Mendeteksi #Kontradiksi dalam sebuah pemikiran sesungguhnya tidak terlalu rumit. Jika seseorang meyakini sesuatu, maka ia akan bertindak sejalan dengan keyakinannya. Metode cek konsistensi ini sangat ampuh untuk digunakan kepada kaum liberalis.
Kemarin heboh soal debat, banyak pula anonim yg mention, tp sy nggak sempat cek TL. Skrg akan sy tanggapi. Saya mulai dgn sebuah pertanyaan dari seorang teman: “Kenapa sih yg membantah Islam liberal justru kebanyakan org sains?” Jawaban saya simpel saja: “Karena org sains terbiasa mendeteksi #Kontradiksi”.
Saya gunakan sebuah soal matematika sbg contoh: Apakah x^2 / x = x ? (x^2 artinya x pangkat 2) Banyak org menjawab: “Ya, x^2 / x = x !” Tapi bagi org yg sudah lulus matkul Kalkulus, harusnya ngeh bahwa persamaan ini inkonsisten di x=0. Jika x=0, maka x^2 / x TIDAK SAMA dengan x. Sebab nol dibagi nol tidak sama dengan nol. Inilah cara mendeteksi inkonsistensi. Matematika bukan cuma soal rumus, tapi soal logika berpikir. Utk mengecek konsistensi sebuah persamaan, Anda tdk mesti memasukkan ribuan angka sbg nilai x. Masukkan x=1, lalu cek nilai x^2 / x. Lalu x=2, x=3, x=1000, x= -1, x= -2, dst... Kelamaan!
Tapi dgn nalar, kita cukup mengecek konsistensi persamaan di x=0. Eh, ketemu inkonsistensinya! Kalau ketemu satu titik saja inkonsistensi, maka persamaan tsb sudah salah. Tdk perlu dicek seribu titik. Makanya, dlm kalkulus, ada persamaan yg ditulis: f(x) = x^2 / x; x tidak sama dgn 0. Kalau begini, persamaannya bener. Lha, kok jadi ngomongin kalkulus? Sabar! Logika mmg harus diresapi :)
Menghadapi bebek2 liberalis kadang memang njelimet. Rujukannya (seolah) banyak. Makanya ada jg yg jatuh mental duluan. Padahal, utk mengecek inkonsistensi mereka, mudah saja kok. Tdk mesti mengecek semua rujukan jg. Sbg contoh, jika ada yg bicara soal ‘hormati perbedaan’ tapi omongannya begini, jelas kelihatan #Kontradiksi-nya.
Kita tdk perlu mengecek rujukannya yg canggih2. Cukup cari satu saja bukti bhw ia tdk hormati perbedaan. Demikian jg kalau ada yg mengaku rasional tp logikanya begini, jelas bgt #Kontradiksi-nya.
Kita tdk perlu ikuti argumennya yg berpanjang lebar. Ambil saja satu contoh, cukup utk bukti inkonsistensi. Bagi org sains, logika Islam liberal memang tdk pernah bisa dicerna. Atau lbh tepatnya: tdk berlogika sm sekali. Tidak logis, misalnya, ada mahasiswa baru belajar fiqih sebentar saja sdh bisa memaki Imam Syafi’i. Tidak logis pula kiranya jika ada yg kuliah perbandingan agama 4 semester lalu bilang semua agama benar. Apa mungkin belajar semua agama itu cukup 4 semester? Kpn risetnya, kok bs simpulkan semuanya benar?
Nah, tapi ada jg yg bilang agama Islam pun gak logis. Padahal dia mengaku Muslim! Lha, yg gak logis siapa? @ulil misalnya, mengatakan bhw azab Allah kpd kaum Nabi Nuh as sangat berlebihan. Lalu knp menyembah Allah? Atau Qur’an-nya yang salah? Lalu mengapa kadang2 masih merujuk pd Al-Qur’an? Makin ngotot @ulil berkilah, yg kelihatan inkonsisten justru dia sendiri. Mungkin krn gak belajar Kalkulus :) Silakan baca hujatan @ulil thd azab Allah di sini! >> ulil.net/2008/08/06/mem…
Ada jg yg bilang: “jgn gunakan perspektif agama sendiri utk menilai agama lain!” Lalu pakai perspektif apa? Apa logika ini masuk akal? Kita harus pakai perspektif org utk menilai org lain? Supaya semuanya benar?
