Watulimo-Trenggalek sore itu cukup mendung. Saya harus segera meninggalkan Watulimo sebelum hujan datang. Yah bodohnya saya lupa tidak membawa jas hujan. Kalau saya tidak segera pergi dari Watulimo bisa-bisa saya terjebak malam disini. Tujuan saya berikutnya adalah Pacitan. Motor saya arahkan menuju Kota Trenggalek. Namun sebelum sampai di Kota Trenggalek saya melihat petunjuk arah, ke kiri Pacitan dan lurus ke Kota Trenggalek/Ponorogo. Naluri saya langsung mengatakan kalau saya harus belok kiri. Kemudian saya berhenti sebentar di sebuah mini market untuk membeli minum dan bertanya kepada warga setempat apakah jalan yang saya lewati ini memang benar arah ke Pacitan? Dan ternyata memang benar, menurut mereka ini adalah jalan terdekat untuk sampai di Pacitan.
Nggak mikir terlalu panjang saya segera kembali memacu motor saya mengikuti arahan dari warga setempat tersebut bahwa saya harus melewati daerah bernama Dongko, Panggul, dan Lorok untuk sampai di Pacitan. Kesan pertama begitu menggoda, jalan bagus dan mulus dengan kontur naik-turun layaknya jalan di perbukitan dengan pemandangan yang indah, hijau semuanya sepanjang mata memandang. Namun itu tidak lama karena perjalanan sesungguhnya baru akan dimulai.
Jalan Trenggalek-Pacitan yang saya temui berubah menjadi jalan yang banyak lubang dan sangat jelek. Saya tidak bisa memacu motor saya dengan kencang. Saya hanya bisa berjlana 20-30 km/jam. Lubang dimana-mana, kalau lewat sini Anda harus pandai memilih jalan karena banyak lubang yang cukup dalam. Jalan yang naik-turun dan penuh tikungan akan semakin menyulitkan perjalanan Anda. Perjalanan terasa sangat lama apalagi jalan ini sangat sepi, hanya 1-2 kendaraan yang lewat. Pemukiman warga? Sangaaattt jarang.. Sepertinya saya akan terjebak malam di jalanan ini karena sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Saya terus berjalan menikmati guncangan-guncangan dari motor yang melibas jalan yang sangat parah ini. Tidak lama kemudian matahari benar-benar tenggelam. Sekarang saya tidak tahu Dongko itu dimana, Panggul itu dimana, Lorok itu berapa kilometer lagi. Tidak ada petunjuk jalan yang tersedia. Saya hanya fokus untuk terus berjalan karena jalan ini tidak bercabang dan hanya jalan satu-satunya. Kenapa harus fokus? Selain jalannya banyak lobang dan berliku-liku, hari juga sudah gelap. Tidak ada penerangan sama sekali di jalan. Saya cuma bisa mengandalkan penerangan dari motor saya yang sialnya mati lampu jarak dekatnya padahal sudah saya ganti saat servis beberapa hari yang lalu. Sekarang lampu jarak jauh berdaya 55 watt yang bisa saya andalkan. Beberapa kali saat memacu gas agak dalam saya tiba-tiba mengerem dengan agak keras karena jalan membelok sedangkan saya mengira masih lurus. Sedangkan yang lurus itu adalah jurang tanpa penghalang. *Fiuh.. Maklum saja nggak ada marka jalan jadi semua keliatan hitam saja. Sempet frustasi juga sih lewat jalan yang hancur di malam yang gelap gulita seperti ini, sendirian pula. Rasa frustasi timbul karena settingan suspensi motor saya cukup keras, sangat nggak cocok untuk melewati jalan yang banyak lubang seperti ini. Naik kuda besi ini seperti naik kuda beneran yang melompat-lompat. :(
Saya sudah berjalan lebih dari dua jam, tapi hutan-hutan ini tidak kunjung berganti menjadi pemukiman-pemukiman warga. Ketika jalan sudah agak bagus saya menemukan sebuah SPBU. Ini satu-satunya SPBU yang saya temui di tengah kegelapan malam itu. SPBU yang tergolong kecil dan tidak ramai. Saya berhenti tidak untuk mengisi bahan bakar karena bahan bakar saya masih cukup banyak semenjak mengisi dari Surabaya pada pagi hari tadi. Saya shalat dulu dan istirahat sebentar. Kemudian saya bertanya kepada bapak-bapak yang saat itu juga selesai shalat. Kota Pacitan masih sekitar 55 km dari situ menurut info bapak itu dan SPBU ini masih masuk Kabupaten Trenggalek. Saya harus melewati Lorok dengan kondisi jalan yang masih sama seperti yang saya lewati tadi. *shock*
Perjalanan dilanjutkan dan memang benar jalannya masih saja melewati perbukitan. Sepertinya wilayah Jawa bagian selatan memang dipenuhi oleh perbukitan kapur mulai dari Wonosari sampai dengan Trenggalek ini. Kembali saya hampir masuk jurang karena terlalu bernafsu menggeber motor padahal jalan sangat gelap. Iseng-iseng saya berhenti di tengah jalan untuk mengambil foto kegelapan malam saat itu. Saya sih berharap bakal ngeliat yang nggak-ngak, tapi ternyata nggak ketemu juga. Hehe..
