Tiket AirAsia tujuan Medan sudah saya beli sekitar dua bulan sebelum hari keberangkatan dengan harga 250.000. Harga yang tergolong sangat murah untuk penerbangan selama tiga jam dari Surabaya. Apalagi Indonesia AirAsia merupakan satu-satunya maskapai yang melayani penerbangan langsung dari Surabaya ke Medan. Maskapai lainnya hanya menawarkan penerbangan yang transit baik di Jakarta maupun di Batam. Waktu tempuhnya otomatis menjadi lebih lama dan harganya berbeda sangat jauh. Tentu saja memilih penerbangan ini menjadi hal yang sangat tepat karena lebih efisien dalam hal waktu.
Penerbangan Indonesia AirAsia dari Surabaya ke Medan dijadwalkan berangkat pada pukul 08.40. Pagi hari setelah sahur saya sudah nggak tidur lagi khawatir kalau tidur malah kebablasan dan ketinggalan pesawat. Pukul 06.30 taksi burung biru yang saya pesan untuk mengantarkan saya ke Bandara Juanda akhirnya datang juga. Ya beginilah repotnya transportasi di sekitar tempat kost saya. Angkutan umum susah, kalaupun ada juga jarang apalagi pagi-pagi seperti ini. Transportasi yang paling efektif digunakan untuk ke bandara ya taksi meskipun harganya agak mahal.
Jarak sekitar 10 km dari kost ke bandara pagi itu ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit saja. Nggak ada keramaian yang menghambat perjalanan saya ke bandara pagi itu. Begitu tiba di bandara saya langsung mencari mesin self check in AirAsia untuk mencetak boarding pass. AirAsia memang sedang memberikan pengarahan kepada penumpang-penumpangnya untuk melakukan check in melalu web check in, mobile check in, maupun self check in sehingga nanti di bandara tinggal drop bagasi saja kalau ada. Kemungkinan nantinya AirAsia akan mengenakan biaya kepada penumpang yang melakukan check in di counter seperti halnya Ryan Air di Eropa. Menurut saya ini kebijakan yang cukup tepat bagi perusahaan untuk melakukan efisiensi.
Saya sendiri sudah melakukan web check in seminggu sebelum hari keberangkatan. Fasilitas web check in dan mobile check in AirAsia memang sudah dibuka seminggu sebelum hari keberangkatan dan ditutup empat jam sebelum keberangkatan. Sementara mesin self check in di bandara bisa digunakan sampai satu jam sebelum keberangkatan. Bagi Anda yang bepergian naik AirAsia dan memiliki koneksi internet ada baiknya sudah melakukan web check in terlebih dahulu. Bisa juga menggunakan mobile check in karena rata-rata kan sudah menggunakan handphone dengan fasilitas GPRS maupun 3G yang bisa digunakan untuk mobile check in. Keuntungan yang sangat terasa jika menggunakan web check in adalah ketika Anda pergi rombongan, Anda tidak akan duduk terpisah-pisah dari rombongan Anda.
Bagi saya fasilitas web check in, mobile check in, maupun mesin self check in yang disediakan ini sangat membantu tapi mesih belum sinkron dengan pengelola airport. Contohnya saya sudah melakukan web check in seminggu sebelum keberangkatan, karena saya tidak mempunyai printer untuk mencetak boarding pass maka begitu tiba di airport saya langsung mencari mesin self check in untuk mencetak boarding pass saya menggunakan bar code yang dikirim AirAsia ke HP saya. Cukup men-scan bar code tersebut di sensor mesin self check in maka boarding pass langsung keluar. Sayangnya setelah saya mendapatkan boarding pass tersebut saya masih harus mengantri di counter check in untuk membayar airport tax. Tentu ini jadi membuang-buang waktu dan tidak efisien. Perlu diketahui, pembayaran airport tax di Bandara Juanda dilakukan di counter check in. Anda saja airport tax sudah masuk ke dalam harga tiket seperti yang dilakukan di bandara-bandara luar negeri tentu saja begitu mendapatkan boarding pass saya bisa langsung ke ruang tunggu tanpa harus antri lagi di check in counter. Ribet yak? :D
Bandara Juanda pada jam-jam nanggung seperti ini terlihat sepi karena kepadatan sudah terjadi sejak pukul 05.00-07.00 tadi. Beberapa ruang tunggu terlihat kosong, sementara di apron juga hanya terlihat beberapa pesawat saja. Saya masuk ke ruang tunggu gate 7 tempat penumpang AirAsia tujuan Medan yang masih belum begitu ramai. Tidak begitu lama menunggu panggilan boarding datang juga. Para penumpang antri untuk keluar dari ruang tunggu menuju ke pesawat. Tapi antrinya ya gitu deh, nggak bisa rapi alias acak-acakan. Ternyata di bawah sudah ada beberapa bus yang menunggu karena pesawat berada di remote apron yang jaraknya cukup jauh dari gate.
