GuidePedia

1


Denpasar - Usai perayaan Nyepi dinamakan Ngembak Geni, ada tradisi unik yang dilakukan masyarakat Banjar Kaja Sesetan, Denpasar. Ya, Omed-omedan yang diambil dari kata omed artinya 'tarik'. Tradisi yang digelar pada Ngembak Geni ini adalah tradisi cium-ciuman pemuda dan pemudi di Banjar Kaja Sesetan. Tradisi ini sudah ada bertahun-tahun sejak abad ke-17. 

Ketua Panitia omed-omedan, I Made Aria Pramana mengatakan bahwa dulu pernah meniadakan tradisi ini. Namun di tengah desa muncul dua ekor babi hutan yang sedang bertarung. 

Hal itu dianggap Masyarakat Desa Sesetan sebagai pertanda kurang baik. Setelah kejadian itu, tetua desa segera melaksanakan tradisi omed-omedan kembali. Sampai saat ini, tradisi itu terus dilakukan untuk menghindari desa dari malapetaka. 

Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra berharap warisan budaya ini dapat terus lestari dan tidak tergerus zaman. "Kami harapkan tradisi omed-omedan ini dapat terus melestarikan budaya sekaligus melibatkan pemuda-pemudi desa," kata dia di Denpasar, Bali, Minggu . 

Tradisi unik ini wajib diikuti oleh pemuda dan pemudi Banjar Sesetan Kaja. Para muda-mudi dikelompokkan menjadi dua, yaitu pria dan wanita. 

Sebelum ritual dimulai, seluruh peserta mengikuti upacara persembahyangan bersama di Pura Banjar. 


Setelah ritual sembahyang, ditampilkan pertunjukan tari barong bangkung yang dimaksudkan untuk mengingat kembali peristiwa beradunya sepasang babi hutan di desa ini. 

Saat masing-masing kelompok mengangkat dan mengarak muda-mudi pada barisan depan. Kedua kelompok ini saling beradu dan kedua muda-mudi yang diposisikan paling depan harus saling berpelukan dan berciuman. 

Pada saat keduanya berpelukan dan berciuman, kedua kelompok itu akan menarik masing-masing kelompok mereka sampai lepas. Namun, jika keduanya masih terus berciuman dan berpelukan, panitia akan menyiram mereka dengan air hingga basah kuyup. 

Tradisi ini memang cukup menarik dan mendapatkan perhatian di dunia. Kebanyakan turis dari luar negeri sangat terpukau akan tradisi di daerah yang berjuluk Pulau Dewata ini. 

Mengenal tradisi Omed Omedan 

Festival omed-omedan 
Masyarakat Bali memiliki beragam tradisi dan kedudayaan yang unik, termasuk Festival Omed-omedan atau ciuman massal. Tidak seperti festival telanjang di dunia, ciuman massal yang diikuti muda-mudi Bali ini bukanlah aksi pornografi, melainkan warisan leluhur yang digelar sehari setelah perayaan Hari Raya Nyepi. Yuk, kita lihat seperti apa Festival Omed-omedan, seperti yang digelar pemuda-pemudi di Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar 

Festival Omed-omedan digelar di Desa Sesetan, Denpasar, sehari setelah Hari Raya Nyepi. 
Festival Omed-omedan digelar setiap tahun, sehari setelah perayaan Hari Raya Nyepi. Tujuannya adalah memohon keselamatan dan kesehatan bagi mereka yang ikutserta dalam tradisi ini, juga sebagai penolak bala bagi desa setempat. 

Seiring dengan perkembangan zaman, terkadang sebagian peserta memanfaatkannya sebagai ajang cari jodoh bagi mereka yang masih jomblo. 

Pemuda-pemudi berciuman selama festival berlangsung | Foto: Agung Parameswara 
Festival yang berlangsung di Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar, Selasa , cukup meriah. Banyak sekali pemuda dan pemudi setempat yang berpartisipasi. 

Tarian sakral Barong Bangkung juga digelar dalam Festival Omed-omedan | Foto: Agung Parameswara 
Festival diawali dengan sembahyang bersama di Pura Banjar. Seluruh peserta wajib mengikuti prosesi ini. Setelah sembahyang, para pemuda dan pemudi mulai dipisahkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok cowok dan cewek. 

Seorang gadis diangkat, untuk dipertemukan dengan seorang pria yang akan menciumnya | Foto Agung Parameswara 
Para pemuka adat, atau tetua desa, bertindak menjadi "wasit" dalam festival ciuman massal ini. Setelah tetua memberi aba-aba, kedua kelompok cowok dan cewek yang saling berhadapan akan mengangkat salah seorang wakilnya untuk dipertemukan dengan wakil dari kelompok lain. 

Setelah itu, terjadilah adu mulut yang sesungguhnya. Bukan adu mulut seperti saling memaki atau perang kata-kata, melainkan mulut beradu mulut. Biasanya sih, peserta cowok yang paling bernafsu melumat bibir "lawannya" yang masih malu-malu. 

Seorang pemudi mencoba menghindari ciuman pemuda | Foto: Firdia Lisnawati / AP Photo 
Untuk menghindari ciuman yang makin panas, panitia dan para tetua akan segera mengguyurkan air ke tubuh cowok-cewek yang sedang ciuman. Wah…, basah dong! Jadi, kalau ada penonton, wartawan, atau wisatawan yang terlalu dekat, mereka bisa basah kuyup terkena guyuran air. 

Untuk mendinginkan suasana, pantia mengguyurkan air ke cowok-cewek yang sedang berciuman | Foto: Agung Parameswara 
Tradisi Omed-omedan sudah berlangsung sejak abad ke-17. Sebelumnya, festival ini dilakukan pada saat Hari Raya Nyepi. Namun sejak tahun 1978, atau masa Orde Baru, diputuskan untuk menggantinya pada saat Ngembak Geni, atau sehari setelah Hari Raya Nyepi. 

Festival Omed-omedan diselenggarakan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur. Tanpa disadari, acara ini juga dapat meningkatkan rasa solidaritas dan kesetiakawanan antarwarga, terutama pemuda dan pemudi. 


tambahan pict : 


Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top