1. Tito Karnavian, penangkap Tommy Soeharto & pembongkar teroris
Nama
Tito Karnavian mencuat saat Polri sedang menangani kasus pembunuhan
Hakim Agung Syafiudin Kartasasmita yang dilakukan oleh putra Mantan
Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra (Tommy) di tahun 2001. Kala itu,
Tito yang berpangkat Komisaris memimpin tim Kobra dan berhasil
menangkap Tommy. Atas keberhasilan itu, Tito mendapat hadiah kenaikan
pangkat luar biasa berupa Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP).
Tahun
2004, terorisme mulai marak di Indonesia sehingga perlu dibentuk tim
khusus yang diberi nama Detasemen Khusus Anti-Teror 88 (Densus 88). Tito
kemudian diberi amanah memimpin satuan khusus ini yang dibentuk Irjen
Pol Firman Gani itu.
Sepak terjang Tito yang menjadi kepala
satuan yang awalnya beranggotakan 75 personel ini terbilang cemerlang.
Dia mampu mengungkap jaringan teroris Dr Azhari dan kelompoknya di Batu,
Malang, Jawa Timur, 9 November 2005. Di bawah pimpinannya, Densus 88
Antiteror juga berhasil menangkap 19 dari 29 warga Poso yang masuk dalam
DPO di Kecamatan Poso Kota, 2 Januari 2007.
Selain itu, Tito
juga berhasil menembak mati gembong teroris Noordin Moch Top. Prestasi
itu dia ukir dalam sebuah penyergapan di Solo pada 17 September 2009.
Saat
ini, Tito tengah memegang amanah menjadi Kapolda Papua dengan pangkat
Irjen. Sebuah wilayah dengan tingkat kerawanan ekstra.
2. M Syafii, tiga kali naik pangkat luar biasa
Awal
mula karir M Syafii melesat saat bertugas di bawah komando Tito
Karnavian. Prestasi yang berhasil ditorehkan Syafii adalah melacak jejak
Tommy Soeharto, dan kemudian menangkap pelaku pembunuhan Hakim Agung
Syafiudin Kartasasmita.
Atas hal itu, dia bersama Tito dan beberapa personel tim kobra yang lain mendapat hadiah kenaikan pangkat luar biasa.
Prestasi
Syafii tidak hanya berhenti di situ. Dia bersama tim Ditserse Polda
Metro Jaya berhasil menangkap gembong teroris Imam Samudra di Pelabuhan
Merak, Banten. Dia pun diganjar kenaikan pangkat luar biasa.
Tak
hanya itu, Syafii ternyata juga salah satu polisi yang berhasil
melumpuhkan teroris Dr Azhari dalam penyergapan di Batu, Malang.
3. Maryono, sendirian gagalkan perampokan
Anggota
Polres Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Aiptu Maryono mendapat kenaikan
pangkat luar biasa. Hal ini lantaran Aiptu Maryono seorang diri
berhasil menggagalkan upaya perampokan Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Kantar Cabang Pantai Cermin, Kabupaten Kampar, yang dilakukan rekannya
sesama anggota kepolisian, Briptu S.
Briptu S mendatangi kantor
BRI dan menodongkan senjata api ke Briptu Dedi yang sedang bertugas
menjaga keamanan perbankan. Upaya itu gagal setelah Aiptu Maryono nekat
menghadang Briptu S dengan menyamar sebagai nasabah. Keduanya sempat
terlibat baku tembak.
Akhirnya Briptu S berhasil dilumpuhkan
dengan dua tembakan di dua kakinya. Sementara Aiptu Maryono sendiri
mengalami pecah tempurung tengkorak lantaran terkena hantaman popor
senjata milik pelaku.
4. Heri Prastowo, ungkap sabu hampir satu ton
Heri
Prastowo merupakan salah satu anggota kepolisian yang memiliki prestasi
gemilang. Dia berhasil mengungkap distribusi sabu seberat 950 kilogram
sendirian.
Kejadian tersebut bermula ketika Heri Prastowo yang
sedang dinas menerima informasi dari masyarakat bahwa ada dua mobil boks
jenis Panther yang sedang memindahkan barang di tempat gelap di Jl Raya
Kali Baru Desa Tanjung Burung Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Selasa, sekitar pukul 03.00 WIB.
Heri kemudian
mendatangi dua mobil itu menggunakan sepeda motor dinas Polri berpelat
nomor 76014 VII warna abu-abu. Tetapi, saat Heri mendekat, sopir mobil
itu langsung menyalakan mesin dan menabraknya hingga terjatuh.
Usai
menabrak, kedua mobil itu kemudian kabur. Tetapi, polisi mendapat
informasi mobil Panther boks itu berada di belakang kantor Kecamatan
Teluk Naga. Polisi kemudian mendatangi lokasi dan menjumpai mobil
diparkir dalam keadaan tanpa terkunci baik pintu kemudi maupun
bagasinya. Di dalam mobil itu, petugas menemukan sabu seberat 950 kg.
5. Jakaria, tertembak 8 kali karena cegah perampokan
Jakaria
mendapat kenaikan pangkat luar biasa dari Brigadir menjadi Bripka. Ini
lantaran dia berhasil menangkap pelaku perampokan mobil pengangkut uang
milik PT Armorindo Arta.
Peristiwa itu terjadi saat mobil
pengangkut uang melintas di Fly Over Cawang pada 4 Oktober 2006. Seorang
mantan TNI AD yang pernah bertugas di Yon Zenpur 14 Lenteng Agung,
Sulistyo Erawadi bersama gerombolannya mencoba melakukan penghadangan
mobil yang berisi uang sebanyak Rp 2,75 miliar.
Brigadir Jakaria
mencoba menghalau penghadangan itu. Upaya itu menimbulkan baku tembak
antara Jakaria dengan gerombolan Sulistyadi.
Akhirnya, Sulistyadi
dapat dilumpuhkan. Namun demikian, Bripka Jakaria terpaksa mengalami
luka tembak sebanyak 8 lubang, 3 lubang di dada, 2 lubang di lengan
kanan, 2 lubang di lengan kiri, dan 1 lubang di paha kiri.