Kemarin Western Digital mengumumkan rencana akuisisi San Disk dengan nilai transaksi sebesar Rp 250 triliun, sementara beberapa minggu sebelumnya Dell siap melakukan merger dengan EMC dengan nilai kesepakatan mendekati Rp 1000 triliun. Belum lagi pemberitaan tentang berbagai macam startup baru yang mendapatkan suntikan dana investor mencapai ratusan juta US$, juga berbagai macam fasilitas mewah yang didapatkan bagi para pegawai di Google, maka mudah untuk menyimpulkan bahwa bekerja di Silicon Valley merupakan idaman bagi para programmer atau software engineer.
Namun di balik cerita tentang kesuksesan luar biasa semacam itu, pasti juga ada kisah-kisah yang menyentuh. Salah seorang software engineer Google bernama Brandon selama beberapa bulan terakhir sukses menarik perhatian publik lewat keputusannya untuk tinggal di dalam truk yang diparkir di kawasan perkantoran Google.
Jika Anda sering membaca pemberitaan tentang Google, maka Anda pasti sudah sering mendengar tentang betapa perusahaan tersebut merupakan salah satu kantor idaman bagi berbagai pihak lewat berbagai macam fasilitas dan kemudahan yang ditawarkan. Apalagi Brandon juga menjabat sebagai seorang software engineer, maka idealnya dirinya bisa tinggal di tempat yang lebih layak bukan?
Brandon menjelaskan bahwa dirinya memilih untuk tinggal di truk demi menghemat pengeluaran; truknya cuma berfungsi sebagai tempat untuk tidur atau nongkrong bersama rekan-rekannya saja, sementara keperluan untuk makan, mandi atau berolahraga bisa dilakukan di kantor Google.
Brandon menjelaskan bahwa biaya sewa apartemen di sekitar kawasan perkantoran Google mencapai $2000 atau sekitar Rp 27 juta, sementara harga truk miliknya cuma $10 ribu atau sekitar Rp 135 juta, sementara pengeluaran ekstra yang diperlukan cuma sebesar $121 atau sekitar Rp 1,6 juta per bulan untuk keperluan asuransi truk. Dalam hitungan beberapa bulan saja, Brandon sudah bisa menabung dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang tinggal apartemen, dan dirinya yakin kalau cara ini memungkinkannya untuk menabung dalam jumlah lebih besar dalam beberapa tahun ke depan.
Kawasan perkantoran Google terletak di Mountain View, dimana pihak pemerintah setempat memang merancang kawasan tersebut sebagai perumahan untuk keluarga. Perumahan yang ada telah memiliki fasilitas pertokoan serta terletak di dekat stasiun kereta api commuter yang bisa dicapai dengan berjalan kaki, namun harganya terlalu mahal untuk ukuran pekerja biasa.
Parahnya lagi, pemerintah setempat melarang pembangunan apartemen murah. Kalaupun ada, bangunan apartemen yang diperbolehkan maksimal cuma bisa setinggi 13 meter saja atau cuma 4 lantai saja, dan bangunan tersebut besarnya tidak diperkenankan untuk 40% lebih besar daripada tanah lokasi, mengingat pemilik bangunan wajib menyediakan lahan parkir dan gudang penyimpanan. Tak heran jika harga sewanya pun melambung tinggi mencapai Rp 27 juta per bulan, padahal biaya sewa rata-rata apartemen di kawasan lain cuma sebesar $800 atau sekitar Rp 10 jutaan.
Mengingat hal ini sudah cukup merepotkan bagi seseorang yang menjabat sebagai software engineer, maka bisa Anda bayangkan sendiri kesulitan yang dihadapi oleh para pegawai rendahan yang menjabat sebagai pegawai kafetaria atau tukang bersih-bersih di Google. Kebanyakan terpaksa memilih tinggal di kawasan yang jauh dari Mountain View; dengan konsekuensi perjalanan pulang-pergi dari kantor yang lebih jauh dan lama. Mirip seperti yang dialami oleh para pekerja di Jakarta bukan?
Post a Comment Blogger Facebook