GuidePedia

0

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapat ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri dari penyandang tuna netra saat "Open House"

Istana Presiden terbuka untuk publik pada saat hari raya Idul Fitri. Tapi seperti sebelumnya pula, tak mudah bagi rakyat itu untuk bertemu presidennya. Penantian rakyat itu dimulai dari komplek Monumen Nasional. Selama berjam-jam mereka menunggu di sana sebelum diperbolehkan masuk komplek Istana.Mereka pun mengantri untuk mendapatkan kartu khusus. Itu pun jumlahnya dibatasi 5.000 undangan saja.

Yadi, 29 tahun, asal Majalengka mengaku gembira pertama kalinya bisa bersalaman dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Begitu gembiranya hingga bibirnya kelu di hadapan sang presiden. Padahal, sebelum berangkat dari Cengkareng Yadi sudah mempersiapkan kata-kata. Ia ingin meminta bantuan kaki palsu. "Saya ingin kaki palsu yang enak, tapi susah ngomong karena diburu-buru yang lain," ujarnya.

Yadi kehilangan kaki kirinya akibat kecelakaan sepeda motor pada 2006. Tapi meski kehilangan kata, Yadi bungah karena mendapatkan amplop berisi uang Rp 200 ribu, makanan kecil, dan kue basah. "Lumayan buat beli bensin yang mengantar ke sini," ujarnya.

Padahal Laode ingin meminta pemerintah lebih peduli kepada penyandang cacat. Ia berharap pemerintah mendirikan yayasan yang memberikan ketrampilan kepada penyandang cacat. "Presiden hanya ucapkan selamat lebaran," katanya. Laode mendapatkan Rp 400 ribu dan makanan. Ia akan memakai uang itu untuk membayar kontrakan baru di Jakarta yang didatanginya sejak Juli lalu. Keluarganya ditinggalkan di Sulawesi.

Indah, seorang tuna netra asal Ciputat, merasa open house tahun ini lebih baik dari tahun lalu. Tahun lalu temannya, Joni Malela, meninggal dunia akibat serangan jantung dan sesak berdesakan. Tahun lalu ia juga tak mendapatkan uang. "Lumayan lah untuk tahun ini, "katanya sambil memegang bungkusan roti dan amplop.

Pada open house tahun ini masih ada kejadian-kejadian yang membikin kacau. Misalnya, hilangnya tongkat sejumlah tuna netra. Mereka lupa mengambil kembali tongkatnya setelah bersalaman. Seorang tuna netra marah karena tongkatnya tertukar. "Ini bukan milik saya," katanya. Ada pula tamu yang kehilangan anggota keluarganya. Padatnya tamu dan antrian membuat sejumlah orang terpisah dari rombongannya. Penyandang cacat lain adalah Laode Muhammad, 30 tahun, asal Sulawesi Selatan. Meski puas setelah penantiannya terbayar dan bisa bersalaman dengan presiden, ia masih merasa kecewa karena tak sempat bicara.

Sumber

Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top