Mengapa syiah dinamakan rafidhah? Karena saya baca tulisan, syiah disebut rafidhah? Apa kaitannya kata syiah dg rafidhah. Terma kasih…
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Rafidhah [arab: الرافضة] secara bahasa dari kata rafadha – yarfudhu [رفض - يرفض] yang artinya menolak, tidak menerima. Rafidhah berarti orang yang menolak.
Mengapa mereka disebut rafidhah (orang yang menolak)?
Mengenal Imam Zaid bin Ali bin Husain
Sebelum menjawab ini, kita perlu berkenalan dulu dengan salah satu tokoh ulama ahlul bait, yang bernama, Zaid bin Ali bin Husain, cicitnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Ayah beliau, yaitu Ali bin Husain (cucu Ali bin Abi Thalib) adalah ulama besar yang dikenal ahli ibadah, sehingga digelari Zainul Abidin (hiasan para ahli ibadah).
Beliau adalah saudara Abu Ja’far al-Baqir yang diklaim sebagai imam syaiah. Zaid bin Ali termasuk ulama generasi Tabi’ Tabiin, yang pernah berguru kepada Urwah bin Zubair dan Ubaidillah bin Abi Rafi’. (Siyar A’lam an-Nubala’, 5/389).
Di masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik, khalifah bani Umaiyah ke-10, dia menunjuk Yusuf bin Umar untuk menjadi gubernur di Irak. Wilayah kekuasaan Yusuf meliputi Kufah.
Suatu ketika, terjadi ketegangan antara Zaid bin Ali dnegan Yusuf bin Umar. Hingga mereka dipanggil untuk menghadap khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Setelah dialog, khalifah Hisyam marah terhadap Zaid bin Ali dan demikian pula sebaliknya. Hingga Hisyam menyuruh Zaid untuk keluar istana.
Setelah kembali ke Kufah, banyak rakyat Kufah yang mendukung beliau dan mencalonkan beliau untuk dibaiat sebagai khalifah.
Kembali ke Nama Rafidhah
Bertolak dari salah satu versi kisah sengketa di atas, kita kembali pada latar belakang penamaan Rafidhah.
Setelah berkumpul banyak orang yang membaiat Zaid bin Ali, tiba-tiba beliau mendengar ada sebagian di kalangan mereka yang mencela Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma. Seperti yang kita tahu, Kufah adalah basis syiah sejak masa silam.
Mendengar celaan itu, spontan beliau menegurnya dan mengingkari perbuatan mereka. Hingga mereka yang mencela Umar, memisahkan diri dari komunitas yang telah membaiat Zaid bin Ali.
Versi keterangan ini disebutkan oleh Imam Abul Hasan al-Asy’ari dalam karyanya Maqalat al-Islamiyin. Beliau mengatakan,
فلما ظهر في الكوفة في أصحابه الذين بايعوه سمع من بعضهم الطعن على أبي بكر وعمر ، فأنكر ذلك على من سمعه منه ، فتفرق عنه الذين بايعوه فقال لهم : رفضتموني ، فيقال إنهم سموا رافضة لقول زيد لهم رفضتموني
Ketika telah berkumpul orang-orang yang membaiat beliau di Kufah, tiba-tiba beliau mendengar sebagian di kalangan mereka mencela Abu Bakar dan Umar. Beliapun mengingkari orang yang mencela itu. Lalu mereka memisahkan diri dari jamaah yang telah membaiat beliau. Hingga beliau mengatakan kepada mereka:
رفضتموني
“Kalian menolakku?”
Sehingga merekapun digelari Rafidhah. Diambil dari perkataan Zaid bin Ali [رفضتموني] ‘kalian menolakku?’ (Maqalat al-Islamiyin, hlm. 65).
Keterangan yang sama juga disampaikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,
وإنما سموا رافضة وصاروا رافضة لما خرج زيد بن علي بن الحسين بالكوفة في خلافة هشام فسألته الشيعة عن أبي بكر وعمر فترحم عليهما فرفضه قوم فقال رفضتموني رفضتموني فسموا رافضة
Mereka dinamakan rafidhah dan menjadi rafidhah ’sang penentang’ karena ketika Zaid bin Ali bin Husain memberontak di Kufah di masa kekhalifahan Hisyam, orang-orang syiah bertanya kepada beliau, bagaimana komentar beliau terhadap Abu Bakar dan Umar. Kemudian Zaid bin Ali mendoakan kebaikan untuk Abu Bakar dan Umar. Sehingga sekelompok kaum menolak beliau, lalu Imam Zaid mengatakan kepada mereka ’rafadhtumunii’ apakah kalian menolakku? Sehingga mereka disebut rafidhah. (Minhaj as-Sunah an-Nabawiyah, 2/96).
Sisi Lain Sejarah
Setelah peristiwa itu, kelompok Zaid bin Ali terpecah menjadi dua:
Satu kelompok membelot dan menolak beliau dan mencabut baiatnya. Mereka mengkafirkan Abu Bakar, Umar, dan seluruh sahabat lainnya, selain yang mereka kecualikan. Itulah kelompok syiah rafidhah yang saat ini berkembang di Iran, Irak, Lebanon, dan yang membantai rakyat Suriah. Kelompok inilah yang saat ini sedang digencarkan untuk dilestarikan di Indonesia.
Satu kelompok tetap setia dengan Imam Zaid bin Ali. Mereka tidak mengkafirkan Abu Bakar, Umar, maupun sahabat lainnya. Mereka mengakui mereka semua manusia terbaik yang akan menduduki derajat yang tinggi di surga. Kelompok ini disebut Zaidiyah. Sebagian ulama menolak untuk menyebutnya sebagai syiah. Karena mereka snagat jauh berbeda dengan syiah rafidhah. Kelompok Zaidiyah banyak berkembang di Yaman.
(Minhaj as-Sunah an-Nabawiyah, 1/35).
Allahu a’lam
Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)
Follow @wisbenbae
Post a Comment Blogger Facebook