Google Membayar Pria Ini Hampir Rp 1 Triliun
Ketika info soal kegagalan Twitter meluncurkan produk baru pada 14 April 2011 bocor, dampak terbesar terjadi pada harga saham mereka. Waktu itu Twitter masih berjuang untuk membangun apa yang disebut "perusahan nyata" setelah bertahun-tahun perusahaan lalai untuk membangunnya.
Langkah pertama yang muncul adalah merekrut seorang chief product officer. Dewan direksi menginginkan seseorang yang bisa memperbaiki gejolak internal perusahaan, merombak lini produk, dan mendatangkan banyak pengiklan yang mau menghabiskan miliaran dolar untuk aplikasi ini.
Ide kemudian muncul dari mantan CEO DoubleClick dan juga eksekutif Google, David Rosenblatt. Rosenblatt yang bergabung dengan Twitter sejak Desember 2010, mempercayai bahwa dia memiliki kandidat yang sempurna, Neal Mohan. Pria keturunan India ini adalah eksekutif Google yang juga pernah bekerja bersama Rosenblatt di DoubleClick.
Akhirnya Twitter pun mulai menawar Mohan, yang tampaknya akan mendapat respons positif. Tapi, kemudian Ia berkata tidak. Penyebabnya adalah Google menulis angka yang luar biasa besar untuk menahan Mohan di perusahaan pengelola mesin pencari ini.
Rosenblatt mendapatkan kabar bahwa Mohan ditahan Google senilai harga bintang klub basket Knick, Carmelo Anthony, yang baru saja membuat headline dengan bayaran US$ 65 juta selama tiga tahun. Tapi tawaran Mohan, seperti yang dirilis situs TechCrunch, adalah sebesar Rp 975 miliar dalam bentuk saham (US$ 100 juta).
Dalam dua tahun, angka saham Google terus melonjak, membuat Mohan saat ini mengantongi setidaknya Rp 1,4 triliun (US$ 150 juta). Mohan menolak untuk mengomentari tentang bayaran ini.
Tapi, sejumlah sejawat yang menolak disebutkan namanya bercerita mengenai siapakah sosok seharga hampir Rp 1 triliun ini. Mohan adalah alumnus jurusan teknik elektro Universtas Stanford pada 1996. Setelah bekerja setahun pada perusahaan bernama Andersen Consulting, Mohan bergabung dengan perusahaan startup bernama Net Gravity.
Dari Net Gravity, Mohan pindah ke DoubleClick, perusahaan startup yang lebih besar, tempat dia mengenal Rosenblatt. Hanya empat tahun saja di DoubleClick, pada 2003, ia memutuskan kembali ke almamaternya untuk mendapatkan gelar MBA. Ternyata pada 2004, Google membeli DoubleClick. Di sinilah Mohan bersama tim lawasnya tetap bekerja untuk menangani masalah bisnis periklanan.
Di Google, ia menunjukkan harga yang pantas karena dibayar dengan gaji fantastis. Pada Januari 2012, Google mengumumkan bahwa pendapatan kotor dari display iklan mencapai US$ 5 miliar (Rp 48 triliun) selama 2011. Untuk tahun 2012, Google belum merilis datanya, tapi diperkirakan pendapatan iklan mencapai US$ 7 miliar (Rp 68 triliun).
Banyak orang yang percaya bahwa keberhasilan Mohan di Google diraih karena kemampuannya berbicara dengan para insinyur Google tentang periklanan dan media dalam bahasa yang mereka pahami.