjahat yang baru aing kenal secara langsung disini, sebelumnya cuma kenal lewat omongan dari forum aja. setelah basa - basi sebentar ternyata kereta Sembrani yang akan kami tumpangi sudah tiba diperon, aing pun bergegas menaiki kereta tersebut dan mencari kursi pesanan aing . Oiya total Tim yang akan mendaki adalah 12 orang, 8 orang dari Jakarta dan sisanya akan bertemu di Surabaya nanti.
Day 2
Minggu, 25 Mei 2014
( Stasiun Pasar Turi Surabaya Pukul 06.30 )
Kereta tiba di Kota Surabaya, disini aing bertemu dengan rekan - rekan Wisbenbae lainya dan segera berkumpul di ruang tunggu stasiun untuk mempersiapkan perjalanan menuju Desa Baderan. Perjalanan menuju desa Baderan akan kami lalui dengan mobil ELF sewaan yang sudah diurus jauh - jauh hari oleh Nessa sebagai tuan rumah di SBY, ELF ini mampu menampung 15 orang sekaligus, namun karena bawaan kami banyak jadi empat seat paling belakang dijadikan tempat untuk meletakan tas kami, setengah jam kemudian kami bergerak menuju Desa Baderan.
Didaerah PLTU Paiton ELF yang kami sewa harus berhenti karena bannya Pecah, yak sekali lagi aing ulangin PETJAH BOOII!! pecah berantakan, aing rasa sih sebabnya gegara supir yang mirip artis Epy Kusnandar membawa ELF ini layaknya membawa supercar, sosorodotan wae serong kekiri - serong kekanan, mau tidak mau perjalanan jadi tertunda karena sang supir harus mengganti ban terlebih dahulu, yang sialnya ban penggantinya juga botak parah! usainya, sepanjang perjalanan jadi was was aja perasaan karena takut bocor lagi.
( Desa Baderan Pukul 14.10 )
Setelah hampir 5 jam perjalanan aing dan tim tiba di desa Baderan, desa terakhir sebelum pendakian Argopuro, sebenernya ada dua jalur umum yang biasa digunakan pada pendaki untuk mendaki gunung Argopuro, yaitu desa Bremi dan Baderan, nah aing dan tim berencana mendaki lewat desa Baderan turun lewat desa Bremi yang "katanya" jalurnya datar.....
Sesampainya, aing dan tim langsung repacking perabotan lenong lalu mesen makan siang di warteg sekitar situ, oiya dua org dari tim akan menyusul mendaki esok pagi, karena menunggu sodara nessa yang masih kerja pada hari ini dan akan tiba di desa Baderan tengah malam nanti, fyi ketiga orang tersebut memiliki dengkul sakti hasil latihan sama guru sito gendeng di bukit tengkorak yang dapat menyusul kami sampai camp site Cikasur esok hari , yang dimana jarak antara desa Baderan - Cikasur menurut penerawangan aing bisa lebih dari 10 jam..
Perjalanan akan aing lalui dengan menggunakan ojek sampai batas makadam (makadam itu jalan setapak yg disusun dari batu - batu ) karena akan mengirit waktu sekitar 2 jam untuk menuju camp site Mata Air 1 yang jika ditempuh akan memakan waktu sekitar 7 jam dengan berjalan normal dari Desa Baderan.
Ojek - ojek disini merupakan para ojek sakti mandra bokir! bukan main aing dibuat ngilu diboncengnya, tanpa ragu melibas jalur - jalur sesat licin dan cetar membahana.ckck biji anuan aing sampe melejit boi,HAHA kalo gak percaya silahkan dicoba...
