Pengalaman sejati dari Pakar Journalisme, Raya Shokatfard, Muslimah asal Iran, tahun 1968, saat usia 19 tahun "Aku meninggalkan Iran, pindah ke AS. Aku tinggalkan pula Islam dan identitas sebagai Muslim,'
Seperti remaja AS pada umumnya: bersenang-senang dan diliputi kilau duniawi. Kemudian memulai ''impian Amerika''-nya dengan merintis bisnis membuka toko pakaian di Manhattan, Kalifornia Selatan, akhirnya sukses dan kaya raya saat beralih ke bisnis real estate. Mampu meraih gelar sarjana, master dibidang jurnalisme dan komunikasi publik dari Southern Oregon University (SOU). Ia punya mobil Rolls Royce dan tinggal di rumah megah di tepi pantai. Kebunnya amat luas dengan aneka ternak hidup di dalamnya. Berkeliling dunia. Dan kemewahan lainnya. Namun ada satu yang kurang, dia merasakan adanya kekosongan jiwa, "Saya mulai merasakan sesuatu yang hilang, terasa sangat kosong," kenangnya.
Beragam workshop dan kuliah, diikuti untuk bisa menjawab permasalahan jiwanya. Perjalanan pencarian Tuhan diawali dengan ketertarikan kedamaian dalam ajaran agama itu. Dia pun menjadi penganut Hindu. Merasa kurang puas, ia lalu mencari Tuhan pada agama Buddha. Ia pun menjadi umat Buddha. Tak lama, ia keluar dari agama Budha, merasa belum terjawab eksistensi ketuhanan. Bergabung dengan gerakan yang popular di Amerika yaitu New Age yang mengajarkan kebebasan diri tanpa Tuhan, "Anda adalah master dalam kehidupan Anda, Anda memiliki takdir sendiri, Anda adalah Tuhan dalam kehidupan Anda, dan banyak elemen lain yang saya pelajari di sana. Tapi, kemudian saya berpikir, saya tak mampu menjadi master dalam perjalanan hidup saya. Saya tidak dapat membayangkan ke mana hidup saya akan pergi. Saya pun tak nyaman di sana,"
Pencarian dilanjutkan pada agama Kristen, ia menjadi penganut Kristiani cukup lama hampir tujuh setengah tahun. Ia begitu tertarik dan terpesona dengan kebersamaan dan persaudaraan umat Kristiani yang kuat. Lalu, jadilah ia penganut Kristen yang taat ke gereja, mempelajari Alkitab, bahkan mengajarkannya. Ia juga belajar teologi Kristen di sebuah universitas. Tapi, lagi-lagi Raya merasa gelisah. Ia merasa belum menemukan Tuhan yang diinginkannya. Sebelum memantapkan diri mencari Tuhan di agama lain, ia sempat pamit pada pastur.
Puncak pencarian Tuhan diusia 62 tahun, di titik inilah ia mulai tertarik kembali pada Islam. Selama 15 tahun kehilangan Tuhan, kekosongan jiwa. Jatuh bangun mencari eksistensi Tuhan. Beragam agama sudah ia anut. Namun, siapa sangka, Islam-lah yang mampu menjawab semuanya.
Ia membaca Surah al-Fatihah saat pertama kali membuka Alquran setelah kemurtadannya, sembari menangis. Hanya dengan tujuh ayat dalam surah pembuka Kitabullah, al-Fatihah, dia sudah menyadari kesalahannya dan menyadari bahwa Allahlah satu-satunya Tuhan, tiada yang berhak disembah selain Allah.
Keyakinan dalam Islam, membuatnya sangat aktif dalam menyebarkan ajaran Islam. Ia menjadi asisten editor di SOU untuk situs islam yang berbasis di Los Angeles. bldirgantara.blogspot.com
Ia pun menjadi koresponden asing, penulis, editor dan produser film dokumenter untuk web onislam.net. Ia juga pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi dan konsultan untuk situs Reading Islam. Melalui jurnalistik, Raya aktif menyuarakan perdamaian dan hak asasi perempuan.
Demikian kisahnya dari kanal milik Raya di Youtube.
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)
“Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kalian, maka janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam.” (Al-Baqarah: 132)
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidak ada seorang pun dari umat ini yang telah mendengar diutusnya aku, baik dia Yahudi maupun Nasrani, kemudian mati dalam keadaan tidak beriman terhadap agama yang aku diutus dengannya (Islam), melainkan dia termasuk penghuni neraka.”