GuidePedia

Setelah 12 hari penyerangan di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta terjadi, pelakunya baru bisa diketahui. Tim investigasi TNI menyebut bahwa pelaku penyerbuan dan pembunuhan empat tahanan itu adalah anggota Kopassus.

Pelaku penyerbuan berjumlah 11 orang dari Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura. Menurut Ketua Tim Investigasi Brigjen TNI Unggul K Yudhoyono, mereka melakukan penyerangan setelah mendengar kabar pembunuhan Serka Heru Santoso dan Sertu Sriyono.

"Beberapa orang sedang latihan di Gunung Lawu. Mereka dengar ada anggota dikeroyok dan dibunuh secara biadab. Karena jiwa korsa yang tinggi, mereka kemudian bereaksi dan mengajak temannya. Ada 11 orang," ujar Unggul dalam konferensi pers di Media Center Kartika TNI AD, Jl Abdul Rahman Saleh, Jakarta, Kamis (4/4) kemarin.

Namun penjelasan yang disampaikan Unggul masih banyak terdapat keganjilan. TNI pun terkesan melindungi 11 Kopasus yang telah mengakui perbuatannya itu. Berikut beberapa hal yang membuat TNI atau Tim Investigasi terkesan melindungi 11 kopassus pembunuh di Cebongan, dikutip dari Merdeka:



1. TNI Sebut pembunuhan di Cebongan bukan berencana

[imagetag]

11 Anggota kopassus markas Grup 2 Kopassus Kartosuro mengaku telah melakukan penyerangan Lapas Cebongan kepada tim Investigasi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Meskipun penyerangan melakukan senjata organik milik korps kopasus, TNI membantah jika penyerangan yang menyebabkan kematian 4 penghuni lapas adalah merupakan pembunuhan berencana.

Ketua Tim Investigasi AD, Brigjen TNI Unggul K Yudhoyono mengatakan tindakan itu secara spontan dilakukan atas dasar jiwa korsa prajurit yang mengetahui rekannya meninggal dunia akibat dibunuh di Hugo's Cafe. Dia menambahkan adanya kedekatan salah satu pelaku terhadap Serka Heru Santoso yang dibunuh oleh 4 preman secara sadis pada saat itu merupakan salah satu pemicu terjadinya penyerangan lapas Cebongan.

"Itu memang tindakan reaktif secara spontanitas dan tidak direncanakan, yang memang dilandasi jiwa korsa yang begitu besar," tegasnya.

Namun Unggul K Yudhoyono lupa bahwa para penyerang mengaku sebagai anggota Polda DIY yang ingin menitipkan tahanan saat menyerbu ke Lapas Cebongan. Tidak itu saja, mereka juga membawa surat yang ber kop Polda DIY. Lalu dari mana surat itu diperoleh jika penyerangan dilakukan secara spontan?

2. 11 Kopasus pembunuh disebut ksatria

[imagetag]

Ketua Tim Investigasi TNI Brigjen Unggul K Yudhoyono menjelaskan bahwa penyelidikan dilakukan sejak 29 Maret lalu. Hasilnya, para pelaku penyerbuan ke Lapas Cebongan adalah anggota Kopassus, rekan Serka Heru Santoso yang tewas dalam perkelahian di Hugo's Cafe.

"Bahwa secara kesatria dan dilandasi dengan kejujuran yang tinggi serta tanggung jawab, serangan terhadap Lapas Cebongan pada 23 Maret pukul 00.15 WIB diakui dilakukan oleh oknum anggota TNI AD, dalam hal ini Grup 2 Kopassus Kartosuro yang akibatkan terbunuhnya 4 tahanan preman," kata Unggul saat membacakan hasil investigasi.

Benarkah tindakan 11 Kopassus tersebut kesatria? Jika kesatria seharusnya mereka mengaku sejak awal. Kenapa setelah dibentuk tim investigasi mereka mengaku? Apakah ini sikap kesatria anggota Kopassus?

3. Berlindung di balik jiwa korsa

[imagetag]

Ketua Tim Investigasi kasus penyerangan Lapas Cebongan dari TNI AD Brigjen Unggul K Yudhoyono menyebut bahwa penyerbuan dan pembunuhan di Lapas Cebongan dilandasi jiwa korsa yang tinggi.

"Karena jiwa korsa yang tinggi, mereka kemudian bereaksi dan mengajak temannya. Ada 11 orang," ujar Unggul dalam konferensi pers di Media Center Kartika TNI AD, Jl Abdul Rahman Saleh, Jakarta, Kamis (4/4).

Lalu apakah jiwa korsa TNI tersebut harus mengebiri hukum? Para korban yang ditembak memang dikenal preman bahkan penjahat. Tetapi bukankah mereka sedang menjalani proses hukum? Apakah 11 anggota Kopassus tersebut sudah tidak percaya lagi dengan hukum di negeri ini sehingga harus melakukan tindakan penyerbuan?

4. Informasi dari masyarakat

[imagetag]

Penyerbuan dan pembunuhan yang dilakukan 11 Kopassus ke Lapas Cebongan disebut tidak direncanakan. Namun penjelasan dari Ketua Tim Investigasi TNI AD Brigjen Unggul K Yudhoyono pun masih ganjil terkait kronologi penyerbuan yang dilakukan Grup 2 kopassus Kandang Menjangan ini

"Informasi lokasi didapatkan secara tidak sengaja. Dia jalan, dengar dari orang ada pengawalan mobil ketat. Makanya dia bergerak ke Cebongan," ujar Unggul dalam konferensi pers di Media Center Kartika TNI AD, Jl Abdul Rahman Saleh, Jakarta, Kamis (4/4).

Lalu siapa masyarakat yang dimaksud Unggul, karena tidak mungkin masyarakat biasa yang hanya melihat mobil dalam pengawalan ketat langsung bisa menyimpulkan bahwa dalam rombongan itu ada para pembunuh Kopassus.

5. Penyerbuan telah dicegah

[imagetag]

Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan Tim TNI, ada 9 orang yang menyerbu masuk ke dalam Lapas Cebongan pada 23 Maret pukul 00.15 WIB. Satu orang menjadi eksekutor, 8 berjaga di kompleks lapas.

"Terdapat 2 orang di mobil Feroza yang berusaha untuk mencegah tindakan rekan-rekannya namun tidak berhasil," kata Ketua Tim Investigasi Brigjen Unggul K Yudhoyono dalam jumpa pers di Dinas Penerangan TNI AD, Kamis (4/4).

Lalu mengapa dua rekan yang mencegah tersebut tidak segera melapor ke atasannya bahwa ada penyerbuan ke Lapas cebongan oleh Kopassus.

Beli yuk ?

 
Top