Seorg mahasiswa pernah curhat ke saya bhw dosennya jg bilang begitu. “Kalau menilai Kristen, gunakan perspektif Kristen!” Sy suruh mahasiswa itu utk bilang ke dosennya: “Kalau bapak menilai jawaban UTS saya, pakai perspektif saya donk!” Dgn demikian, semua mahasiswa dapat nilai 100 karena semua jawaban benar menurut perspektif masing2. TETOT!!! Logika pak dosen inkonsisten! Kelihatan deh #Kontradiksi-nya. Gampang kan? :)
Orientalis dulu memang hobi menyerang Qur’an, misalnya, dgn berpegang pada Bibel. Dlm Qur’an ada cerita soal Nabi Ibrahim as, misalnya. Kata orientalis, ceritanya gak akurat. Sebab, menurut mrk, yg akurat itu versi Bibel. Ya boleh2 aja sih mrk pakai Bibel sbg acuan... Masalahnya, di kemudian hari, mereka sendiri yg menyadari bhw Bibelnya banyak #Kontradiksi. TETOT!!!
Sementara umat Muslim masih lapang2 dada saja dgn Qur’an, sebab Qur’an itu “laa rayba fiihi”. “Laa rayba fiihi” ini buat yg beriman lho ya, buat yg mempertanyakan azab Allah kayak @ulil mah gak tau deh :p
Sudah sejak dulu para cendekiawan Muslim mempelajari agama lain dengan perspektif Islam. Contohnya ada Kitab Al-Milal wa al-Nihal karya asy-Syahrastani. Membahas berbagai aliran dan sekte agama. Tapi dlm bahasan itu, gak pernah asy-Syahrastani bilang “semua agama benar”. Beliau meyakini Islam yg haq, yg lainnya bathil. Keimanan beliau konsisten dgn isi bukunya. Beda donk dgn org yg ngotot disebut Muslim tapi kerjanya nyalahin Islam melulu, mengkritisi Qur’an dll. Beriman tapi sekaligus meragukan? Atau beriman tapi gonta-ganti perspektif? Itu #Kontradiksi namanya!
Terkait dgn tuduhan @sahaL_AS bhw metode Kang @hafidz_ary sama dgn orientalis, ini jg patut dikritisi. Jika yg dilihat hanya kulitnya, maka kesimpulannya ‘mrk sama2 menilai agama lain dgn perspektif agama sendiri’. Padahal, penggunaan perspektif secara konsisten itu biasa dlm dunia akademis. Justru aneh jika perspektifnya gonta-ganti. Hanya manusia tak berprinsip yg melakukan demikian. Dan saling kritisi perspektif itu biasa. Itulah yg sebenarnya tengah terjadi, tp #mereka gagal paham.
Org Kristen boleh kritisi Islam dgn perspektifnya sendiri. Kang @hafidz_ary boleh donk lakukan sebaliknya? Menurut saya, kesimpulan soal ‘perspektif’ ini masalah kemalasan berpikir saja. Tidak semua masalah bisa diselesaikan dgn kata2, “Itu tergantung perspektif!” Perspektif itu sendiri harus dinilai benar-salahnya. Tidak semua bisa diterima sbg kebenaran. Jadi, ketika orientalis menilai kisah2 dlm Qur’an sbg palsu dgn berpegang pd Bibel, maka Bibelnya harus siap dikritisi. Nah skrg kang @hafidz_ary mengkritisi perspektif orientalis, salahnya dimana?
