Tampaknya apa yang dilakukan para peneliti dari Dartmouth ini patut diacungi jempol. Para peneliti itu mengembangkan sebuah perangkat yang nantinya bermanfaat untuk memerangi asap rokok. Perangkat tersebut kelak berfungsi untuk mendeteksi keberadaan asap rokok.
Kabarnya, bentuk dari perangkat itu sendiri sangat kecil dan lebih ringan dari ponsel dan seukuran mobil matchbox. Perangkat tersebut akan menggunakan film polimer yang berfungsi untuk mengumpulkan dan mengukur nikotin di udara. Sebuah chip sensor bertugas mencatat data pada kartu memori. Teknologi ini dijelaskan dalam sebuah studi baru yang muncul dalam Jurnal Penelitian Nikotin dan Tembakau.
The US Environmental Protection Agency mengatakan anak-anak sangat rentan terhadap asap tembakau dan lingkungan. Efeknya untuk kaum muda dapat mencangkup peningkatan risiko pneumonia, bronkitis, asma, dan sindrom kematian bayi mendadak. Sementara itu banyak orangtua mencoba untuk tidak merokok di sekitar anak-anaknya. Meski sudah menjauh pun asapnya akan tetap terhirup anak.
"Tujuan dari proyek ini adalah untuk membuat orangtua berhenti merokok. Sekaligus untuk membuat perokok berhenti mengekspos anak-anak dengan asap rokok. Di sisi lain, jika orangtua khawatir tentang anak-anaknya, dan menunjukkan paparan tersebut dapat menjadi insentif baginya untuk berhenti," kata BelBruno, seperti dilansir urekalert.org , Sabtu (23/3/2013)
Asap rokok sejatinya berasal dari pembakaran ujung rokok atau dari asap yang diembuskan perokok. Meski sudah terhembus udara, asap ini masih berpotensi merugikan kesehatan. Menurut Mayo Clinic, ini adalah residu nikotin yang bisa menempel terus pada pakaian, bahan furniture, kursi mobil dan lainnya meski udara telah disaring.
Sumber
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !Kabarnya, bentuk dari perangkat itu sendiri sangat kecil dan lebih ringan dari ponsel dan seukuran mobil matchbox. Perangkat tersebut akan menggunakan film polimer yang berfungsi untuk mengumpulkan dan mengukur nikotin di udara. Sebuah chip sensor bertugas mencatat data pada kartu memori. Teknologi ini dijelaskan dalam sebuah studi baru yang muncul dalam Jurnal Penelitian Nikotin dan Tembakau.
"Kami telah mengembangkan sensor asap tembakau pertama yang cukup sensitif untuk mengukur asap rokok dan merekam kehadirannya secara real time," kata Profesor Kimia, Josep BelBruno yang melakukan penelitian ini. "Ini adalah lompatan terdepan dalam teknologi deteksi asap dan dapat dianggap sebagai langkah pertama dalam mengurangi risiko dan efek kesehatannya."
The US Environmental Protection Agency mengatakan anak-anak sangat rentan terhadap asap tembakau dan lingkungan. Efeknya untuk kaum muda dapat mencangkup peningkatan risiko pneumonia, bronkitis, asma, dan sindrom kematian bayi mendadak. Sementara itu banyak orangtua mencoba untuk tidak merokok di sekitar anak-anaknya. Meski sudah menjauh pun asapnya akan tetap terhirup anak.
"Tujuan dari proyek ini adalah untuk membuat orangtua berhenti merokok. Sekaligus untuk membuat perokok berhenti mengekspos anak-anak dengan asap rokok. Di sisi lain, jika orangtua khawatir tentang anak-anaknya, dan menunjukkan paparan tersebut dapat menjadi insentif baginya untuk berhenti," kata BelBruno, seperti dilansir urekalert.org , Sabtu (23/3/2013)
Asap rokok sejatinya berasal dari pembakaran ujung rokok atau dari asap yang diembuskan perokok. Meski sudah terhembus udara, asap ini masih berpotensi merugikan kesehatan. Menurut Mayo Clinic, ini adalah residu nikotin yang bisa menempel terus pada pakaian, bahan furniture, kursi mobil dan lainnya meski udara telah disaring.
Sumber
Follow @wisbenbae