Wawancara KOMPAS TV dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dalam program Kompas Petang (17/3/2015) menimbulkan kontroversi.
Dalam acara yang disiarkan LIVE ini tak terkira kata-kata kotor keluar dari mulut Ahok. Tahi, Bangsat, Goblok, Nenek Bego, dll berhamburan. Ahok naik pitam saat ditanya soal foto istrinya Veronica Tan yang duduk di kursi gubernur. Bukan hanya itu saja, tudingan Veronica ikut terlibat dalam revitalisasi Kota Tua juga ditanyakan.
Ahok menjawab soal itu. Foto soal istrinya benar, tetapi bukan memimpin rapat soal Kota Tua seperti yang ditudingkan. Semua orang menurut Ahok bisa datang dan duduk di kursi gubernur. Kali ini istrinya yang kena tuding.
Ahok terlihat memerah mukanya, dan nada ucapannya meninggi. Kata-kata 'nenek goblok' juga mengiringi, dan kemudian keluar kata tak pantas. Namun dalam tayangan di YouTube, wawancara dengan Aiman itu sudah disensor.
"Kan gua bilang emang pengecut saja orang-orang itu. Kalau ada masalah ngomong langsung dong," ujar Ahok yang dikonfirmasi wartawan setelah wawancara live, soal kata-kata tak pantas itu pada Selasa malam.
Ahok marah karena istrinya yang tak tahu apa-apa dijadikan sasaran tembak. Ahok kemudian diingatkan soal wawancara live. Ahok juga mengungkapkan ketidaksukaannya saat ditanya berulang-ulang soal kasus itu, padahal dia sudah memberi penjelasan.
"Ngeyel saja, sudah tanya, saya jelasin tetap ngeyel. Aku sudah jelasin masih saja ngeyel gitu, nggak ngerti. Terus dia bilang ini live, gua sengaja saja ,siapa suruh live sama gua," tegas Ahok, seperti diolansir detikcom.
Dikatain 'ngeyel' oleh Ahok, Aiman Witjaksono, presenter KOMPAS TV yang mewancarai Ahok akhirnya buka suara terkait kejadian itu.
Rabu lalu (18/3), melalui akun twitternya @AimanWitjaksono, presenter senior yang merupakan mantan reporter dan Produser Eksekutif RCTI ini menuturkan:
Saya ingin menjawab, isi berita (di detikcom -ed) tersebut, sbb:
1. Saya ingin menjawab soal "ngeyel" dari hasil wawancara LIVE saya dengan pak Gubernur DKI Jakarta, kemarin.
2. Sebagai jurnalis, saya selalu konsisten untuk tetap mengikuti Hati Nurani
3. Selain Nurani, sbg jurnalis saya menjunjung Independensi
4. Nurani yg mendorong saya untuk perdalam latar belakang dari setiap isu yg berkembang
5. Dari Independensi saya selalu merasa bebas dalam menggali
6. Saya pun tak pernah puas, dengan jawaban Narasumber yg tak tuntas
7. Meskipun dari sikap ini, ada resiko yang saya kandung
8. Saya ikhlas, mengambil resiko itu.
9. Karena saya percaya, dari Nurani & Independensi ada makna Kebenaran di dalamnya.
Post a Comment Blogger Facebook