Polisi menggelar operasi cipta kondisi dan menangkap 48 preman di Tanah
Abang, Jakarta Pusat. Rata-rata mereka berprofesi sebagai juru parkir,
tukang peras hingga timer, alias penghitung kendaraan umum yang mangkal
di beberapa titik.
Polisi menduga para preman ini terorganisir dengan baik. Aksi-aksi mereka sudah meresahkan masyarakat.
Keberadaan preman Tanah Abang tersebar di beberapa titik, yakni di Tasik, Blok B, Blok G, Masjid At Taqwa dan Stasiun Tanah Abang. Dengan zona yang dimiliki, mereka dengan leluasa meminta jatah kepada setiap orang yang melintas.
Polisi pun menegaskan akan terus menggelar razia sampai kawasan Tanah Abang bebas dari preman.
Berikut beberapa cara preman Tanah Abang melakukan aksinya.
Mulai dari :
1. Setengah hari Timer dapat Rp 1 juta
Para preman Tanah Abang ada yang berprofesi sebagai timer alias penghitung angkutan umum yang melintas. Setiap sopir yang lewat kena palak.
Cuma 'bekerja' dari pagi sampai siang, para preman ini bisa mendapat penghasilan cukup besar.
"Uang yang dikumpul timer itu dari pagi sampai siang Rp 1 juta," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, Kamis (1/8).
Polisi pun tak tinggal diam dan menangkap para timer ini.
2. Palak pemilik lapak Rp 30 juta per bulan
Para preman di Tanah Abang mendatangi pemilik kios yang punya lokasi strategis. Para pedagang itu pun wajib setor Rp 30 juta per bulan. Selain itu, per harinya para pedagang masih juga dipalak.
"Sebulan itu Rp 30 juta, di tempat yang bakal laku dan banyak pengunjung. Harian Rp 10 ribu-20 ribu. Kalau tidak bayar, dibongkar atau tidak boleh berdagang di situ," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto di Jakarta, Kamis (1/8).
Polisi menduga aksi para preman ini sudah berlangsung lama. Para preman ini pun terorganisir dan ada god father atau tokoh preman kuat di sana. Polisi pun menyelidiki keterlibatan ormas ikut bermain di Tanah Abang.
3. Parkir liar
Para preman menerapkan tarif parkir yang cukup tinggi kepada pengendara. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan harga parkir Rp 2 ribu per jam, namun mereka meminta bayaran hingga Rp 10 ribu.
"Preman-preman itu membuat parkir, seharusnya Rp 2 ribu jadi Rp 10 ribu," ungkap Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto di Mapolda Metro, Jakarta, Kamis (1/8).
Dalam sehari setiap orang bisa mengantongi uang lebih dari Rp 1 juta karena banyaknya motor yang parkir.
4. Bikin 'jalan tol'
Para preman Tanah Abang membuat jalan di kawasan itu ibarat jalan tol. Siapa yang melintas harus bayar. Kalau tidak bayar, mobil yang melintas pun akan dibaret.
"Orang yang lewat situ ditagihin juga seperti jalan tol, kalau enggak mau dibaret-baret," kata Kombes Rikwanto.
Hal tersebut terungkap saat para preman itu terjaring dalam Operasi Cipta Kondisi gabungan antara Sub Direktorat (Subdit) Kendaraan Bermotor (Ranmor) dan Subdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Polda Metro Jaya.
Para preman meresahkan tersebut dikumpulkan di Jalan Baru, di depan Hotel Jati, Tanah Abang, Jakarta Barat, untuk dilakukan pendataan dan pemeriksaan. Setelah itu mereka digiring ke Polda Metro Jaya.
5. Jadi jasa pengamanan buat pedagang
Masing-masing preman di Tanah Abang punya wilayah atau teritori masing-masing. Mereka pun kerap meminta uang sebagai imbalan jasa pengamanan.
"Para preman itu seperti jadi sekuriti. Seolah-olah kami keamanan di sini, kami mengamankan kamu," terang Kombes Rikwanto.
Besarnya uang jasa pengamanan itu bervariasi. Mulai Rp 10.000 setiap hari, hingga ada yang kena puluhan juta per bulan. Tergantung besarnya lapak dan ramainya usaha.
sumber
Follow @wisbenbae