Tulisan ini sebelumnya pernah saya lansir di Hidayatullah.com sebagai berita internasional. Aslinya, berita ini merupakan terjemahan dari berita di situs Islammemo yang dirilis pada 9 September 2012. Namun saya rasa berita ini sangat penting untuk diperhatikan lebih lanjut, supaya kita bisa lebih waspada, khususnya terhadap rekrutmen agen Mossad dan terhadap lembaga-lembaga yang berkedok kemanusiaan. Oleh karena itulah berita atau tulisan ini saya angkat ulang.
Mossad merupakan lembaga dinas rahasia milik Zionis “Israel”. Dibentuk oleh Perdana Menteri “Israel”, David ben Gurion pada 1 April 1951 dan berkantor pusat di Tel Aviv. Operasi Mossad biasanya mengawasi negara-negara dan organisasi Arab di seluruh dunia. Mossad diduga bertanggungjawab atas sejumlah operasi intelijen di dunia, khususnya dalam konflik di wilayah Timur Tengah.
Disinyalir, Mossad memiliki ribuan personil. Tidak hanya orang “Israel”, melainkan juga melibatkan orang-orang asli Arab atau dari negara lain. Yang menarik di sini adalah cara Mossad merekrut orang untuk dijadikan agen rahasianya. Salah satu cara rekrutmen agen Mossad ini adalah dengan modus penculikan anak kecil, seperti berita yang telah dilansir Islammemo ini.
Pada Ahad (9/9/2012), sumber pers Yaman mengungkapkan bahwa telah terjadi penangkapan seorang yang beridentitas “Israel” dan bekerja untuk badan intelijen sang Zionis, Mossad. Agen Mossad ini juga memimpin mata-mata di Yaman.
Menurut laporan, terdakwa yang disembunyikan identitasnya itu adalah seorang pemuda kelahiran 1982 dari ayah yang tidak diketahui. Dia mengakui bahwa Mossad telah mendidik dan melatih mereka, kemudian mengirimnya ke Yaman dan negara-negara Arab dengan identitas yang berbeda-beda.
Penyelidikan tersebut juga mengungkapkan bahwa agen Mossad tersebut awalnya seorang anak yang tumbuh besar dari sebuah keluarga Yaman di daerah Al-Haimah, sebelah barat Sanaa. Dia pandai berbahasa Arab dan Inggris, baik secara lisan maupun tulisan.
Terdakwa telah diselundupkan keluar dari Yaman ketika berusia 17 tahun melalui negara Teluk. Dia juga berkomunikasi dengan konsulat Amerika untuk dapat menuju “Israel” melalui Yordania hingga sampai di Tel Aviv. Di sana dia mempelajari dasar-dasar agama di salah satu pemukiman imigran Yahudi di Palestina.
Selanjutnya, dari “Israel” itu dia mendapat beasiswa untuk belajar ke Rusia. Di sana dia mempelajari ilmu komputer, perangkat lunak, pembajakan virus, dan juga cara pencurian data. Selama di Moskow, dia dibayar sebesar tiga ribu dolar per bulan, tidak termasuk biaya tempat tinggal dan sekolah. Dia juga mendapat kesempatan mengunjungi sejumlah negara Eropa.
Menurut pengakuannya, ia pernah ditahan oleh pemerintah Yunani selama tiga tahun terkait dengan pembajakan internet yang dilakukannya. Setelah itu dia dideportasi ke Suriah pada 2008 dan tinggal di sana selama beberapa tahun sebagai seorang warga Yaman.
Dalam hal ini Mossad memberikan paspor Yaman dan menyembunyikan paspor “Israel”-nya. Di paspor Yaman ini dia tertulis bernama Ibrahim.
Namun sebelumnya, pemerintah Suriah juga sempat menahannya sebentar atas dasar kecurigaan. Namun setelah intervensi dari organisasi-organisasi hak asasi manusia, akhirnya dia dibebaskan dan diserahkan kepada Kedutaan Besar Yaman di Damaskus, untuk selanjutnya dideportasi ke ibukota Sanaa pada tahun 2009 sebagai warga Yaman.
Ketika tiba di Bandara Internasional Sanaa, dia juga sempat ditahan oleh pihak keamanan karena tidak adanya visa keluar di dalam paspor. Namun lagi-lagi organisasi kemanusiaan Palang Merah Internasional melakukan intervensi dengan dalih tidak adanya gugatan terhadap dirinya.