( Batas Makadam Pukul 15.50 )
Perjalanan 25 menit yang sungguh menyiksa, sumpah kalo aja jalurnya lebih jauh lagi aing rasa bakal turun bero naik nih ojek -__-. Setelah melakukan pembayaran aing dan tim langsung mendaki menuju camp site Mata Air 1, perjalanan menuju Mata Air 1 terbilang cukup membuat ngos - ngosan, jalurnya menanjak tidak terlalu curam namun jalurnya tanah basah cenderung becek berlumpur dan licin, ditambah tak berapa lama berjalan aing dan tim diguyur hujan, yasudahlah yang namanya kepleset sih udah makanan enak sepanjang perjalanan ini.
benerin biji:
Sekitar 5 Jam berjalan, aing pun tiba di camp site Mata Air 1. Sesuai dugaan, camp site ini sangat penuh para pendaki, sehingga aing dan tim pun kehabisan lapak untuk mendirikan tenda, sempat terjadi pecah kongsi antara tim (ceilah pecah kongsi), jadi ada dua orang dari tim yang memutuskan untuk terus lanjut mencari tanah datar dan mendirikan tenda disana, sedangkan sisanya ada yang nge bivac dan aing sendiri ngecamp di jalur seperti pendaki lainnya karena memang udah pegel banget kaki untuk mencari tanah datar yang tidak tau ada dimana itu,haha
Langit bertabur bintang menambah keindahan di camp site ini, malam tidak terlalu dingin, tapi cukup membuat badan menggigil kalo bertelanjang dada diluar tenda *yailaaah , usai mendirikan tenda aing kembali memasak makan malam dan dilanjut dengan berbincang - bincang kecil. Temen aing si nanung membuka cerita, dia bercerita pernah bertemu pendaki yang membawa ayam dalam pendakianya kesuatu gunung dan ayam tersebut adalah ayam hidup, sebenernya ga salah sih, cuma niat aja bawa ayam idup ke gunung. Nah yang bikin lucu adalah keesokan paginya, disebelah tenda aing persis ternyata mereka membawa ayam idup kesini, tiga biji lagi! haha aing jadi gak enak hati ama nanung kalo aja semalem mereka denger perbincangan ane berdua, takut dikira nyinggung,haha
Day 3
Senin, 26 Mei 2014
( Camp Site Mata Air I Pukul 18.00 )
Aing terbangun dari tidur yang cukup nyenyak, pagi ini aing sarapan dengan nasi dan kripik kentang, Perjalanan menuju Cikasur masih teramat jauh dan yang pasti ane butuh asupan makanan yang banyak,haha *emang dasar laper aja sih boi. Tak lama kemudian, terdengar samar raungan suara motor dari penduduk sekitar, aing dan rombongan lain yang kebetulan camp di jalur langsung gelagapan, lantaran belum packing perabotan lenong masing masing. Tapi dengan sedikit paksaan, penduduk sekitar pun dapat melewati jalan dengan lancar.
Raungan sepeda motor penduduk terlihat sangat keras terdengar, itu pertanda jalur didepan yang akan kami hadapi adalah tanjakan yang cukup terjal. weh weh weh jadi makin galau mau lanjutin perjalanan karena udah jiper dengar suara raungan motor penduduk itu.
Sekitar jam 07.30 aing pun melanjutkan perjalanan menuju camp site selanjutnya yaitu Cikasur, perjalanan menuju Cikasur cukup menantang, usai Mata Air I kita akan langsung disugguhkan tanjakan yang cukup panjang, sebenenrnya perjalanan akan lebih mudah apabila tanah yang kita pijak tidak berlubang ditengahnya, lubang yang dimaksud adalah lubang yang membentuk jalur seukuran roda motor atau satu telapak kaki, karena jalur yang dilalui seperti ini maka perjalanan akan menjadi lebih sulit, pertama kita harus berjalan bak supermodel untuk melaluinya, atau memilih jalan mengangkangi lubang tersebut, aing sendiri pilih berjalan bak model, bukan karena aing mau jadi model, tapi karena jalananya licin cuy
( Camp Site Mata Air II Pukul 10.00 )
Setelah berjalan kurang lebih selama dua jam, aing tiba di camp site kedua yaitu Mata Air II, Mata air terakhir yang akan ditemui sepanjang perjalanan menuju Cikasur, disini aing beristirahat sekitar 1 jam untuk mengisi air dan memakan sedikit cemilan, gile baru dua jam jalanya aja perut udah kerucukan boi!!