Saya lihat, terlalu banyak caci maki dialamatkan kpd kang @hafidz_ary, tp argumennya nihil. Masalah sebenarnya adalah kang @hafidz_ary sdh berhasil membongkar kesalahan perspektif lawan debatnya. Nah, sekarang soal tantangan debat turats nih. Ini bukan tantangan baru. Dulu jg sdh pernah di-sounding kan?
Yg heboh juga itu2 lagi. Yg nantang @sahaL_AS, yg heboh @stakof, dan muncul deh akun2 anonim hehe Kita bisa menebak bahwa @sahaL_AS sedang berusaha mencitrakan dirinya sbg ‘santri’. Seolah2 org kalau belajar turats akan menjadi liberal seperti dia. Sengaja, lawan yg dicari adalah saya & kang @hafidz_ary.
Kalau bagi saya, mengakui kelemahan adalah hal ringan. Bahasa Arab saya masih sangat lemah. Tuh, gampang kan? :) Tapi seperti saya jelaskan di awal, kalau hanya utk membongkar #Kontradiksi, tdk perlu merunut sampai ke pangkal pemikiran.
Dgn melihat di sana-sini saja, pemikiran @sahaL_AS banyak #Kontradiksi-nya.Sebagian dr #Kontradiksi itu sdh dibongkar tadi pagi oleh Kang @hafidz_ary.Mengkritik orientalis tapi berteman dgn tokoh2 JIL? TETOT!!! !Ngaku baca turats tp pemikiran berlawanan dgn para ulama? TETOT!!! lagi!
Tapi bagaimana pun saya tertarik dgn tantangan debat tsb. Sekali2 perlu jg digelar debat terbuka. Tapi, ada tapinya nih... Kalo soal turats, saya yg cuma asisten para ulama ini manalah berani jumawa. Urusan turats, tidak mungkin kaki saya beranjak melangkahi gurunda @salimafillah, misalnya. Apalagi saya kenal jg dgn ustadz muda nan cerdas dari pesantren NU @sidogiri, ust. @AchyatAhmad.
Di MIUMI, kita kenal jg asatidz hebat seperti ust. Idrus Romli. Oya, ust. Idrus Romli ini adalah tokoh Forum Kyai Muda (FKM) NU. Sangat dihormati.
Beliau jg sangat anti JIL. Coba cek rekaman (video) debat beliau dgn @ulil di https://t.co/Sqfo6i5CMm. Ada juga ust @FahmiSalim2 yg jebolan Al-Azhar. Ah, cocok sekali kalau dipertemukan dgn @zuhairimisrawi. Atau mau yg doktor? Boleh, ada ust Saiful Bahri @L_Saba. @zuhairimisrawi mau pilih yg mana? :)
Mohon maaf, kami yg bergaul dgn para ulama senantiasa memelihara adab. Kami tahu posisi kami. Saya bukan ustadz, boro2 ulama. Dari dulu saya sudah bilang begitu. Kerja sy di ranah dakwah cuma bantu2 dikit.
Mana berani saya memenuhi tantangan yg jauh lebih pantas dijawab o/ mereka yg lebih ahli. Adapun saya, dgn kelemahan ilmu saya, berkutat mendeteksi sajalah. Dgn logika level Kalkulus 1 dan 2 :)
Tapi ini usul yg bagus utk #IndonesiaTanpaJIL. Mulai skrg, biasakan mengundang org2 JIL ini. @TanpaJIL. Kasihan mereka, masak panggungnya di UIN/IAIN, Utan Kayu dan Salihara melulu. Jadi kapan2 kalau undang ust @FahmiSalim2, misalnya, tulis di publikasi: “Turut mengundang @zuhairimisrawi”
Ini sekedar usulan saya. Kita jg senang kan kalau #mereka mau hadir. Lumayan buat hiburan :D. Kita tunggu tokoh2 JIL turun gunung, membongkar semua pemikiran mereka! Horeee...!!! :D . Semoga kita terhindar dari logika njelimet yg ujung2nya cuma . Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin...
Post a Comment Blogger Facebook