Tidak semua penyakit membutuhkan obat antibiotik. Penggunaan yang tak tepat justru akan menyebabkan resistensi tubuh terhadap jenis antibiotik itu. Kenali penyakit yang tak butuh antibiotik.
Antibiotik biasa digunakan untuk melawan bakteri. Alexander Fleming adalah penemunya. Ia memperkenalkan jenis antibiotik pertama, penicillin pada 1927.
Setelah digunakan pertama kali tahun 1940-an, antibiotik membawa perubahan besar pada pelayanan kesehatan dan penyembuhan infeksi bakterial. Namun, jika terkena infeksi virus bisakah diobati dengan antibiotik?
“Infeksi virus seperti demam, flu/selesma, batuk pilek, radang tenggorokan, diare singkat tanpa pendarahan, demam berdarah dengue dan beberapa infeksi telinga tidak boleh diobati dengan antibiotik,” kata Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementrian Kesehatan, Sri Indrawaty.
Menurutnya, memahami apa itu antibiotik, manfaat dan bahayanya adalah langkah awal mencegah resistensi terhadap antibiotik. Perlu dipahami, meski sangat bermanfaat, antibiotik hanya ditujukan mengatasi infeksi akibat bakteri, bukan infeksi virus seperti demam, batuk atau flu.
Mengobati demam, batuk, pilek, flu akibat virus dengan antibiotik tidak akan membuat Anda lebih sehat. Juga tidak menjadikan keadaan lebih baik, tidak menyembuhkan dan tidak mencegah penularan pada orang lain.
Untuk itu, mengomunikasikan resistensi antibiotik dengan dokter Anda sangatlah penting. Katakan pada dokter bahwa Anda mendukung penggunaan obat yang rasional. Jika dokter menganggap Anda perlu mengonsumsi antibiotik, konsumsilah sesuai resep dokter.
Menuntaskan dosis sesuai resep juga sangat dianjurkan. Misalnya, jika memang harus dimakan tiga kali sehari selama lima hari, lakukan sesuai aturan dan pada waktu yang tepat pada pagi, siang, dan petang harinya atau selang 8 jam.
Jangan pernah berhenti makan antibiotik meski sudah tidak merasakan gejala penyakit atau sudah merasa sehat. Pemberhentian antibiotik yang tidak sesuai waktu, atau terlalu cepat, bisa membuat bakteri bertahan hidup dan menyebabkan infeksi berulang.
Antibiotik biasa digunakan untuk melawan bakteri. Alexander Fleming adalah penemunya. Ia memperkenalkan jenis antibiotik pertama, penicillin pada 1927.
Setelah digunakan pertama kali tahun 1940-an, antibiotik membawa perubahan besar pada pelayanan kesehatan dan penyembuhan infeksi bakterial. Namun, jika terkena infeksi virus bisakah diobati dengan antibiotik?
“Infeksi virus seperti demam, flu/selesma, batuk pilek, radang tenggorokan, diare singkat tanpa pendarahan, demam berdarah dengue dan beberapa infeksi telinga tidak boleh diobati dengan antibiotik,” kata Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementrian Kesehatan, Sri Indrawaty.
Menurutnya, memahami apa itu antibiotik, manfaat dan bahayanya adalah langkah awal mencegah resistensi terhadap antibiotik. Perlu dipahami, meski sangat bermanfaat, antibiotik hanya ditujukan mengatasi infeksi akibat bakteri, bukan infeksi virus seperti demam, batuk atau flu.
Mengobati demam, batuk, pilek, flu akibat virus dengan antibiotik tidak akan membuat Anda lebih sehat. Juga tidak menjadikan keadaan lebih baik, tidak menyembuhkan dan tidak mencegah penularan pada orang lain.
Untuk itu, mengomunikasikan resistensi antibiotik dengan dokter Anda sangatlah penting. Katakan pada dokter bahwa Anda mendukung penggunaan obat yang rasional. Jika dokter menganggap Anda perlu mengonsumsi antibiotik, konsumsilah sesuai resep dokter.
Menuntaskan dosis sesuai resep juga sangat dianjurkan. Misalnya, jika memang harus dimakan tiga kali sehari selama lima hari, lakukan sesuai aturan dan pada waktu yang tepat pada pagi, siang, dan petang harinya atau selang 8 jam.
Jangan pernah berhenti makan antibiotik meski sudah tidak merasakan gejala penyakit atau sudah merasa sehat. Pemberhentian antibiotik yang tidak sesuai waktu, atau terlalu cepat, bisa membuat bakteri bertahan hidup dan menyebabkan infeksi berulang.
http://www.kumpulberita.com/2011/04/yang-tak-boleh-diobati-antibiotik.html
Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !
Post a Comment Blogger Facebook