Dari waktu ke waktu, ummat Islam di berbagai negara menunjukkan angka perkembangan yang sangat menonjol. Bahkan boleh dibilang, saat ini keberadaan kaum muslimin sudah merata di setiap negara. Populasi umat Islam di jagad raya saat ini mencapai 1,6 miliar orang. Bahkan kawasan Asia-Pasifik disebut-sebut sebagai rumah bagi sebagian besar muslim di dunia (mencapai 62%). Selain itu, 20% umat Islam tinggal di Afrika Utara, dan hampir 16% berada di sub-Sahara Afrika.
Pengalaman dari sejumlah mahasiswa asal Aceh yang melanjutkan studi di luar negeri makin memperkuat keyakinan bahwa Islam semakin diterima dan berkembang begitu cepat dalam kehidupan penduduk dunia. Jadi, sekarang Islam bukan cuma dominasi penduduk di Jazirah Arab semata, melainkan terdistribusi dengan begitu cepatnya di berbagai benua dan negara.
Nazli Ismail Phd, dosen FMIPA Unsyiah yang sempat selama lima tahun menetap dan menyelesaikan program S-3 di Uppsala, Swedia mengisahkan, di negara tersebut ummat Islam tercatat lebih dari 250.000 jiwa. “Menyangkut perkembangan Islam di Swedia, saya kira, sangat cepat dan sangat bagus. Setiap minggunya, di masjid atau mushalla dekat tempat tinggal saya, ada saja orang yang menyatakan masuk Islam. Alhamdulillah, Islam menjadi agama terbesar dalam jumlah penghuninya di Swedia hingga kini,” terangnya.
Di Swedia, tambah Nazli, hukum sangat terlindungi di kalangan masyarakatnya. Salah satu bukti nyata adalah setiap warga negara, termasuk kaum muslimah boleh mengenakan jilbab atau pakaian Islam dalam aktivitas keseharian. Mengenai waktu perkembangan Islam secara pesat, menurut informasi yang diperoleh Nazli adalah di era tahun 60-an. Dakwah yang dilakukan pendatang muslim dari sejumlah negara seperti Turki, Iran, Somalia, dan Palestina semakin menumbuhkembangkan syiar Islam di wilayah itu. “Sebetulnya, Islam sudah datang ke Swedia pada saat Perang Dunia Pertama. Namun, perkembangannya ketika itu masih sangat lambat,” ulasnya.
Kemeriahan syiar dan dakwah Islam di Swedia, papar Nazli Ismail, makin menggeliat ketika bulan Ramadhan tiba. Pengurus masjid atau mushalla sengaja mendatangkan para imam terkenal dari Inggris. Saat waktu berbuka puasa menjelang, rumah Allah dipenuhi ratusan muslim yang sengaja datang dari berbagai kota. Makanan untuk berbuka juga disedekahkan oleh banyak orang yang ingin berlomba-lomba mencari tambahan pahala di bulan yang penuh berkah tersebut.
Syiar Islam makin tampak tatkala shalat tarawih yang diimami figur kharismatik dari komunitas muslim Inggris. “Seingat saya, sebulan shalat tarawih, satu al-Quran bisa tamat. Ini artinya, tiap malam tarawih imam melantunkan 1 juz tuntas. Jamaah juga terkadang membludak hingga ke luar masjid. Bahagia sekali,” kenangnya.
Rasa haru dan bahagia juga tampak di Hari Idul Fitri maupun Idul Adha. Sebagai perantau, para mahasiswa Islam dari berbagai negara melaksanakan shalat ‘Ied dan selanjutnya dengan mengenakan pakaian adat dari negara masing-masing melakukan silaturahmi. Nuansa ukhuwwah islamiyah dan kekompakan begitu mengental.
Zakiah, warga Aceh yang beberapa waktu lalu berkunjung ke Thailand, Singapura, dan Malaysia menuturkan, ada kerinduan yang sangat mendalam bagi umat Islam yang sedang berada di negara minoritas Islam untuk mendengar kumandang azan setiap waktu shalat tiba ataupun bersilaturahmi dengan sesama muslim. Walaupun masjid maupun mushalla (surau) sangat terbatas seperti di Thailand maupun Singapura, tapi tempat ibadah uimmat Islam itu tetap ramai dikunjungi kaum muslimin.
Diungkapkan, aktivitas pasar sangat padat di negara jiran tersebut. Ribuan pembeli berjejal memenuhi tempat jual-beli yang. Meski umat Islam di Singapura tak terlalu banyak, tetapi yang makin mengagumkan, adalah ketika dirinya berada di kawasan Mal Mustafa yang namanya sangat tersohor dalam kancah perdagangan. Waktu ketika itu pukul 13.16 siang waktu Singapura. Tiba-tiba dari Masjid An-Angulia yang berada sekitar 50 meter dari mal, terdengar suara azan Zuhur. Dan, yang sangat mengagumkan, ratusan ummat Islam langsung menuju masjid.
Suraji bin Salam, pemandu wisata asal Subang Jaya, Malaysia menjelaskan, di negara Thailand, minoritas muslim masih mendiami empat provinsi, yaitu Pattani, Yala, Satun, dan Narathiwat, juga termasuk sebagian dari Provinsi Songkhla. Seluruh provinsi ini dulunya termasuk wilayah kesultanan Pattani. Meskipun ummat Islam di sana minoritas, tetapi semangat keberagamaan di kalangan orang Islam masih sangat kuat. Rasa ukhuwah dan kerinduan senantiasa terjelma dalam kehidupan umat Islam. “Jalinan cinta kasih dan persaudaraan akan semakin tampak saat umat Islam sama-sama menjalankan ibadah shalat lima waktu, baik di mushalla maupun masjid yang ada. Perkembangan Islam, baik di Malaysia, Thailand, maupun Singapura juga sangat menggembirakan,” ulasnya.
Perkembangan Islam yang sangat pesat juga kian terlihat di Arab Saudi. Nurhayati, seorang warga Banda Aceh yang belum lama ini melakukan ibadah umrah di Tanah Suci menyebutkan, setiap hari Masjidil Haram di Mekkah maupun Masjid Nabawi di Madinah dijejali ribuan jamaah. Suasana spiritual sangat terasa. Praktis, setiap waktu jamaah yang melakukan thawaf maupun ibadah lainnya di seputar kota suci bagi ummat Islam itu begitu sesak dan padat.
Banyak ketakjuban yang membuat nilai-nilai keimanan makin bertambah, menurut Nurhayati, saat ummat Islam melakukan ibadah di Tanah Suci. Apalagi, berbagai suku bangsa dengan aneka perilaku bersatu di sini. Namun, karena terikat dalam satu ukhuwwah islamiyah, semuanya kompak dan saling bantu-membantu. “Saya kira, momentum berkumpulnya ummat Islam dari seantero dunia semakin mengisyaratkan bahwa Islam telah berkembang pesat, baik di Benua Asia, Afrika, Eropa, Australia, bahkan Amerika,” timpalnya.
Begitulah. Kini geliat perkembangan Islam semakin terjelma dalam kehidupan masyarakat dunia. Bahkan, termasuk penduduk di Barat, makin membutuhkan sentuhan Islam untuk menemani kehidupan mereka yang selama ini gersang dari nilai-nilai spiritual. Dalam konteks ini, kehadiran Islam sangat diharapkan oleh mereka. (hil)
Follow @wisbenbae