Sampai di Inter-City Bus Terminal di Sokcho saya melanjutkan berjalan kaki selama lima menit. Ya, hanya selama lima menit dari terminal bahkan plang nama penginapan ini sudah terlihat saat kita keluar terminal. The House Hostel merupakan salah satu akomodasi yang begitu hangat baik interior hingga manajer penginapan di kota yang dingin ini.
Mr. Yoo sebagai manajer dari hostel ini menyambut saya di meja resepsionis. Saya pikir serupa dengan hostel yang pernah saya inapi, petugas resepsionis hanya akan melayani urusan administrasi dan langsung memberikan kunci kamar. Ternyata Mr. Yoo sangat berbeda, setelah memberikan kunci kamar lalu ia memberikan peta pariwisata Sokcho dan menjelaskan satu persatu termasuk bagaimana cara menuju ke tempat yang harus dikunjungi di peta, tanpa diminta. Kerennya lagi Mr. Yoo menjelaskan hingga mendetil naik bis nomor berapa, jam berapa, lama perjalanan, dan dia tidak menjual tur, jadi saya diberikan informasi bagaimana saya bisa keliling Sokcho sendiri.
Resepsionis.
Nama The House Hostel sepertinya bukan tanpa maksud, melainkan suasana dan atmosfer dari hostel ini dibuat sedemikian rupa seperti layaknya rumah sendiri. Lobi sekaligus ruang resepsionis hostel ini memang tidak begitu besar namun keragaman perabot dan pernak-pernik yang merupakan simbol dari penjelajah dunia kumpul di ruangan ini. Uang kertas dari seluruh dunia dipajang di dinding resepsionis dan uang receh dari berbagai negara tersebar di meja resepsionis itu tersendiri yang semuanya itu sumbangan dari traveler yang menginap di hostel ini. Masuk ke lobi sekaligus ruang resepsionis di The House Hostel seperti ruang tamu untuk pengunjung rumah Mr. Yoo.
Pintu masuk hostel.
Yang tidak kalah serunya adalah ruang makan dan dapur dari The House Hostel. Satu meja makan dengan enam kursi kayu diletakkan di tengah ruangan seperti ruang makan rumah sendiri. Selain itu di ruang makan ini juga terdapat komputer untuk menggunakan fasilitas internet gratis. Asiknya, teh atau kopi dapat dinikmati secara gratis sepanjang waktu. Seluruh tamu yang menggunakan gelas dan piring diharuskan mencuci sendiri di tempat cuci yang telah disediakan. Jadi seluruh kegiatan di hostel ini bebasis layanan mandiri karena sejauh saya mengamati, The House Hostel cuma punya tiga karyawan, dan mereka adalah anggota keluarga dari Mr. Yoo sendiri.
Salah satu sudut hostel.
Meja untuk merilekskan diri.
Lokasi yang paling saya senangi dan sebagian besar tamu dari The House Hostel adalah teras yang sangat mengasyikkan. Asyik karena banyak bangku dan meja taman tempat para pejalan berbagi cerita satu sama lain. Selain itu suasana pagi yang dingin dan sejuk di Sokcho ditemani secangkir kopi dan suasana teras yang terasa seperti di rumah membuat kita betah berlama-lama di teras hostel ini. Lucunya lagi, anjing peliharaan Mr. Yoo yang rumah mungilnya berada di sekitar teras hostel selalu ingin ikut berbincang dengan tamu yang datang.
Ruang sosialisasi dan fasilitas komputer berinternet.
Fasilitas di tiap kamar yang ada di The House Hostel antara lain pendingin udara, kulkas kecil, televisi, pengering rambut, dan koneksi wifi. Sepeda juga disediakan di hostel ini secara gratis untuk tamu yang ingin berkeliling kota Sokcho dengan bersepeda. Kota Sokcho sangat ramah dengan sepeda. Terdapat jalur sepeda pada tiap ruas jalan di kota ini yang mengitari berbagai objek wisata seperti danau dan pantai sehingga turis yang datang ke kota ini sangat mudah untuk menikmati kota yang mempunyai tagline “The Sky to Sea Activity“.
Saya memesan penginapan ini dengan menggunakan reservasi kolektif di internet dan saran saya lebih baik melakukan reservasi tersebih dahulu sebelum menginap di hostel ini karena The House Hostel merupakan penginapan favorit di kota Sokcho.