GuidePedia

JAKARTA (salam-online.com): Siapa bapak pluralisme? Pertanyaan ini dilontarkan Munarman SH, pengacara senior yang juga Juru bicara Front Pembela Islam (FPI), di hadapan ratusan hadirin yang memadati acara bedah buku #Indonesia Tanpa Liberal yang ditulis Artawijaya, di Masjid Raya Al-Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan (11/8/2012). Sebagian jamaah menjawab, “Gus Dur…!”

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJUSuSjatKfPNk7UPpxPFtu4nmIVp2RhKW-t882s9mnShz2x5qmcAUi87EdR5uvHNxLGXN0-DC8Qu5dDmN94Xr25aqBqYBbi532UDQOBdA5vklld8jDACqEext8ryc39SoYHKdYA/s1600/Gusdur.jpg

Jawaban tersebut menurut Munarman, salah. Karena menurutnya, Gus Dur itu tidak ada apa-apanya. Munarman yang malam itu tampil mengenakan jubah dan kopiyah, menyatakan, “Bapak pluralisme pertama adalah Abu Jahal,” tegasnya.

Mantan Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) ini kemudian memberikan alasannya dengan merujuk pada asbabun nuzul surat Al-Kafirun, dimana Abu Jahal dan Abu Lahab yang sangat membenci dakwah Nabi Muhammad saw, berusaha membujuk dan memberikan penawaran kepada Rasulullah dan para sahabat yang telah memeluk Islam, agar mau saling bergantian dalam melakukan ibadah dengan kaum kafir Quraisy.


Rasulullah diminta menyembah berhala-berhala mereka, kemudian mereka juga bersedia menyembah Allah, Rabb yang diserukan oleh Muhammad saw untuk ditaati. “Tawaran itu disampaikan oleh geng Abu Jahal dan Abu Lahab  dengan alasan agar terjadi toleransi dan perdamaian,” ujarnya.

Namun, Allah SWT kemudian menurunkan Surah Al-Kafirun, yang berisi peringatan tegas kepada orang-orang kafir, bahwa keyakinan umat Islam tidak boleh ditukar-ganti, hanya semata-mata alasan toleransi. “Surah Al-Kafirun jelas dan tegas, menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang kafir yang kita tidak boleh tunduk pada kemauan mereka. Allah tegas menyebutnya dengan istilah kafir, bukan non-muslim. Ini istilah Qur’an, kita tidak boleh mengubahnya dengan istilah-istilah lain,“ tegas Munarman.

Munarman menyampaikan soal ini, karena memang selama ini kelompok liberal, dengan kedok toleransi dan perdamaian, berusaha mencampur-aduk keyakinan. Acara-acara seperti doa bersama, doa lintas iman, ucapan selamat natal dan lain-lain adalah bukti bahwa mereka telah menggadaikan akidah demi toleransi. “Kita tidak ragu-ragu menyebut mereka yang melakukan dan mengampanyekan itu sebagai antek-antek Abu Jahal,” tegasnya lagi.

Jadi, ujar Munarman, kampanye dan ajakan pada pluralisme dan liberalism itu sudah ada sejak zaman Nabi. Tak hanya hari ini. Artinya, penerus dan antek-antek Abu Jahal dan Abu Lahab itu sepanjang zaman terus berusaha menjerumuskan umat Islam agar mengikuti paham mereka.


Selain menyinggung soal pluralisme, Munarman juga membedah akar gerakan liberalisme di Indonesia, yang dilatarbelakangi oleh kepentingan asing untuk menguasai Indonesia, negeri yang mayoritas penduduknya Islam. Munarman memaparkan dokumen Rand Corporation, sebuah lembaga think tank di Amerika Serikat, yang beroperasi melakukan penelitian dan memberikan data kepada AS untuk dijadikan kebijakan politik luar negerinya di negara-negara Muslim.

Di antara kampanye yang terus diusahakan oleh Amerika adalah membangun jaringan kelompok moderat di negara-negara Islam. “Padahal, sejatinya kelompok moderat versi AS adalah kelompok liberal,” ujarnya.


Kepada umat Islam yang memadati masjid tersebut, Munarman berpesan agar kaum Muslimin tidak mempedulikan segala ocehan dan cercaan kelompok liberal. “Bagi mereka, apapun yang kita lakukan selalu saja dianggap salah. Jadi, cuekin saja, kita tetap berjuang tanpa mempedulikan omongan mereka,” tuturnya.

Munarman mencontohkan, kelompok liberal selalu mengatakan, mengapa FPI tidak bergerak menangkap koruptor?  Padahal kalau FPI bergerak melakukan itu, FPI dianggap mengambil alih tugas dan wewenang aparat. “Jadi kita selalu disalahkan. Padahal, kita sejak tahun 2006 lalu sudah membentuk Brigade Pemburu Koruptor, sedangkan mereka kelompok liberal belum berbuat apa-apa,” pungkasnya.

Sementara itu, penulis buku #Indonesia Tanpa Liberal, Artawijaya, meminta kaum Muslimin untuk tidak hanya meningkatkan kualitas keshalihan pribadi saja, tetapi juga peduli terhadap perjuangan melawan liberalisme yang merusak akidah. Segala tudingan dan cacian yang disuarakan oleh mereka di media massa, jangan membuat kita lemah dan patah semangat. Jadi, biarkan antek Abu Jahal menggonggong, kita tetap dan terus berjuang!

Beli yuk ?

 
Top