Tangki air dibangun dengan struktur mengesankan yang terdiri dari tiga ratus lebih kubah berkolom pada atapnya sehingga terlihat seperti sebuah istana.
Basilica Cistern, Turki (Foto: Clint/Flickr)
Ratusan tangki air bawah tanah dibangun selama kekuasaan Kekaisaran Istanbul Constantinople. Tangki-tangki ini dibangun di bawah jalan-jalan dan rumah penduduk setempat sebagai wadah penyimpanan air.
Salah satu yang terbesar dan termegah di antaranya adalah Basilica Cistern, karena letaknya berada di bawah Stoa Basilica, sebuah taman umum yang besar di Bizantium.
Tangki air dibangun dengan struktur mengesankan yang terdiri dari tiga ratus lebih kubah berkolom pada atapnya sehingga terlihat seperti sebuah istana. Kemudian pada saat ini dijuluki sebagai 'Istana Sunken'.
Kaisar Justinian I memerintahkan pembangunan tangki ini dimulai pada tahun 532, sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan air istana dan bangunan-bangunan yang ada di dekatnya. Tangki dibangun sepanjang 150 meter dengan lebar 70 meter dan mampu menampung kapasitas air hingga 100.000 ton.
Sedangkan langit-langit tangki dibangun menggunakan 336 kolom marmer. Tapi saat ini telah banyak kolom marmer yang diselamatkan dari keruntuhan dan dipindahkan ke Istana Kaisar Constantinople. Bahkan ada pula sebagian yang dimanfaatkan dalam pembangunan Hagia Sophia.
Sedangkan bagian yang paling mencolok adalah dua kepala raksasa yang dibangun menyerupai mitos raksasa Medusa. Kepala Medusa digunakan sebagai penyangga di bawah dua kolom di sisi barat tangki. Kemudian yang satunya lagi diletakkan dalam posisi terbalik dan miring ke samping.
Tapi nyatanya, posisi terbalik ini malah memancing ketertarikan pengunjung. Mereka menduga ada kisah misteri di balik penempatan kepala Medusa, seperti melawan pandangan yang mematikan.
Setelah Istanbul ditaklukkan Ottoman pada tahun 1453, Kesultanan Utsmaniyah mendirikan fasilitas air mereka sendiri di kota karena mereka lebih suka air mengalir ke air yang tenang.
Tangki akhirnya ditutup dan dilupakan. Hampir satu abad kemudian, ketika sarjana Belanda Petrus Gyllius masih di Constantinople meneliti Bizantium antiquities, ia mendengar cerita tentang bagaimana warga di dekat Hagia Sophia dapat memperoleh air dengan menurunkan ember ke lubang-lubang di ruang bawah tanah mereka.
Kadang-kadang mereka bahkan menangkap ikan. Gyllius memutuskan untuk menyelidiki dan akhirnya berhasil mengakses tangki melalui ruang bawah tanah rumah di daerah itu.
Kemudian pada tahun 1985, dilakukan pengangkatan 50.000 ton lumpur dari tangki dan dibangun platform yang lebih tinggi. Lalu bangunan tangki ini dibuka untuk umum pada tahun 1987.
Post a Comment Blogger Facebook