nanung alias agus anjasmara:
Perjalanan kembali aing lanjutkan, setelah sebelumnya aing mengobrol dengan pendaki yang turun, kata doi untuk menuju ke Cikasur aing akan menemui sekitar 10 Sabana, nah Sabana ke 11 itu adalah Cikasur, njirrr aing dengernya jadi males, tau gitu gak usah nanya,hahaha
Disini mulai muncul quotes "yang bilang Argopuro itu landai siapaaa??" kenapa? karena kalo dituliskan jalurnya adalah naik turun bukit melipirin bukit, naik lagi, turun lagi, naik lagi, turun lagi, dataran dikit, naik lagi, dataran dikit, turun lagi dan lalala yeyeye lalala yeyeye begitu seterusnya sampai Cikasur, jadi yang bilang landai itu bohonnnggg, landainya gak seberapa hiks
( Alun - Alun Kecil Pukul 12.00 )
Alun - Alun kecil adalah sabana pertama yang aing jumpai di Argopuro, sabana yang cukup indah dimana terdapat satu pohon ditengahnya dan dijadikan tempat berteduh para pendaki yang beristirahat, tampak dari kejauhan beberapa teman aing sedang beristirahat dibawahnya, ya aing emang selalu paling belakang jalanya, maklum dengkul aing bukan dengkul racing hahaha, disini juga banyak dandelion, pohon yang ada bulu - bulu warna putih di kepalanya dan kalo di tipi - tipi suka di tiupin biar terbang putih - putihnya
Di alun - alun kecil aing bersitirahat sekitar 30 menit, untuk melemaskan otot yang mulai menegang, karena perjalanan menuju Alun - alun kecil cukup membuat dengkul dan ujung - ujung jari aing cenat - cenut, terlebih turunan terakhir sebelum alun - alun, cukup curam dan licin, aing pun sempet kepleset beberapa kali pas menuruninya.
tongkat najis:
Sekitar jam dua aing pun melanjutkan perjalanan menuju Cikasur dan akan mampir sebentar untuk makan siang di Alun - alun Besar, Perjalanan menuju Alun - alun Besar tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, menanjak dan melipir bukit yang tetep bikin kaki cenat cenut.
( Alun - Alun Besar Pukul 13.30 )
Diperjalanan menuju alun - alun besar akan dijumpai pohon jancukan. pohon yang daunya menyeramkan serta berduri ini katanya bikin kulit panas kalo terkenanya. Jadi saran kalo mau ke Argopuro gunakanlah baju lengan panjang dan celana panjang untuk menghindari terkena pohon tsb. Sekitar pukul 13.30 aing tiba di Alun - alun Besar, alun alun besar merupakan sabana yang cukup luas dan dikelilingi oleh pepohonan, sangat indah sekali, karena memang kalo diperhatikan bukit - bukit yang terdapat di alun - alun besar ini mirip dengan walpaper windows xp hahaha
Setelah makan siang aing pun melanjutkan perjalanan kembali menuju Cikasur, perjalanan menuju Cikasur dari alun - alun besar masih sama seperti jalur sebelumnya, masuk hutan, keluar, lalu ketemu sabana, kemudian masuk hutan lagi dan begitu seterusnya, hingga pada akhirnya aing pun tiba di Cikasur pada pukul 16.30
( Cikasur Pukul 16.30 )
Akhirnya setelah 9 jam berjalan dari camp site Mata Air I aing tiba juga di Cikasur, kaki aing pegel banget asli pas sampe sini, rasanya udah mager aja mau ngapa - ngapain -_-. oiya Cikasur ini menurut sejarahnya dulu digunakan sebagai landasan pacu pesawat pada masa penjajahan Jepang, disini juga terdapat bangunan yang sudah rusak dan konon (jangan dibalik bacanya) katanya bekas tempat pemenggalan kepala orang
Gak lama berselang, rombongan nessa yang pagi ini menyusul dari Baderan tiba, buseeeeeeeeeeet bener - bener dengkul racing, cuma beda 30 menit sama aing yang berangkat dari Mata Air I. Bener - bener muridnya sito gendeng nih 3 orang ini,ckckck
Menjelang senja pemandangan di Cikasur cukup indah, kabut yang menutupi separuh sabana menambah kecantikan pemandangan sore ini, cuaca sore pun mulai mendingin, usai mendirikan tenda aing pun memasak makanan, menu malam ini cukup unik yaitu roti cane, roti yang seumur hidup baru aing makan disini, dan ternyata enak juga ya roti cane itu
Day 4
Selasa, 27 Mei 2014
( Cikasur Pukul 06.00 )
Matahari mulai menunjukan sinarnya di sebelah timur alun - alun cikasur, aing pun bergegas keluar tenda dan mengabadikan moment tersebut, suhu pagi ini cukup dingin namun tidak menyurutkan niat aing untuk menyaksikan pemandangan mempesona pagi itu.