Kalau saya tidak salah ingat, ini adalah penerbangan saya dengan AirAsia setelah setahun yang lalu. Saat itu saya terbang rute Jakarta-Surabaya dengan menggunakan tiket promo gratisan dari AirAsia. Pada waktu tersebut Indonesia AirAsia masih mempunyai rute Jakarta-Surabaya dan Jakarta-Medan yang kemudian ditutup karena tidak mampu bersaing dengan maskapai lain yang mempunyai frekuensi lebih banyak. Tentu saja pada penerbangan kali ini akan cukup menarik karena belakangan saya lebih sering terbang dengan rute yang cukup pendek seperti Surabaya-Yogyakarta maupun Surabaya-Denpasar dan kebanyakan dengan menggunakan pesawat propeller ATR 72-500.
Seperti pada kebanyakan penerbangan Indonesia AirAsia, penerbangan ke Medan ini menggunakan pesawat jenis Airbus A320-200 dengan registrasi PK-AXA. Jenis pesawat yang sudah tidak asing lagi buat saya karena saya sudah sangat sering naik jenis ini pada penerbangan Indonesia AirAsia dan Mandala sebelum gulung tikar. Jenis pesawat ini pula yang saat ini mendominasi armada Indonesia AirAsia dengan total 16 pesawat, sedangkan Boeing 737-300 masih ada 4 pesawat yang banyak digunakan untuk rute dari base-nya di Bandung. PK-AXA sendiri merupakan pesawat A320 pertama yang dimiliki oleh Indonesia AirAsia. Meskipun bukanlah pesawat yang baru tapi usianya masih cukup muda, sekitar 3 tahun dengan kondisi yang masih sangat terawatt. Masih keliatan seperti baru lhoo..
Begitu turun dari bus saya langsung antri masuk ke dalam pesawat. Saya adalah penumpang terakhir yang masuk ke pesawat. Di pintu pesawat saya disapa dengan ramah oleh Mbak Puji Rahayu yang bertugas sebagai senior flight attendant pada penerbangan hari itu. Kemudian saya mencari tempat duduk saya yang berada di nomor 15A. Daaaan ternyata sudah ada yang menempati yaitu dua orang ibu-ibu yang duduk bersebelahan di 15A dan 15B. Saya nggak mau mendebat dan nggak mau meminta tempat duduk saya tersebut. Saya paling malas berurusan dengan ibu-ibu apalagi dari mukanya udah keliatan jutek dan cerewet. Pasti bakal ribet urusannya kalau saya meminta tempat duduk saya itu. Apalagi saya tahu bahwa pada penerbangan ini load factor hanya sekitar 60 persen jadi masih banyak kursi kosong yang bisa saya tempati. Melihat kursi yang berada di emergency exit (row 14) tidak ada yang menempati, saya meminta ijin kepada FA3 yaitu Mbak Karina Retna Kardansjah yang imut-imut itu untuk menempati tempat duduk tersebut. Alhamdulillah diijinkan.. Perlu diketahui, kursi nomor 1-5, 12, dan 14 pada penerbangan AirAsia merupakan HOT SEAT. Harus bayar sebesar 95.000 untuk bisa menempati kursi tersebut. Tapi kalau nomor 12 dan 14 kosong, bisa ditempati oleh penumpang lain tanpa membayar dengan syarat diutamakan pria, dewasa, sehat jasmani dan rohani, serta mau membantu evakuasi para crew dalam keadaan darurat misalnya terjadi kecelakaan. Meskipun tempat duduknya lebih nyaman dan longgar tapi juga punya tanggung jawab lebih kalau terjadi sesuatu dengan pesawat. Saya herannya sih cuma satu, orang-orang ini tidak tahu nomor tempat duduknya atau memang sebenarnya tahu tapi cuek bebek menempati tempat duduk orang lain?
