RINI SOEMARNO DAN JOKOWI
Wisbenbae.blogspot.com Hubungan Jokowi dan PDIP diprediksi renggang lagi setelah Jokowi tak menggubris keputusan Pansus Pelindo II yang meminta Menteri BUMN Rini Soemarno dicopot dari jabatannya. PDIP yang paling getol menggalang dan bersuara di Pansus ini, tentunya kecewa, bahkan bisa marah karena keinginannya itu dimentahkan sendiri oleh Jokowi--yang oleh Mega-disebut sebagai petugas partai.
Hubungan PDIP dengan Jokowi selama satu tahun pemerintahan berjalan memang berjalan pasang surut. Penyebabnya, beberapa kali Jokowi tak nurut arahan partai. Salah satunya, soal pengangkatan Andi Widjajanto sebagai sekretaris kabinet. PDIP maunya kader Banteng yang diangkat. Tapi Jokowi malah memilih Andi, dosen UI yang ikut dalam tim sukses Pilpres 2014. Belakangan Jokowi memilih mengalah, mereshuffle Andi dan menggantikannya dengan politisi senior PDIP Pramono Anung.
Selain itu PDIP juga tak sreg dengan dipilihnya Rini Soemarno sebagai menteri BUMN. Gara-gara hal ini, bukan hanya dengan Banteng, hubungan Jokowi dengan Megawati juga disebut ikutan renggang pada Lebaran tahun lalu. Indikasinya terlihat saat Jokowi tidak sowan ke rumah Mega di hari Lebaran.
Beberapa saat setelah itu, Jokowi berhasil kembali mengambil hati PDIP dan Mega. Jokowi mendapat tempat Istimewa saat Rakernas PDIP di Kemayoran, 10 Januari lalu. Tapi, kemesraan itu juga dibumbui dengan "perintah" dari Mega ke Jokowi mengenai Rini. Dalam pidatonya, Mega menyindir Rini dengan menyebut telah menjadikan BUMN seperti perusahaan swasta yang hanya mementingkan keuntungan.
Sikap Mega itu seakan memperkuat desakan Pansus Pelindo II yang dikomandoi politisi PDIP Rieke Diah Pitaloka pada 18 Desember lalu yang mengeluarkan rekomendasi agar Jokowi memecat Rini. Namun, dalam surat bernomor R-05/Pres/01/2016 tertanggal 20 Januari 2016, dengan halus Jokowi menolak permintaan itu. Dalam balasannya, Jokowi cuma menyatakan mengapresiasi kerja Pansus Pelindo II.
Hal ini membuat politisi PDIP Effendi Simbolon heran. Sebab, dalam Pansus Pelindo II sudah dibeberkan fakta-fakta yang memperlihatkan kinerja Rini di kabinet tidak baik. "Pansus ini niat baik dan luhur dari DPR untuk memperbaiki kinerja Presiden. Ini akan bermanfaat untuk bangsa dan negara. Harusnya dieksekusi, bukan cuma mengaku mengapresiasi," ucapnya, tadi malam.
Kata Effendi, tanpa Pansus Pelindo pun harusnya Rini sudah dicopot. Tapi, yang terjadi Jokowi terus mempertahankannya. Bahkan, Jokowi mengesampingkan proses di DPR yang menghasilkan rekomendasi tadi. "Harusnya sudah ada sikap tegas. Jangan seolah-olah tidak tahu," katanya.
Pakar politik Universitas Indonesia Prof Maswadi Rauf melihat, sikap Effendi tadi menunjukkan tanda-tanda ketidakpuasan PDIP terhadap Jokowi. Sebab, sejak Desember PDIP sangat berharap di awal-awal tahun ini Jokowi mau mereshuffle Rini.
Karena itu, Maswadi memprediksi hubungan Jokowi dengan PDIP dan juga Megawati akan kembali renggang. "Kelihatannya bisa begitu (kembali renggang). Karena sikap Mega ke Rini kan sudah jelas," ucapnya, tadi malam.
Dalam pengamatan Maswadi, Mega adalah sosok yang sulit mengubah sikap terhadap seseorang. Jika sudah kesal, akan bertahan lama. Contohnya hubungan Mega dengan SBY selama 11 tahun terakhir yang begitu sulit mencair. Begitu pula sikap Mega ke Rini. Makanya, Mega, melalui kader-kader PDIP, terus mendesak Jokowi mencopot Rini.
Tapi, Jokowi justru memperlihatkan begitu percaya kepada Rini. Selain surat penolakan ke Pansus Pelindo II, sikap Jokowi mempertahankan Rini juga dapat dilihat dari dukungannya ke proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang dikerjakan Rini. Walau proyek itu menuai kontroversi, banyak yang protes, Jokowi tetap mendukung Rini.
"Jokowi memang tidak mengatakan apa-apa. Tapi, dengan dukungannya ke proyek kereta cepat memperlihatkan bahwa dia sangat percaya Rini. Dia memperlihatkan Rini adalah orang yang tepat. Inilah gaya Jokowi untuk membantah. Sikap Jokowi ini jelas akan membuat Mega dan PDIP kecewa," jelas Maswadi.
Meskipun kecewa atau marah, Mega dan PDIP diprediksi tidak bisa berbuat banyak. Soalnya, Jokowi kini tidak lagi bergantung pada PDIP dan Mega. Saat ini mayoritas partai sudah merapat ke Jokowi.
"Jokowi sudah solid. Kalau pun Mega dan PDIP marah, nggak akan masalah bagi pemerintahan Jokowi," ucap guru besar ilmu politik Universitas Indonesia Prof Budiyatna, tadi malam.
Menurut Budiyatna, Mega pun saat ini menyadari hal itu. Makanya, walaupun gondok karena permintaannya agar Rini dicopot tidak dipenuhi, Mega tidak akan semarah dulu. "Mega sadar semakin dia menjauhi Jokowi semakin terpojok. Sebab, dukungan parpol ke Jokowi kini sudah jadi mayoritas," tandasnya.
Post a Comment Blogger Facebook