"Segala himpitan hidup dijalaninya dengan optimis. Bermodal ilmu, kerja keras, disiplin dan kedekatannya dengan-Nya, ia meraih perstasi puncak di usia muda."
KEHILANGAN pekerjaan yang mapan
karena perusahaan tempatnya bekerja bangkrut terhempas krisis tahun
1998, tak membuat laki-laki ini frustasi. Kesulitan hidup ia jalani
dengan sikap optimis. Ia kemudian banting setir merintis bisnis menjadi
wirausahawan.
Jerih payahnya terlihat hari ini.
Sepuluh tahun kemudian, laki-laki ramah ini telah berhasil menjadi
entrepreneur sukses dengan omzet usaha mencapai miliaran rupiah. Pada
tahun 2008 Enterprise Asia menobatkannya menjadi Entrepreneur of The
Year untuk predikat pengusaha terbaik.
Ia
adalah Sandiaga Salahuddin Uno. Sandi panggilan akrabnya mengaku menjadi
pengusaha karena “kecelakaan”. Sebab, sejak awal ia tak pernah berniat
menjadi pengusaha. Cita-cita awalnya adalah menjadi top manager atau
direktur di sebuah perusahaan. Namun, jalan hidupnya ternyata berkata
lain.
“Saya ini pengusaha by accident. Kalau
tak ada krisis mungkin saya tak pernah menjadi entrepreneur,” akunya
kepada Sabili saat ditemui di sela-sela acara World Islamic Economic
Forum (WIFE) di Ritz Carlton, Jakarta awal Maret 2009.
Berdasarkan
pengalamannya itulah pengusaha yang tutur katanya runut ini memercayai
bahwa seorang entrepreneur dapat dibentuk. Pengusaha tidak lahir karena
keturunan atau warisan keluarga.
“Sebab pada setiap individu memiliki potensi kewirausahaan,” ujar bungsu dari dua bersaudara ini.
Contoh
nyata adalah Sandi sendiri. Pengusaha muda jebolan Wichita State
University dengan predikat summa cum laude ini tidaklah terlahir dari
keluarga pengusaha, melainkan keluarga pendidik. Ayahnya Razif Halik Uno
(Henk Uno) adalah seorang pekerja keras di sebuah perusahaan minyak.
Sedangkan
ibunya Rachmini Rachman (Mien R Uno), seorang pelopor ilmu kepribadian
di Indonesia. Pamannya, DR Arief Rachman juga adalah seorang pakar
pendidikan terkemuka di Tanah Air.
“Saya adalah orang pertama di keluarga yang terjun di bisnis,” ujarnya.
Keputusannya
bergelut di dunia bisnis tak pernah ia sesali. Sebaliknya memicu
semangatnya untuk serius dan total dalam dunia bisnis.
Ketika
merintis bisnisnya sepuluh tahun silam, ayah dua anak ini mengaku tidak
berpikir yang muluk-muluk. Saat ide muncul, ia segera melangkah dengan
modal kepercayaan yang tinggi.
Selanjutnya
menjalankan usahanya dengan kerja keras dan berpikir bagaimana menjadi
yang terbesar. “Modal saya segera melangkah, kemudian menggantungkan
cita-cita setinggi langit. Alhamdulillah, Allah ternyata mengabulkan
cita-cita tersebut,” ujar laki-laki yang selalu santun dan ramah dengan
istrinya ini.
Seperti halnya tokoh lainnya,
Sandi meniti karir bisnis dari bawah. Mulai dari konsultan yang dibayar
dengan uang, kemudian bergeser dibayar dengan saham. Pada tahun 1998,
bersama Edwin Soeryadjaya, ia mendirikan PT Saratoga Investama Sedaya.
Bidang usaha yang digarap meliputi sektor pertambangan, telekomunikasi
dan produk kehutanan.
Dengan modal investor,
perusahaannya mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang bermasalah.
Kinerja perusahaan tersebut dibenahi. Setelah pulih dan berkembang, aset
perusahaan itu dijual dengan harga tinggi. Beberapa diantaranya PT
Dipasena Citra Darmaja, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional.
Satu
keunikan laki-laki yang gemar olahraga basket ini dibanding pengusaha
lainnya adalah kedekatannya dengan kalangan akar rumput. Krisis ekonomi
dunia yang terjadi menurut suami Noor Asiah ini, lebih disebabkan
praktik riba yang dianut dunia selama ini.
Ekonomi
yang dibangun di atas pondasi riba memunculkan ketamakan. Praktik
ekonomi semakin tidak sehat karena satu pihak berpikir membunuh pihak
lainnya. “Inilah alasannya kenapa riba itu dilarang,” ujarnya.
Karena
itu, ia berpendapat ini saatnya dunia Islam mengambil peran penting.
