Berada di Banyuwangi hanya semalam rasanya sangat nanggung. Di kota nggak begitu banyak objek yang menarik. Sementara objek-objek yang wah kebanyakan berada di luar kota yang jaraknya cukup jauh. Oke lupakan semua objek-objek yang ada karena malam itu saya agak bingung juga mau tidur dimana. Saya memang berangkat ke Banyuwangi tanpa persiapan sama sekali, nggak browsing-browsing penginapan mana yang murah disana. Malam itu saya lontang-lantung di sekitar Pelabuhan Ketapang yang sudah mulai sepi. Kebanyakan yang lalu lalang adalah bus dan truck. Malam-malam ternyata masih ada juga warnet yang buka. Mampir dulu sebentar untuk menghilangkan penat. Heuheu.. *kayaknya susah jauh dari internet*
Malam itu saya berpikiran, saya bisa tidur dimana saja tanpa perlu menyewa kamar hotel. Bisa di masjid, SPBU, atau apa saja. Toh di depan Pelabuhan Ketapang juga ada masjid besar yang bisa digunakan untuk sekedar istirahat. Tidak jauh dari pelabuhan juga ada SPBU. Apalagi saya hanya satu malam saja berada di Banyuwangi. Keesokan harinya saya sudah pulang ke Surabaya. Nekat? Mungkin iya. Tapi ya beginilah enaknya jalan sendirian. Bisa tidur dimana saja seenaknya tanpa ada yang mengeluh atau kebingunan mau tidur dimana. Hehe..
Setelah di warnet selama dua jam, saya iseng-iseng ke Stasiun Banyuwangi untuk melihat jadwal kereta. Siapa tahu lain kali saya bisa kesini naik kereta. Kalau naik pesawat nggak kuat ongkosnya. Hihii.. Ternyata lokasinya nggak jauh dari pelabuhan. Jalan kaki saja paling sekitar lima menit. Nggak sampai bikin capek lah. Sudah malam seperti itu jadwal kereta dari Banyuwangi juga sudah sepi. Kalau saya tidak salah ingat hanya tersisa satu perjalanan kereta yaitu Kereta Api Mutiara Timur tujuan Surabaya. Tidak lama kemudian gerombolan penumpang KA Mutiara Timur masuk ke peron stasiun karena kereta akan segera berangkat. Herannya, kok masih banyak calon-calon penumpang yang tidak ikut masuk ke dalam kereta. Setelah bertanya kesana-kesini rupanya mereka ini baru akan berangkat esok pagi dengan KA Sritanjung tujuan Surabaya dan Jogja yang dijadwalkan pukul 06.00. Mereka menginap dulu semalam sebelum berangkat karena memilih kereta ekonomi yang lebih murah. Para penumpang ini juga kebanyakan adalah yang baru turun dari kapal. Selain itu ada juga penumpang kereta yang baru tiba di Banyuwangi menginap dulu di stasiun sebelum menyeberang ke Bali keesokan harinya. Mungkin faktor keamanan yang mejadi pertimbangan jika menyeberang pada malam hari.
Wah rupanya banyak juga yang bermalam di Stasiun Banyuwangi. Karena banyak teman, ada baiknya saya bermalam disini juga. Hehe.. Oh ya, yang digunakan tidur ini bukan bagian dalam stasiun, melainkan emperan depan stasiun. Ada tempat duduknya sih, tapi nggak banyak. Sementara pintu stasiun sudah dikunci setelah keberangkatan kereta yang terakhir. Bisa dikatakan kehidupan di stasiun ini terjadi selama 24 jam. Tepat di depan stasiun terdapat warung kopi yang senantiasa buka. Pedagang-pedangan makanan juga masih ada saja yang menawarkan dagangannya. Masih kurang? Banci-banci juga berseliweran di depan stasiun mencari pelanggan. Kalau mau mencoba ya silahkan, kena gigi uang kembali. Ahaha.. Untungnya sih banci-banci ini nggak mendekat ke tempat orang-orang yang tidur di stasiun. Mereka kebanyakan nongkrong di warung kopi depan stasiun. Amit-amit deh kalau dideketin. Haha..
Namanya juga tidur di emperan stasiun, nggak akan bisa nyenyak meski sudah menggunakan sleeping bag sekalipun. Malam itu saya lebih banyak ngobrol dengan tiga orang yang baru pulang dari Bali dan akan melanjutkan perjalanan dengan KA Sritanjung ke Surabaya esok pagi. Hebat ya, orang-orang ini pada betah melek. Mereka nggak tidur sama sekali. Sementara saya, sesekali memejamkan mata, tertidur sebentar, kemudian bangun lagi. Begitu terus hingga pagi. Jam 5 pagi matahari sudah bersinar cukup cerah. Duh efek jarang bangun pagi nih jadi jarang lihat matahari pagi. Stasiun sudah mulai ramai. Loket pembelian tiket juga sudah dibuka. Calon penumpang dengan rela mengantri untuk mendapatkan tiket kereta ekonomi yang murah meriah. Ya beginilah nasib penumpang kereta ekonomi, tiket tidak bisa pesan terlebih dahulu dan hanya bisa dibeli saat hari keberangkatan. Padahal hal seperti ini tidak berlaku saat musim mudik dimana tiket bisa dipesan terlebih dahulu..
Pagi-pagi seperti ini saya mencoba kembali ke dermaga Pelabuhan Ketapang untuk melihat sunrise. Bagus juga sunrise pagi itu. Kesibukan juga masih saja terlihat di dermaga seperti sore kemaren. Sebentar saja di pelabuhan, saya kemudian menuju ke masjid yang ada di depan pelabuhan untuk mandi dan shalat subuh lalu tidur lagi sebentar *green*. Bangun-bangun cari sarapan kemudian lanjut ke Rogojampi dengan naik angkot dua kali sampai Terminal Karangente. Dari sana dilanjut lagi dengan naik bus tujuan Jember dan turun di Rogojampi. Ternyata nggak sengsara-sengsara banget tuh tidur di tempat yang seadanya. Mungkin akan saya praktekkan lagi nanti saat backpacking di tempat lain.
http://www.wijanarko.net/2012/01/enaknya-solo-traveling-bisa-tidur.html
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !
Post a Comment Blogger Facebook