GuidePedia

0

INI lagi anggota Partai Karya Peduli Janda, diarak warga. Soalnya Marsudi, 52, memang kelewatan. Sudah berulangkali ditegur warga, masih terus mengumpul-keboi janda Maryati, 38. Tak mau kampungnya dijadikan arena bordil, Marsudi – Maryati pun diajak pawai bersama, bersama-sama ke balai desa.


Meski tak pernah diverifikasi oleh KPU, Partai Karya Peduli Janda (PKPJ) tumbuh subur di mana-mana. Tanpa platform politik, tanpa AD/RT sebagai pengatur organisasi, banyak orang yang jadi anggotanya, baik yang terang-terangan maupun gelap-gelapan. Sebab kata para praktisinya, jadi anggota PKPJ memang enak. Meski tak ada wakilnya di DPR, tapi sudah bisa mengajak si janda studi banding ke mana-mana, bahkan tidur berdua-dua.

Marsudi warga Desa Woro, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, adalah anggota PKPJ tanpa kartu anggota. Namun demikian dia sangat mencintai organisasi tanpa bentuk ini, bahkan diamalkan secara konsekuen. Artinya, Marsudi memang sangat, sangat peduli pada janda. Terutama yang cantik, seksi dan muda. Yang tua-tua dan berusia 55 tahun ke atas, nggo apa (tak berguna)!

Sesuai dengan nama partai, jika sudah peduli dengan si janda, keduanya lalu “berkarya”. Berkarya apa sajalah, yang penting mengusir rasa galau, sehingga tidak perlu menjadi jomblo. Lalu apa persamaan antara “jomblo” bahasa kawula muda, dengan “jomblo” dalam Bahasa Jawa? “Jomblo” dalam Bahasa Jawa adalah: kelapa busuk di pohon karena dikencingi bajing. Sedangkan “jomblo” dalam bahasa gaul adalah: wanita yang galau karena lama tak “dikencingi” bajingan lelaki!

Nah, janda Maryati termasuk salah satu wanita yang sangat galau tersebut. Sebagai tetangga dekat, jelas Marsudi tahu persis gelagat si janda yang haus asmara itu. Lantaran bodi dan penampilan si janda sangat menjanjikan, Marsudi pun menjadi sangat peduli. Artinya, kapan saja siap menjadi mitra koalisinya. “Tapi nggak boleh nuntut kursi mentri lho ya,” begitu kata Marsudi.

Demikianlah, bila situasinya sangat kondusif, Marsudi yang sudah punya istri dan sejumlah anak itu menyelinap ke rumah sijanda, dalam rangka membangun koalisi senyap. Maksudnya, koalisi secara diam-diam, tapi terus “berkarya” secara berkelanjutan. Cuma Marsudi ini keterlaluan, siang hari pun mengajak berkoalisi, berkarya demi anak bangsa.

Warga yang cinta perdamaian, telah mencoba mengingatkan Marsudi. Ternyata tak digubris. Ya sudah, sebulan lalu keduanya digerebek saat sedang nanggung di dalam sarung. Lagi-lagi ini sekedar peringatan warga, jangan sampai mengulang kesalahan yang sama. Bukankah keledaipun pernah berjanji, takkan dua kali masuk lobang yang sama.

Ternyata Marsudi lebih tolol daripda keledai. Sebulan tidak masuk lobang, mulut jadi terasa asem. Dua Mar itu kembali bersepakat jadi keledai, masuk ke lobang yang sama untuk kesekian kalinya. Dan untuk kedua kalinya warga menggerebek. Kali ini ketegasan diberlakukan. Malam itu juga mereka diarak ke balai desa, untuk diberi sanksi seperlunya, tanpa melibatkan kepolisian.

Koalisi kumpul kebo, yang full sundang-sundangan, tentunya. (JPNN/Gunarso TS) 
 SumberLihat yg lebih 'seru' di sini !

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top