Pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar. (detikcom/Muhammad Iqbal)
MAKASSAR - Suasana Sidang Muhammadiyah ke-47 hening. Peserta muktamar seolah tidak merespon paparan panitia Muktamar.
Keheningan itu pecah, saat suara lantang Hasan Samay berdiri di atas panggung. Wakil Ketua III Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Papua ini dengan lantang memaparkan segala hal yang telah terjadi di tanah Papua, termasuk pasca insiden Tolikara.
Hasan dengan tegas meminta kepada Muktamirin yang hadir di ruang sidang kampus Universitas Muhammadiyah, untuk mengumpulkan dana Rp 10.000 per satu orang. Sumbangan tersebut nantinya akan disalurkan kepada masyarakat Muslim Tolikara guna membangun masjid.
Mendengar permintaan ini, panitia dengan spontan meminta agar mahasiswa yang membantu mereka berkeliling dan mengambil sumbangan dari para Muktamirin. Bermodalkan kardus bekas air mineral, belasan mahasiswa kemudian menyebar untuk mengumpulkan sejumlah uang dari muktamirin.
Mulai dari uang recehan Rp 2.000 sampai Rp 100.000 mulai dikeluarkan Muktamirin dari saku celana dan dompet mereka. Terlihat ada muktamirin yang menyumbangkan ratusan ribu untuk kepentingan Muslim di Tolikara. Setelah acara selesai, panitia langsung mengumpulkan dana yang diserahkan Muktamirin. Satu demi satu uang kertas dikumpulkan dan dihitung secara teliti. Setelah masing-masing dipisahkan, panitia mengikat uang tersebut dengan potongan plastik putih, agar uang tersebut tidak tercecer.
"Setelah ini kami mungkin bisa berikan dana kepada Pemda atau panitia setempat untuk membangun masjid. Mungkin Perwakilan Muhammadiyah bisa kesana juga untuk melakukan dokumentasi," ujar Hasan. Ia menambahkan, dirinya bersama PWM lain memang telah mewacanakan untuk melaporkan pada saat Muktamar mengenai pasca kejadian di Tolikara.
Hasan menjelaskan, untuk melakukan pembangunan seperti masjid di Tolikara memang membutuhkan dana yang besar. Hal ini karena transportasi menuju Tolikara sangat sulit. Karena ini juga sekarang belum ada pembangunan pasca tragedi Tolikara.
Di Papua sendiri, menurut Hasan, masih minim pembangunan masjid. Umat Islam yang cukup sedikit membuat masjid cukup sulit dibangun. Namun PWM Papua akan terus mencoba membangun satu demi satu masjid di tanah Papua.
"Kita harus pelan-pelan. Kita wajib membaca situasi disana. Disana itu beda, kita harus banyak melakukan diplomasi dengan masyarakat dan birokrasi terkait," ujar Hasan.
Roni Sabroni, salah satu muktamirin yang hadir dalam penggalangan dana tersebut mengatakan, dirinya memang tidak menyumbang banyak pada saat pengumpulan dana. Meski demikian, keikhlasan untuk membantu sesama merupakan hal paling penting yang dimiliki Muhammadiyah.
Sekertaris Media Center PP Muhammadiyah ini menuturkan, bantuan sumbangan untuk Muslim Tolikara memang harus dilakukan. Pasalnya dana yang besar untuk membangun sebuah fasilitas termasuk tempat ibadah akan menghabiskan dana besar. Sulitnya akses dan mahalnya bahan bangunan menjadikan Tolikara wajib mendapat bantuan dari pihak manapun (harga semen bisa mencapai Rp 2 juta/sak).
"Kita kumpulkan dana ini, memang tidak besar. Tapi kami yakin melalui Muhammadiyah dana ini akan bisa tersalurkan dengan baik," ungkap dia.
Aksi spontan yang dilakukan Muhamamdiyah pun sontak membuat Aisyiyah akan turut membantu panggalangan dana. Rencananya mereka akan melakukan penggalangan ini pada saat proses pemilihan Ketua Umum Muhammadiyah, Kamis (6/8).
"Kita akan melakukan penggalangn dana juga. Tapi dana ini akan kita akan bagi dua untuk Tolikara dan Rohingya di Aceh," kata Ketua PP Aisyiyah Siti Aisyah, Rabu (5/8).
Sumber: ROL
----
Post a Comment Blogger Facebook