Caranya dengan mengubah kiblat ekonomi dunia agar melirik perspektif
Islam. Sehingga ekonomi dunia yang berada di ujung tanduk ini
terselamatkan.
Berbeda dengan prinsip ekonomi
yang dianut saat ini, prinsip ekonomi Islam mendorong lebih banyak
investmen (investasi) daripada pinjaman. Investmen akan mendorong para
pelaku bisnis memiliki kemampuan untuk berkembang. Sehingga tercipta
prinsip kebersamaan.
“Jika prinsip ini dijalankan, maka tidak akan pernah terjadi krisis seperti saat ini,” tandasnya.
Mendorong ekonomi Islam dan UMKM
Sebagai
Ketua Komite Tetap Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Sandi juga terlibat aktif
mendorong kemajuan UMKM. Ia percaya UMKM mampu menjadi lokomotif
perekonomian Indonesia dan dunia ke depannya.
Contohnya
terjadi di negeri ini, Indonesia. Saat para konglomerat menggerogoti
keuangan rakyat dan hampir menenggelamkan kapal Republik, UMKM tampil
sebagai juru selamat perekonomian negeri ini.
Sektor UMKM pula yang menggerakkan ekonomi rakyat dan negara sehingga dapat bertahan menghadapi terpaan krisis.
Karenanya,
ia berpendapat sudah selayaknya kepentingan UMKM dibela. “Jika diberi
kemudahan, UMKM akan berkembang baik. Selama ini sektor UMKM terlilit
pada dua persoalan besar.
Pertama, paradigma masyarakat yang masih sempit memandang bidang usaha.
Kedua, rendahnya sokongan pemerintah kepada mereka,” jelas Sandi.
Dekat dengan Sang Pencipta
Kesibukannya
yang luar biasa mengurusi sejumlah perusahaan tak membuat Sandi lupa
pada Sang Pencipta, Allah SWT. Di mata Sandi, Allah adalah nomor satu
dari yang lain. Itulah sebabnya, meski sebanyak apa pun pekerjaan, ia
tidak pernah meninggalkan perintah-Nya dan sunnah Rasulullah SAW.
Tujuh
tahun terakhir ini, ia tidak pernah ketinggalan menjalankan shalat
Dhuha. Lantaran rutin menjalankannya, shalat Dhuha sudah seperti wajib.
Bahkan jika tertinggal menjalankannya, ia merasa ada yang hilang.
Puasa
Senin-Kamis juga jadi kegemaran Sandi. Meski ia mengakui cukup berat
menegakkannya karena intensitas pekerjaannya yang bertemu dengan banyak
rekan bisnis.
Terlebih jika mendapat undangan makan seorang tokoh, sementara saat itu ia sedang berpuasa.
“Amalan
itu memberi dorongan yang kuat dalam segala aktivitas saya. Pikiran dan
hati ini terbimbing setelah menjalankannya,” katanya.
Ayah
Anneesha Atheera Uno dan Amyra Atheefa Uno ini bersyukur memiliki
keluarga yang mendorong karirnya. Selain teman berdiskusi, Noor Asiah,
istrinya sering sekali bangun tengah malam dan mengajaknya shalat
tahajud.
“Ada hikmah kenapa shalat tahajud
paling utama setelah shalat fardlu karena perjuangan untuk menegakkanya
cukup keras,” terangnya.
Lahir di Rumbai, 28
Juni 1969. Ia terlahir dari keluarga pendidik. Ayah-ibunya Razif Halik
Uno-Mien R Uno menempa Sandi dengan pendidikan agama dan disiplin yang
tinggi. Harapannya, kelak Sandi menjadi manusia yang berguna untuk orang
banyak.
Sandi tumbuh menjadi laki-laki yang cerdas dan bertanggung jawab. Pendidikan di Wichita State University, AS diselesaikannya dengan predikat summa cum laude pada tahun 1990. Tahun 1991, Sandi mendapatkan beasiswa ke George Washington University dan berhasil lulus dengan indeks prestasi kumulatif 4,00.
Tahun
1994, ia bergabung dengan MP Holding Limited group. Satu tahun kemudian
dia pindah ke NTI Resources Ltd di Kanada menjadi Executive Vice
President dengan penghasilan sebesar 8.000 dollar AS per bulan. Tahun
1998, bersama Edwin Soeryadjaya, Sandi mendirikan PT Saratoga Investama
Sedaya.
Satu pelajaran berarti dari Sandi,
sukses hanya dapat diraih dengan kerja keras dan disiplin yang tinggi.
Jika cita-cita itu datang, jangan pernah lupa kepada Sang Pencipta,
Allah SWT. (Rivai Hutapea & Dwi Hardianto)
Sumber: sabili.co.id
Follow @wisbenbae