hari ini aing dan tim akan melanjutkan perjalanan menuju camp site berikutnya yaitu Rawa Embik, sebuah camp site yang sangat dingin karena posisinya berada di lembahan antara dua bukit. Sekitar pukul 08.30 aing pun melanjutkan perjalanan menuju Rawa Embik
Selepas Cikasur, perjalanan menuju Rawa Embik masih sama seperti hari kemarin, didominasi sabana, hutan, sabana dan hutan, ya begitu seterusnya sampai Rawa Embik -__-, bedanya dijalur sebelum Pos Cisentor banyak ditumbuhi pohon jancukan, rasa - rasanya sepanjang perjalanan di Argopuro disinilah paling banyak dijumpai Pohon jancukan yang memang djancuuuuk
( Cisentor Pukul 11.30 )
Setelah tiga jam berjalan aing tiba di pos Cisentor, pos yang biasa dijadikan camp site terakhir pendaki yang akan melakukan summit attack. Tapi tidak untuk tim kami, karena kami akan turun melalui jalur trabasan atau potong kompas yang dimana jalur tersebut dekat dengan puncak Argopuro. jadi kalau pendaki yang camp di pos Cisentor untuk turun menuju campsite terakhir yaitu Danau Taman Hidup, melalui jalur normal bisa ditempuh sekitar 8 - 9 Jam tergantung dengkul . sedangkan jika melalui jalur trabasan atau jalur potong kompas menuju Danau Taman Hidup dapat ditempuh dengan waktu 5 - 6 jam.
Di Pos cisentor aing dan tim beristirahat sebentar, sekedar meluruskan kaki yang udah mulai linu karena jalurnya yang panjang dan melipir. sekitar pukul 12.00 aing dan tim melanjutkan perjalanan menuju Rawa Embik
( Rawa Embik Pukul 14.00 )
Sekitar dua jam berjalan akhirnya aing tiba di Rawa Embik, dengan gegap gempita aing berkata Alhamdulillahhh!!! perjalanan dari Cisentor sampai Rawa Embik memang terbilang tidak sejauh Cikasur - Cisentor, tapi karena panas yang menyengat serta perut yang mules membuat perjalanan saat itu berat banget,haha
Oiya di Rawa Embik terdapat sungai kecil yang aliran airnya cukup deras, katanya sih kalau musim kemarau sungai ini kering, jadi bagi yang ingin camp disini saat musim kemarau ada baiknya membawa stock air yang banyak dari Cisentor.
Di Rawa Embik sebenrnya kurang cocok untuk campsite *menurut aing , soalnya tanahnya miring dan angin yang berhembus cukup dingin, belum lagi kalau ada hujan sudah pasti ini jadi aliran air hujan.
Menjelang malam aing pun mulai memasak makanan untuk makan malam, dimana makan siang dirapel sama makan malem sambil menikmati malam di Rawa Embik. Malam ini adalah malam Terdingin selama camp di Argopuro, si nanung rekan aing tidur sampe lebay, bersuara "brrrr brrr brrr dinginnnnn" *bayangin sendiri gimana deh cara ngomongnya* aing pun menimpa kakinya dia dengan maksud biar anget, eh dia malah bilang *sakiiiiit* dengan manja, hoeks tailah lu nung! hahaha
Post a Comment Blogger Facebook