Begitulah kira-kira ceritera yang digambarkan pada relief Garudeya, peninggalan sejarah memiliki nilai peradaban tinggi menyatu dibangunan candi Kidal berdiri tegak dan kokoh serta tampak keindahanya disebelah timur kota Malang.
Relief Garudeya yang terpahat di kaki candi Kidal memberi pesan moral dalam kehidupan sekarang, bakti seorang anak kepada orang tua kepada ibu yang melahirkan tak akan lekang dan lapuk oleh waktu.
Jika kita melihat kondisi bangsa Indonesia yang tengah dilanda krisis multidimensi, pesan moral tersebut seakan memberi kekuatan pada kita untuk menjunjung hal-hal baik yang pernah diajarkan sejak masa lalu.
Malang memiliki banyak obyek dan daya tarik wisata alam, wisata sejarah maupun wisata belanja yang sudah terkelola dengan baik, diantaranya: Pantai Balekambang, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Air Terjun Coban Rondo, Pantai Sendang Biru, Pesarean Gunung Kawi, Agrowisata, Agro Teh Wonosari, Wisata Agro Balai Pengkajian Pertanian (BPTP), Padepokan Seni Mangun Darmo, Padepokan Seni Asmoro Bangun, Taman Burung Jeru, Pemandian Ken Dedes, Candi Singosari, Arca Dwarapala, Tratap Sewu, Candi Jago/ Jajaghu, Candi Badut, Stupa Sumberawan, Petilasan Watu Gede, Arca Ganesha, Watu Lawang dan masih banyak lagi beberapa obyek wisata yang wajib disinggahi ketika kita berkunjung ke Malang.
Melihat banyak obyek wisata yang ada di kabupaten malang jujur saja saya sangat bingung untuk memulai mengunjunginya sebab masing-masing obyek wisata tersebut memiliki keunikan,keindahan dan nilai sejarah yang sangat tinggi dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.
Adalah candi Kidal, terletak di desa Rejokidal, sekitar 20 km sebelah timur kota Malang, Candi Kidal memiliki beberapa kelebihan menarik dibanding candi-candi di Jawa Timur.
Dikelilingi pohon-pohon besar dan rindang dengan suasana asri ditambah aroma mistis akan tercium saat kaki menginjak halaman candi yang luasnya 21 x 22 meter. Menurut catatan sejarah, candi Kidal merupakan candi paling tua dari peninggalan candi-candi di Jawa Timur. Hal ini karena periode Airlangga (11-12 M) dan Kediri (12-13 M) tidak meninggalkan sebuah candi, kecuali candi Belahan dan Jolotundo yang sesungguhnya bukan merupakan candi melainkan pentirtaan (pemandian).
Candi Kidal dibangun pada 1248 M, bertepatan dengan berakhirnya upacara pemakaman Cradha untuk raja Anusapati, dan selesai pada 1260 M. Candi ini selesai dipugar pada tahun 1990 an. Letaknya memang cukup jauh di pedesaan, namun mudah dikunjungi melalui jalan darat yang mulus.
Ciri khas candi ini adalah adanya narasi cerita Garuda terlengkap yang terpahat pada kaki candi. Menurut petugas yang berjaga pada obyek wisata candi Kidal cara membacanya dengan berjalan berlawanan arah jarum jam, dimulai dari sisi sebelah selatan. Relief pertama menggambarkan Garuda menggendong 3 ekor ular besar, relief kedua melukiskan Garuda dengan kendi di atas kepalanya, dan relief ketiga Garuda meyangga seorang wanita di atasnya.
Di antara ketiga relief tersebut, relief kedua adalah yang paling indah dan masih utuh. Menurut kesusasteraan Jawa Kuno, Garudeya, ketiga relief tersebut menggambarkan perjalanan Garuda dalam membebaskan ibunya dari perbudakan dengan penebusan air suci amerta.
Konon, Anusapati sangat berbakti dan mencintai ibunya. Dia ingin ibunya lepas dari penderitaan dan nestapa salama hidupnya, menjadi suci kembali dan wanita sempurna. Relief Garudeya pada candi Kidal mengambarkan bakti Anusapati kepada ibunya Kendedes yang cantik jelita namun nestapa hidupnya. Dalam filosofi Jawa, candi juga berfungsi sebagai tempat ruwatan raja yang telah meninggal supaya kembali suci dan dapat menitis kembali menjadi dewa. Ide ini berkaitan erat dengan konsep Dewa-Raja yang berkembang kuat di Jawa saat itu.
Berkaitan dengan prinsip tersebut, dan sesuai dengan kitab Negarakretagama, maka candi Kidal merupakan tempat di-ruwat-nya raja Anusapati anaknya Kendedes bersama Tunggul Ametung dan dimuliakan sebagai Siwa.
Bangunan Candi Kidal terbuat dari batu andesit dan berdimensi geometris vertikal. Bangunan kaki candi membentuk bujungsangkar nampak agak tinggi dengan anak tangga kecil-kecil. Ukuran tubuh candi lebih kecil dibandingkan luas kaki serta atap candi sehingga terlihat ramping. Pada kaki dan tubuh candi terdapat hiasan medalion.
Atap candi terdiri atas 3 bagian dengan bagian paling atas mempunyai permukaan cukup luas tanpa hiasan atap seperti ratna atau stupa. Masing-masing lapisan disisakan ruang agak luas dan diberi hiasan. Konon, pada awal pembuatannya, tiap pojok lapisan atap candi ditempatkan berlian kecil.
Candi Kidal dilengkapi dengan hiasan kepala raksasa yang nampak menyeramkan dengan matanya melotot penuh. Mulutnya terbuka dan nampak 2 taringnya yang besar dan bengkok memberi kesan dominan. Adanya 2 taring tersebut juga merupakan ciri khas candi corak Jawa Timuran. Di sudut kiri dan kanan terdapat jari tangan yang siap menerkam. Relief raksasa tersebut dimaksudkan sebagai penjaga bangunan suci candi Kidal.
Tingginya nilai sejarah yang dimiliki candi kidal tidak dibarengi dengan perawatan,penjagaan serta pemiliharaan yang baik. Konon kabarnya sebuah patung Siwa yang indah dan diduga kuat berasal dari candi Kidal sampai sekarang masih tersimpan di museum Leiden-Belanda. Tentunya ini menjadi tanggung jawab kita sebagai anak bangsa untuk memulangkanya sebagai warisan anak cucu kita yang tak ternilai harganya agar utuh sebagai simbol bangsa yang memiliki peradaban tinggi. Candi Kidal agaknya wajib untuk dikunjungi sebagai pengingat dan mengelorakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengharagai budayanya.semoga.
Penulis: Aan Frimadona Roza
Mengajar di SMPN 4 Baradatu Kabupaten Way Kanan Lampung.
aan frimadona roza (aanfrimadonaroza@yahoo.co.id)
Post a Comment Blogger Facebook