Ketika seseorang menyebut nama Zionis-Yahudi, maka benak masyarakat tentang bangsa tersebut adalah bangsa yang kuat, cerdas, bangsa pilihan tuhan dan menjadi penguasa ekonomi, politik dan militer hampir di seluruh negara-negara di dunia. Memang bangsa ini merupakan kaum yang banyak diselubungi mitos dan kedustaan. Beberapa mitos yang terus dipelihara hingga kini dan terus disebarluaskan lewat corong-corong media massa yang dikuasainya.
Mitos lainnya yang melekat pada kaum Yahudi adalah bahwa mereka merupakan korban terbesar Perang Dunia II lewat peristiwa pembantaian massal yang dilakukan Nazi-Jerman lewat apa yang dinamakan Holocoust (The Final Solution). Hal ini kemudian menjadi dalil bagi mereka bahwa bangsa Yahudi sebagai kaum yang terdholimi yang pantas untuk di beri tempat untuk berkembang.
Dari segi kekuatan militer, mitos yang paling banyak digembar-gemborkan kaum Zionis, adalah klaim bahwa tentara Zionis-Israel merupakan tentara yang paling canggih peralatannya, paling kuat staminanya, paling berani nyalinya, paling cerdik strateginya, dan paling hebat segala-galanya.
Banyak kalangan tertipu dengan mitos tersebut sehingga tidak jarang mereka memberikan dukungan dan fasilitas kepada bangsa penipu itu.
Bahkan di Indonesia, banyak kalangan yang terkecoh dengan promosi dari Zionis yang menyebutkan bahwa senjata buatan Israeli Military Industries (IMI) merupakan yang terhebat di dunia. Beberapa tahun lalu kita tentu pernah mendengar kontroversi pembelian sejumlah senjata api buatan Israel yang dilakukan militer kita.
Di negara Israel sendiri, sesungguhnya ada beberapa orang yang ‘tercerahkan’ dan bisa memberikan penilaian dengan dengan jernih tentang kebobrokan negara dan pemerintahan Zionis itu. Mereka menulis, melakukan aksi-aksi perdamaian, dan berorasi di berbagai negeri untuk membangkitkan kesadaran sesama Yahudi dan umat manusia umumnya, supaya berhenti mendukung Zionisme. Kelompok “Women in Black” misalnya. Mereka secara rutin melakukan aksi berdiri dalam diam dengan mengenakan pakaian hitam-hitam, sambil membawa spanduk-spanduk anti penjajahan Palestina. Tak pelak, mereka dikata-katai sebagai ‘pelacur’ dan ‘pengkhianat’ oleh orang-orang Israel sendiri.
Uri Avnery dan Gilad Atzmon adalah dua penulis Israel yang sering menyuarakan kritik terhadap pemerintahan Zionis. Dalam tulisan yang berjudul”Why Israel Will Not Attack Iran”, Avnery dengan gaya khasnya menyebut Israel bagaikan anak sekolah yang mengancam gurunya dengan mengatakan :“Hold me back, before I break his bones!”. Dalam bahasa terjemah bebasnya: “gue serang elo nih… ayo, coba tahan gue, gue serang nih, sekarang!. tapi itu semua cuma omong kosong”.
Zionis-Yahudi “cerdas” membolak-balikkan fakta
Kebiasaan membolak-balikkan fakta tersebut bukanlah hal yang baru bagi bangsa tersebut. Kitab suci yang merupakan wahyu Allah mereka ubah dengan tangan mereka dan mengatakan bahwa ini dari Allah. Mereka mengelabuhi para pengikutnya agar takjub kepadanya dan memberikan bantuan materi dari jasa-jasanya.
Salah satu dari sekian aksi licik mereka adalah ketika terjadi insiden “Mavi Marmara” di wilayah perairan internasional antara Turki dan Gaza. Tentara Zionis-Yahudi yang telah jelas-jelas melanggar HAM dengan menyerang masyarakat sipil tak bersenjata di sebuah perairan internasional dibawah hukum internasional. Tapi dengan kekuatan media yang mereka kuasai, dengan mudahnya mereka membolak-balikkan fakta tersebut.
Mereka menyebarkan berita bohong di media-media bahwa merekalah yang diserang dengan senjata api oleh para relawan, padahal sebilah pisaupun tidak dimiliki oleh para relawan. Kalaupun tentara Yahudi itu diserang oleh relawan, tentunya hal itu sangat wajar karena mereka datang seperti penyamun dan membajak kapal.
Merekapun berkilah bahwa tentara Israel tidak akan membiarkan siapapun yang mengganggu kedaulatan negaranya. Padahal para relawan datang bukan untuk menyerang Zionis, tapi untuk memberi bantuan kepada penduduk Gaza yang kelaparan. Bahkan Zionislah yang mengganggu kedaulatan laut Gaza. Zionis tidak memiliki hak untuk mengendalikan perairan teritorial milik Gaza apalagi untuk menghentikan armada bantuan yang datang yang masuk di perairan Gaza.
