Setelah dari Makam Imogiri saya menuju ke tempat menginap saya di daerah Condong Catur, Sleman. Hari sudah menjelang sore dan perut sudah mulai lapar. Tadi siang saya hanya makan di K*C karena saat lebaran seperti ini terlebih hari pertama, warung-warung makan di Jogja tutup semua. Saat melewati Jalan Glagahsari di daerah Umbulharjo yang kebetulan saya dulu juga pernah ngontrak rumah di Jalan Glagahsari ini, ternyata ada penjual nasi goreng yang buka. Dulu nasi goreng ini menjadi langganan saya saat masih tinggal di Glagahsari. Tanpa pikir panjang, saya langsung belok untuk makan nasi goreng saja. Maklum karena susah cari makan jadi sedapetnya aja, bosen kalau makan di K*C terus.
Warungnya sangat sederhana dan hanya buka pada malam hari saja karena pada siang hari digunakan untuk berjualan oleh pedagang lain. Lagipula nasi goreng memang cocok untuk di makan pada malam hari terutama kalau kelaparan di tengah malam. Menu yang ada adalah nasi goreng jawa, bakmi goreng, bakmi godok (rebus), dan magelangan.
Saya memesan magelangan yang ditambah dengan telur muda untuk makan malam ini. Mungkin ada yang sudah tau magelangan itu seperti apa? Oke, magelangan sebenarnya adalah nasi goreng. Bedanya, magelangan adalah nasi goreng yang dicampur mie kuning dan bihun. Tapi saya juga kurang mengerti kenapa disebut magelangan. Apakah hasil kreasi dari Magelang?
Nah di warung ini juga khas banget cara memasaknya karena dengan menggunakan anglo yang berbahan bakar arang. Si bapak penujual nggak perlu khawatir jika harga miyak tanah ataupun LPG naik. Hehe.. Hal lain yang unik adalah ayam yang digunakan sebagai pelengkap nasi goreng digantung secara utuh di gerobak. Nah nasi goreng juga akan dimasak per satu porsi. Jadi misalnya beli nasi goreng lima porsi siap-siap aja buat nunggu lama karena masaknya satu porsi satu porsi, nggak langsung buat lima porsi. Hal ini mungkin untuk tetap menjaga kualitas rasa. Tapi tenang aja, walaupun masaknya dengan menggunakan arang jadinya juga cepet kok. Satu porsi nasi goreng hanya butuh waktu kurang sekitar lima menit dan panasnya melebihi jika dimasak dengan kompor gas.
Untuk rasanya enak dong pastinya, apalagi ada tambahan telur muda atau ati ampela. Jika dibandingkan dengan nasi goreng yang sudah pernah saya rasakan di Surabaya memang jauh lebih enak ini. Kalau nasi goreng di Surabaya menurut saya lebih mengutamakan kuantitas porsinya yang besar daripada kualitas rasa. Harga seporsi nasi goreng plus telur muda dan es jeruk adalah 12.000, murah dan mengenyangkan. Setelah makan saya langsung pulang karena besok pagi jadwal saya adalah ke Gunung Kidul.
http://www.wijanarko.net/Warungnya sangat sederhana dan hanya buka pada malam hari saja karena pada siang hari digunakan untuk berjualan oleh pedagang lain. Lagipula nasi goreng memang cocok untuk di makan pada malam hari terutama kalau kelaparan di tengah malam. Menu yang ada adalah nasi goreng jawa, bakmi goreng, bakmi godok (rebus), dan magelangan.
Saya memesan magelangan yang ditambah dengan telur muda untuk makan malam ini. Mungkin ada yang sudah tau magelangan itu seperti apa? Oke, magelangan sebenarnya adalah nasi goreng. Bedanya, magelangan adalah nasi goreng yang dicampur mie kuning dan bihun. Tapi saya juga kurang mengerti kenapa disebut magelangan. Apakah hasil kreasi dari Magelang?
Nah di warung ini juga khas banget cara memasaknya karena dengan menggunakan anglo yang berbahan bakar arang. Si bapak penujual nggak perlu khawatir jika harga miyak tanah ataupun LPG naik. Hehe.. Hal lain yang unik adalah ayam yang digunakan sebagai pelengkap nasi goreng digantung secara utuh di gerobak. Nah nasi goreng juga akan dimasak per satu porsi. Jadi misalnya beli nasi goreng lima porsi siap-siap aja buat nunggu lama karena masaknya satu porsi satu porsi, nggak langsung buat lima porsi. Hal ini mungkin untuk tetap menjaga kualitas rasa. Tapi tenang aja, walaupun masaknya dengan menggunakan arang jadinya juga cepet kok. Satu porsi nasi goreng hanya butuh waktu kurang sekitar lima menit dan panasnya melebihi jika dimasak dengan kompor gas.
Untuk rasanya enak dong pastinya, apalagi ada tambahan telur muda atau ati ampela. Jika dibandingkan dengan nasi goreng yang sudah pernah saya rasakan di Surabaya memang jauh lebih enak ini. Kalau nasi goreng di Surabaya menurut saya lebih mengutamakan kuantitas porsinya yang besar daripada kualitas rasa. Harga seporsi nasi goreng plus telur muda dan es jeruk adalah 12.000, murah dan mengenyangkan. Setelah makan saya langsung pulang karena besok pagi jadwal saya adalah ke Gunung Kidul.
Post a Comment Blogger Facebook