Selain Mbak Puji Rahayu dan Mbak Karina Retna Kardansjah, ada dua lagi FA yang bertugas yaitu Mbak Gia Nur Galih dan Mbak Nurita Hasanah. Semua FA sangat membantu dan ramah-ramah. Mungkin ini juga salah satunya yang membuat saya suka terbang dengan Indonesia AirAsia dibandingkan dengan maskapai yang bermarkas di Terminal 1A Bandara Soekarno-Hatta. Hehehe.. Sementara itu pilot yang bertugas pada penerbangan ini adalah Capt. Jeffry Harmadyanjah dan Mas Wicaksono yang bertugas sebagai First Officer. Lho kok tahu semua nama-nama crew yang bertugas? Lha wong seminggu sebelum penerbangan udah dapet bocorannya. Hohoho..
Setelah semua penumpang mendapat tempat duduk, pintu pesawat ditutup, kemudian pesawat didorong mundur dan menuju runway, serta diikuti oleh para flight attendant yang melakukan demonstrasi keselamatan yang sudah tentu jarang sekali diperhatikan penumpang. Bahkan ibu-ibu yang tadi menyerobot tempat duduk saya ngobrol dengan suara sangat keras menyaingi pengumuman dari flight attendant. Yang saya suka dari safety demo AirAsia adalah terdapat kata-kata “pintu darurat terdekat mungkin berada di belakang Anda”. Peringatan yang sangat sepele namun sangat bagus karena biasanya sebagian besar orang akan terfokus kepada pintu darurat yang ada di depannya meskipun lokasinya lebih jauh.
Satu hal positif lagi yang saya dapat, pesawat take off tepat pukul 08.40 sesuai dengan jadwal keberangkatan. Cuaca di atas Surabaya cukup berkabut dengan jarak pandang yang tidak terlalu jauh. Sepertinya sih lebih karena tertutup oleh polusi yang sudah semakin gila-gilaan di Surabaya. Bakal saingan sama Jakarta kayaknya yah. Meninggalkan Surabaya cuaca sangat cerah. Setelah tanda kenakan sabuk pengaman dipadamkan seperti biasanya pramugari melakukan penjualan makanan. Duuhh coba kalo nggak puasa, bakal pesen makanan nih. Menunya sangat menggoda apalagi ada beberapa menu baru yang spesial saat bulan ramadhan. Karena memang puasa dan nggak ada hiburan apa-apa di pesawat jadi ya mending tidur sambil dengerin musik saja. Selesai berjualan mbak mugari menutup jendela-jendela yang tidak ditempati penumpang biar nggak silau. Maklum saja penerbangan Surabaya-Medan akan ditempuh selama 3 jam. Pilihan saya pun sangat tepat meminta tempat duduk di emergency exit karena kursinya cukup longgar dan bisa buat selonjoran saat tidur. Nggak kebayang deh kalau saya tadi tetap duduk di nomor kursi saya yang cukup sempit ditemani dua orang ibu-ibu yang nggak ada hentinya ngobrol keras-keras. Meskipun mereka akhirnya juga cuma bertahan 1 jam dan ikut tidur juga. :D
Penerbangan selama 3 jam tanpa IFE (Inflight Entertainment) memang cukup membosankan. Untungnya saya bisa tidur lumayan nyenyak karena malam harinya kurang tidur dan terbangun satu jam menjelang mendarat. Waktu itu pilot mengumumkan bahwa pesawat berada pada ketinggian 38.000 kaki di atas permukaan laut dengan kecepatan 800 km/jam. Sementara itu cuaca di Medan dilaporkan berkabut dengan jarak pandang 6 km. Tidak lama kemudian pesawat mulai mengurangi ketinggian jelajahnya dengan cuaca yang agak burem dan akhirnya pesawat mendarat dengan mulus di Bandara Polonia di Medan 10 menit lebih cepat dari jadwal. Sebuah nilai positif lagi nih bagi AirAsia. Jadi makin cinta nih sama AirAsia, apalagi kalau harganya murah. Hohoho.. *loyalitas tergantung dengan harga tiket*
Fiuhh.. Akhirnya sampai juga di Bandara Polonia yang konon katanya adalah bandara terbesar dan tersibuk di Sumatera. Masuk ke baggage claim ternyata ya nggak gede-gede amat sih, biasa aja. Cuma ruangannya memang udah agak kusam dan jadul. Berharap Bandara Kualanamu lekas jadi untuk menggantikan bandara ini. Hmmm.. Selamat datang di Tanah Batak, Sumatera Utara. Horaasss!!
http://www.wijanarko.net/2011/09/terbang-ke-tanah-batak-dengan-indonesia.html
Post a Comment Blogger Facebook