GuidePedia

0
21 Mei 2010 menjadi malam yang sangat sibuk di Gedung Tower Permai. Malam itu, uang US$ 20 juta harus dipindahkan dari kantor mantan bendahara umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin itu ke Hotel Aston Primera, Pasteur, Bandung, Jawa Barat. Saat itu, merupakan hari pertama kongres PD yang digelar di Bandung.

Nazar, tersangka suap Wisma Atlet, selama buron melempar serangan kepada Ketua Umum PD Anas Urbaningrum. Kata Nazar, Anas menang jadi ketua umum karena money politics. Uang sebanyak US$ 20 juta dikucurkan Nazar untuk memenangkan Anas.

Anas membantah tudingan itu. Ia menyebut Nazar tengah berhalusinasi. Tapi empat anak buah Nazar yakni Aan (mantan sopir Nazar), Dayat (mantan sopir Yulianis), dan 2 pengawal yang mengantarkan uang ke kongres PD, Dede dan Jauhari memberi kesaksian tudingan Nazar benar adanya.

Mereka memberi kesaksian, jutaan uang dalam bentuk pecahan dolar dibawa dari kantor Nazar di kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan ke Bandung, dengan mobil box Daihatsu Espass yang dikawal sebuah mobil jenis SUV, bermerek Toyota Fortuner.

Uang itu semula dalam bentuk rupiah. Tapi sebelum dibawa ke kongres, semua ditukarkan dalam bentuk pecahan dolar. Tujuannya supaya lebih mudah dibawa dan dibagikan kepada sejumlah peserta kongres yang akan mendukung Anas menjadi Ketum PD.

"Uang rupiah yang dikumpulkan Nazar sejak 2009 dari fee proyek yang ditangani. Uang ditukarkan dalam bentuk dolar di money changer milik Neneng, istri Nazaruddin. Yang mengurusnya Yulianis ( staf keuangan Nazar). Kantor money changer itu lokasinya juga di Tower Permai," jelas sumber detik+ yang dekat Nazar.

Dayat mengakui uang yang diantarnya ke Bandung diambil dari kantor money changer bosnya, Yulianis, yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur Keuangan PT Anugrah Nusantara.

Uang-uang itu dimasukan dalam 19 kardus. Sebanyak 14 kardus dibawa mobil box, sementara 5 kardus lagi dibawa mobil Fortuner. Menurut Dayat, mobil box dan Fortuner ini kemudian dikawal lagi dua mobil lainnya, mobil CRV dan Kijang Innova. "Tiga mobil itu sewaan. Mobil CRV milik Ibu Yulianis," ujar Dayat.


Rombongan mobil pembawa uang itu bergerak dari Buncit menuju Bandung, Jumat 21 Mei 2010, pukul 20.19 WIB. Adapun orang-orang yang mengantarkan uang adalah pegawai outsourcing dari perusahaann jasa pengamanan yang didampingi Dede dan Jauhari, petugas keamanan Gedung Tower Permai.

Sementara Dayat mengaku tidak ikut dalam rombongan pengantar uang tersebut. Ia hanya bertugas membawa pulang mobil bosnya, Honda CRV dari Bandung ke Jakarta usai kongres PD berakhir.

Dayat menambahkan, rombongan pembawa uang itu baru tiba di Hotel Aston, Pasteur, Bandung sekitar pukul 23.00 WIB. Begitu tiba, mobil-mobil itu langsung parkir di basement hotel. Selanjutnya mereka membawa uang yang ada di dalam mobil ke kamar nomor 10 yang ada di lantai 9.

Dede dan Jauhari lantas ditugaskan untuk menjaga uang di kamar tersebut. Tidak sembarangan orang boleh mengambil uang dari kamar nomor 10 itu. Dede hanya mau memberi izin jika yang mengambil uang adalah Nuril Anwar dan Eva, dua staf Nazar di DPR.

Untuk mengambil uang tersebut, Nuril dan Eva harus menunjukkan kwitansi pengambilan. Besar nominal yang ada di kwintansi itu bervariasi ada yang tertulis 500 ribu US$, 750 ribu US$, ada pula yang besarnya 1,2 juta US$. "Semua kwitansi itu ada copynya yang pegang Aan (sopir Nazarn)," kata Dayat.

Setiap malam, uang di dalam kamar nomor 10 itu terus menerus diambil hingga menjelang subuh. Hal itu berlangsung terus hingga kongres PD berakhir, Minggu 23 Mei 2010.

Namun saat dihubungi detik+, Aan enggan memberikan copy kwitansi tersebut. Dia hanya bilang, "Perintah Nazaruddin hanya untuk komentar saja. Kalau soal kwitansi lain waktu dibeberkan".

Sedangkan Nuril Anwar yang disebut-sebut sebagai orang yang berwenang mengambil uang mengaku tidak tahu adanya mobil box yang membawa uang untuk pemenangan Anas ke Kongres PD. Nuril pun membantah mengambil uang di kamar nomor 10 lantai 9 Hotel Aston itu. "Tidak betul itu," kata Nuril yang mundur dari staf Nazar pada 20 Juli 2011 itu.

Meski mengaku tidak tahu soal mobil dan membantah mengambil uang, Nuril tidak membantah tim sukses Anas membagikan uang saat kongres. Tapi uang tersebut hanya merupakan ganti transportasi dan akomodasi bagi pengurus DPC yang ikut kongres.

"Pemberian disesuaikan dengan jarak. Setiap DPC 10 orang dipanggil. Masing-masing orang paling Rp 1-2 juta. Yang jaraknya jauh mendapat ganti lebih banyak," kata Nuril.

Uang itu dibagikan Nuril di Hotel Grand Aquila, tempat nginap DPC. Setiap bertemu orang DPC, Nuril akan berkata, Mas ini ada transportasi untuk pulang. "Uang dalam bentuk rupiah bukan dolar," kata Nuril.

Mayoritas pemberian uang itu menurut Nuril atas perintah Nazar. Anas yang saat itu merupakan 'pengantin' tidak terlibat pembagian uang. Semua pembagian akomodasi dan transportasi dilakukan tim sukses yang diketuai Ahmad Mubarok.

Mengenai kwitansi yang diklaim Aan cs, Nuril menyatakan sudah sempat melihatnya. Tapi ia meyakinkan tanda tangan di kwitansi itu bukan tanda tangannya. "Keterangan Aan cs itu konspirasi kebohongan, itu direkayasa," kata pria yang kini tengah mengambil S2 manajemen pendidikan di Universitas Negeri Jakarta itu.

Soal bantahan Nuril, Nazar menganggapnya wajar. Hal itu karena Nuril saat ini sudah menyeberang membela Anas. Tapi Nazar menegaskan ia memiliki semua catatan dan data untuk mendukung tudingannya. "Semua catatan dan flash disk ada di saya semua," kata Nazar dalam BBM nya kepada detik+.

Sementara PR Hotel Aston Primera, Bandung, Janieth saat dikonfirmasi detik+ soal CCTV yang merekam soal uang yang disebut-sebut Nazar , belum mau memberikan keterangan. "Maaf kami belum bisa memberikan informasi lebih lanjut. Karena saya harus diskusikan dulu dengan manajer saya, Senin (2/8/2010)," ujarnya.

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top