Ahmad Sadzali |Tim Kajian di Pusat Studi Informasi Alam Islami (SINAI) Mesir
Mossad merupakan lembaga dinas rahasia milik Zionis “Israel”. Dibentuk oleh Perdana Menteri “Israel”, David ben Gurion pada 1 April 1951 dan berkantor pusat di Tel Aviv. Operasi Mossad biasanya mengawasi negara-negara dan organisasi Arab di seluruh dunia. Mossad diduga bertanggungjawab atas sejumlah operasi intelijen di dunia, khususnya dalam konflik di wilayah Timur Tengah.
Disinyalir, Mossad memiliki ribuan personil. Tidak hanya orang “Israel”, melainkan juga melibatkan orang-orang asli Arab atau dari negara lain. Yang menarik di sini adalah cara Mossad merekrut orang untuk dijadikan agen rahasianya. Salah satu cara rekrutmen agen Mossad ini adalah dengan modus penculikan anak kecil, seperti berita yang telah dilansir Islammemo ini.
Pada Ahad (9/9/2012), sumber pers Yaman mengungkapkan bahwa telah terjadi penangkapan seorang yang beridentitas “Israel” dan bekerja untuk badan intelijen sang Zionis, Mossad. Agen Mossad ini juga memimpin mata-mata di Yaman.
Media mingguan “An-Naas” yang dekat dengan Partai Islah Islami, melaporkan bahwa penyelidikan pertama dilakukan di Taiz, sebelah selatan ibu kota Sanaa, dimana mata-mata atau agen Mossad itu ditangkap. Agen tersebut mengakui banyaknya anak-anak kecil Yaman yang hilang beberapa tahun lalu telah diselundupkan ke negara-negara tetangga melalui organisasi Zionis, lalu dari sana kemudian dibawa ke “Israel”.
Menurut laporan, terdakwa yang disembunyikan identitasnya itu adalah seorang pemuda kelahiran 1982 dari ayah yang tidak diketahui. Dia mengakui bahwa Mossad telah mendidik dan melatih mereka, kemudian mengirimnya ke Yaman dan negara-negara Arab dengan identitas yang berbeda-beda.
Penyelidikan tersebut juga mengungkapkan bahwa agen Mossad tersebut awalnya seorang anak yang tumbuh besar dari sebuah keluarga Yaman di daerah Al-Haimah, sebelah barat Sanaa. Dia pandai berbahasa Arab dan Inggris, baik secara lisan maupun tulisan.
Terdakwa telah diselundupkan keluar dari Yaman ketika berusia 17 tahun melalui negara Teluk. Dia juga berkomunikasi dengan konsulat Amerika untuk dapat menuju “Israel” melalui Yordania hingga sampai di Tel Aviv. Di sana dia mempelajari dasar-dasar agama di salah satu pemukiman imigran Yahudi di Palestina.
Selanjutnya, dari “Israel” itu dia mendapat beasiswa untuk belajar ke Rusia. Di sana dia mempelajari ilmu komputer, perangkat lunak, pembajakan virus, dan juga cara pencurian data. Selama di Moskow, dia dibayar sebesar tiga ribu dolar per bulan, tidak termasuk biaya tempat tinggal dan sekolah. Dia juga mendapat kesempatan mengunjungi sejumlah negara Eropa.
Menurut pengakuannya, ia pernah ditahan oleh pemerintah Yunani selama tiga tahun terkait dengan pembajakan internet yang dilakukannya. Setelah itu dia dideportasi ke Suriah pada 2008 dan tinggal di sana selama beberapa tahun sebagai seorang warga Yaman.
Dalam hal ini Mossad memberikan paspor Yaman dan menyembunyikan paspor “Israel”-nya. Di paspor Yaman ini dia tertulis bernama Ibrahim.
Namun sebelumnya, pemerintah Suriah juga sempat menahannya sebentar atas dasar kecurigaan. Namun setelah intervensi dari organisasi-organisasi hak asasi manusia, akhirnya dia dibebaskan dan diserahkan kepada Kedutaan Besar Yaman di Damaskus, untuk selanjutnya dideportasi ke ibukota Sanaa pada tahun 2009 sebagai warga Yaman.
Ketika tiba di Bandara Internasional Sanaa, dia juga sempat ditahan oleh pihak keamanan karena tidak adanya visa keluar di dalam paspor. Namun lagi-lagi organisasi kemanusiaan Palang Merah Internasional melakukan intervensi dengan dalih tidak adanya gugatan terhadap dirinya.
Dari sini dapat kita pahami bahwa agen-agen Mossad memang sudah dididik sejak kecil dengan tunjangan fasilitas yang sangat baik. Maka, kasus-kasus penculikan anak sebenarnya perlu ditelurusi lebih lanjut. Selain itu, ternyata sejumlah lembaga-lembaga tertentu juga memiliki andil dalam operasi Mossad.
Ahmad Sadzali |Tim Kajian di Pusat Studi Informasi Alam Islami (SINAI) Mesir