Zionis- Yahudi Bangsa Penakut
Kalau kita lihat sejarah, sejak dahulu bangsa yahudi memang penakut. Mereka pernah menolak janji Allah yang memastikan kemenangan jika mau berperang bersama Nabi Musa. Kisah ini membuktikan sebenarnya Yahudi adalah bangsa penakut, pesimis, tamak terhadap dunia, dan lebih memilih hidup hina daripada mati mulia.
Israel adalah salah satu negara yang menolak menandatangani kesepakatan pembatasan nuklir di dunia. Padahal bangsa itu sangat reaktif ababila ada negara lain yang mengembangkan nuklir, walaupun bukan untuk persenjataan. Zionis adalah negara yang paling keras suaranya apabila ada negara lain yang mengembangkan nuklir.
Penyerangan terhadap relawan di kapal Mavi Marmara adalah bukti kepengecutan yahudi. Relawan yang tak bersenjata di serang dengan persenjataan lengkap. Ketakutan yang berlebihan akan adanya senjata yang diselundupkan di kapal tersebut memperkuat bukti paranoidnya. Menurut statemen mereka sendiri bahwa mereka melarang selempeng besipun masuk di Gaza termasuk semen dan benda yang dianggap berbahaya, mereka takut para pejuang Hamas menjadikannya sebagai senjata. Padahal mereka dengan bebasnya membuat senjata nuklir.
Suka melanggar dan ingkar janji
Penyerangan atas Mavi Marmara di perairan bebas internasional adalah melanggar hukum internasional. Penggunaan bom cluster, pembunuhan masyarakat sipil tak bersalah, penyiksaan dan pemerkosaan wanita dalam penjara adalah pelanggaran atas konvensi Jenewa. Tapi bagi Zionis yahudi itu hal biasa. Berbagai perjanjian telah disepakati antara Zionis dengan Palestina, semua berakhir dengan pengkhianatan oleh Zionis- Yahudi.
Dalam Al-Quran, kisah penghianatan mereka terhadap para nabinya adalah bukti pengingkaran janjinya kepada pemimpinnya. Karenanya akan sangat aneh jika masih ada pemimpin Islam yang berharap banyak untuk mengadakan perjanjian dengan Israel, seolah-olah lupa dengan fakta yang ditulis dalam Al Quran dan fakta sejarah kenabian. Jika kita membaca ulang sejarah Yahudi dalam Sirah Nabawiyah, maka akan ada kesimpulan utuh bahwa sejarah Yahudi adalah sejarah pembangkangan dan pengkhianatan.
Paling keras permusuhannya terhadap Islam
Ketika kita kembali mengingat sejarah orang-orang yahudi yang suka membantah ajakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju jalan yang benar, maka kita bisa melihat betapa angkuh dan keras hati mereka. Kebencian mereka terhadap Islam tak akan pernah surut sampai kapan pun. Mereka tak akan pernah rela kepada umat Islam, sampai umat Islam mau mengikuti hawa nafsu mereka. Memang musuh Islam banyak (tak hanya yahudi), bahkan orang yang beragama Islam yang munafik kepada agama Islam bisa menjadi musuh Islam juga. Namun, rasa permusuhan yang ada dalam hati para yahudi lebih keras dan sadis dibanding dengan musuh-musuh yang lain.
Kita semua sekarang juga bisa melihat fakta kebencian mereka terhadap orang-orang Islam yang ada di Gaza. Bertahun-tahun Yahudi Israel menjajah, mengusir dan menyiksa rakyat Palestina.
Israel dan Amerika menuduh Hamas adalah kelompok teroris yang harus dihancurkan, padahal Israel dan AS yang sebenarnya lebih pantas disebut Teroris. Banyak fakta-fakta yang kuat yang bisa dijadikan penguat atas hal ini, seperti pembunuhan ratusan ribu orang di Irak atas tuduhan senjata pemusnah masal/nuklir yang akhirnya tak bisa dibuktikan oleh George W. Bush, begitu juga pembantaian oleh tentara-tentara Israel kepada warga sipil di Gaza, Palestina. Sungguh sikap mereka sangat keji dan tidak manusiawi.
Kesimpulan
Sejak dahulu al-Qur’an telah membuka borok-borok yahudi dan sekarang kitapun masih melihat bahwa apa yang ada dalam al-Qur’an khususnya berkaitan dengan mereka adalah, dari dulu dan sekarang ternyata mereka sama saja.
Umat Islam jangan pernah termakan klaim-klaim palsu yang segaja disebarluaskan media-media Zionis. Mereka bukan kaum yang hebat. Mereka itu pengecut, jadi kita jangan sampai merasa rendah diri di hadapan mereka. Kita harus yakin bahwa umat Islam adalah umat terbaik di muka bumi. Kita harus bekerja keras untuk mewujudkan hal itu.
Klaim Zionis-Yahudi tentang Tanah Palestina juga merupakan kebohongan besar. Karena lewat pengkajian sejarah yang banyak dilakukan sejarawan Barat sendiri, mereka menemukan bahwa klaim Yahudi ini tidak ada dasar ilmiah dan historisnya.(MINA).