Singkat cerita saya sampai juga di Lorok. Saya kurang paham Lorok ini nama apa, tapi sepertinya sih nama kecamatan karena di Lorok sudah banyak pemukiman penduduk. Intinya sih lebih ramai dibandingkan Dongko maupun Panggul yang sebelumnya saya lewati. Hanya saja jalannya juga masih parah, banyak lubang disana-sini. Jarak dari Lorok sampai ke Kota Pacitan masih sekitar 40 km lagi. Nggak jauh dari Lorok saya melewati PLTU Sudimoro. Katanya ini PLTU yang baru beroperasi di Pacitan. Berarti saya udah deket dengan Pacitan dong..
Setelah PLTU itu jalan udah halus walaupun agak sempit. Untuk papasan dua mobil aja yang satunya harus mengalah keluar dari badan jalan. Kebetulan ada sebuah mobil Toyota Inova yang cara mengemudinya agak gila juga dengan kondisi jalan sempit dan berliku seperti ini. Mobil berplat merah dengan nomor polisi berawalan AE. Saya mengikuti terus mobil itu untuk mendapatkan racing line (halah kayak balapan aja) yang bagus. Salutnya saya ngikutin ini mobil bisa nembus lebih dari 100 km/jam. Pengemudi mobil ini termasuk nekat juga. Dari caranya mengemudi sepertinya dia sudah sangat hafal dengan jalan ini. Saya menjadi tidak ragu untuk mengikutinya. Saya mengikuti mobil ini sampai di Kota Pacitan. Wuaahhh.. Sampai juga di kota, rasa deg-degan sepanjang perjalanan yang mencekam tadi sudah hilang. Waktunya untuk rileks sejenak..
Bagi yang mau melewati jalur Trenggalek-Pacitan saya anjurkan untuk tidak melewati jalur Dongko-Panggul-Lorok yang saya lewati ini. Lebih baik sedikit memutar lewat Ponorogo tapi dengan kondisi jalan yang lebih baik dan lebih ramai. Apalagi jika sendirian saja di malam hari, sangat tidak dianjurkan. Anda akan sangat kerepotan jika terjadi pecah ban atau kehabisan bensin. SPBU kalau tidak salah cuma ada 1-2 tempat saja sepajang jalur ini dengan jarak yang cukup berjauhan. Sekitar 65 persen jalan yang dari Trenggalek ke Pacitan ini berupa tanjakan. Ada beberapa jalur tanjakan yang cukup panjang, bahkan sampai 10 km. Nah jarak dari Trenggalek ke Pacitan berdasarkan trip meter di motor saya adalah sejauh 125 km dengan waktu tempuh 4 jam. Bandingkan saja dengan Surabaya-Trenggalek dengan jarak 190 km yang bisa saya tempuh dalam waktu 3,5 jam saja. Saya bakal berpikir ratusan kali kalau sebelumnya tahu jalurnya akan seperti ini. Tidak selalu jarak terdekat memberikan waktu tempuh lebih cepat. Bijaklah dalam memilih! *loh*
http://www.wijanarko.net/2011/07/tidak-dianjurkan-melewati-rute.html
Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !
Post a Comment Blogger Facebook