Kapal Induk Liaoning milik Angkatan Laut China.
Merdeka.com - Manuver Beijing terbaru memicu keresahan dari negara-negara di sekitar Laut China Selatan. Satelit Taiwan menyatakan sejak 14 Februari militer RRC mengirim beberapa set peluru kendali jarak menengah dan sistem radar ke Pulau Woody, salah satu lahan reklamasi yang dibuat China.
Tindakan membuat Amerika Serikat, yang berusaha merebut simpati sekutunya di Asia dan menangkal pengaruh Beijing, meradang. Pentagon menuding China memiliterisasi kawasan. "Tindakan militerisasi ini merisaukan semua pihak," kata Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, seperti dilansir BBC, Sabtu (20/2).
Kecaman turut dilontarkan pemerintah Vietnam dan Filipina, yang bersengketa langsung dengan Beijing terkait beberapa blok perairan kaya gas di Laut China Selatan.
Dikecam kanan-kiri, Beijing balik menyerang lawan-lawan politiknya untuk isu Laut China Selatan. Menteri Luar Negeri China, Hong Lei, menuding AS rajin memprovokasi negara-negara Asia agar memusuhi pihaknya. Presiden Barack Obama pekan lalu dalam KTT ASEAN-AS, secara terbuka mengajak negara-negara sekutunya menolak didekte oleh Tiongkok untuk isu batas wilayah di Laut China Selatan.
Lebih jauh lagi, patroli kapal AS mendekati Kepulauan Spratly tahun lalu yang diduduki oleh China, dianggap sebagai provokasi, memicu situasi keamanan kawasan goyah.
"Bagi negara kami, tindakan AS (mengirim kapal perang) adalah militerisasi yang sebenarnya," kata Lei.
Selain kapal perang jenis frigat, AS diketahui sudah menyiagakan pesawat pembom B-52 di Pangkalan Okinawa, Jepang, kalau-kalau eskalasi konflik meningkat.
Kendati begitu, Deutsche Welle menyatakan perang seharusnya dihindari oleh AS, mengingat armada perang Tiongkok kini urutan ke-3 di dunia. Ketika Negeri Paman Sam baru dalam tahap memobilisasi persenjataan, China akan lebih cepat menyiagakan alutsista di perairan kaya sumber daya alam itu.
Apa saja alutsista yang sekarang ini telah disiagakan Negeri Tirai Bambu buat menjaga perairan Laut China Selatan seandainya benar-benar muncul konflik? Berikut rangkuman lima yang paling berbahaya:
1. Kapal induk Liaoning
Merdeka.com - Ini adalah kapal induk yang dikembangkan atas kerja sama China-Rusia, tapi awalnya untuk pembangunan kasino terapung dekat Makau. Belakangan, Liaoning dirombak ulang menjadi kapal tempur. Di Rusia, kapal ini disebut kelas Kuznetsov.
Kapal yang dibangun sejak era Uni Soviet ini mampu mengangkut 30-40 jet tempur dan mulai berdinas di AL China empat tahun lalu.
Kapal Induk Liaoning diperkuat dengan mesin berkekuatan 20 ribu tenaga kuda. Saat berlayar, kapal ini bergerak dengan kecepatan 32 knot atau 59 km per jam dan menempuh perjalanan sejauh 3.850 nautical miles atau 7.130 km.
Untuk mendukung kekuatan udaranya di kawasan tersebut, Liaoning dapat mengangkut sejumlah pesawat terbang, khususnya buatan negeri sendiri. Antara lain 24 unit pesawat tempur Shenyang J-15, 6 unit helikopter Changhe Z-18, 4 unit helikopter Ka-31, dan 2 unit helikopter Harbin Z-9.
Kabarnya China kini sedang membangun dua kapal induk lainnya. Liaoning selama beberapa bulan terakhir bersiaga di sekitar Laut China Selatan.
Rudal Dong-Feng 26 dipamerkan di Beijing.
2..Rudal Dong-Feng 26
Ini adalah salah satu alutsista andalan Beijing berupa rudal yang sangat dikhawatirkan negara-negara Asia-Pasifik, termasuk Amerika Serikat. Rudal Dong-Feng 26 memilliki daya jelajah antar benua. Sebutan lain rudal ini adalah "pembunuh kapal induk".
Konon, rudal ini dapat melaju hingga kecepatan Mach 10 alias 12 ribu kilometer per jam, ditopang daya jelajah 4.000 km. Belum jelas, di mana saja Angkatan Darat China menyiagakan rudal ini.
Dong-Feng sudah diujicoba empat kali sepanjang 2014-2015. Hasilnya memuaskan petinggi militer di Beijing. Tidak jelas apakah rudal-rudal yang dipasang di Pulau Woody pada 14 Februari, salah satunya mencakup Dong-Feng 26.
Jika China niat memicu perang dunia ke-3, maka cukup mengirim rudal ini saja. Sebab Dong-Feng dilaporkan bisa langsung menyasar Pangkalan militer AS di Guam, Samudera Pasifik dalam hitungan menit.
Kapal amfibi 071 milik AL China
3. Kapal amfibi 071
Militer Tiongkok diperkirakan sudah menyiagakan banyak kapal jenis amfibi di perairan Laut China Selatan. Kapal ini disiagakan di kepulauan hasil reklamasi, termasuk di Spratly yang jadi bahan sengketa banyak negara.
Berdasarkan pantauan terakhir, China memiliki tiga jenis kapal amfibi tipe 071. Ketiganya mampu mengangkut satu batalyon pasukan infanteri, 18 kendaraan lapis baja dan dilengkapi dengan ajungan pendaratan untuk helikopter atau juga hoovercraft. Kapal ini memiliki kecepatan manuver tinggi.
Diyakini kapal tersebut akan jadi andalan awal China apabila benar-benar pecah konflik bersenjata di perairan tersebut.
Jet Tempur Chengdu J-20.
4.Jet tempur Chengdu J-20
Pesawat tempur pertama buatan China ini diakui banyak negara khususnya memiliki kinerja dan kemampuan manuver yang oke.
Chengdu J-20 memiliki kemiripan fisik 95 persen dengan rangka pesawat tempur F-22 Raptor bikinan pabrik Lockheed Martin asal AS. Padahal F-22 kerap dijuluki jet tempur terkuat di dunia saat ini.
Teknologi tambahan Chengdu J-20 disebut-sebut mirip dengan buatan pesawat negara maju. Chengdu J-20 memiliki kemampuan siluman, pengunci sasaran berdasar hawa panas, dan banyak lagi lainnya. Kabarnya, militer Tiongkok mencuri data-data F-22 untuk merancang Chengdu.
Jet tempur ini kabarnya disiagakan dekat Laut China Selatan. Namun Chengdu J-20 memang belum pernah terbukti sukses dalam medan tempur yang sesungguhnya.
5. Rudal anti-satelit
Awal 2016, Kementerian Pertahanan AS mengumumkan temuan mereka bahwa China menggelar serangkaian uji coba senjata tempur di Kota Wuzhai. Selain menjajal sederetan rudal jenis baru, Beijing sekaligus mengujicoba peluru kendali anti-Satelit.
Pentagon mencatat ada enam kali uji coba yang sukses sepanjang 2015. Salah satunya dipastikan rudal berkecepatan hipersonik yang bisa menghancurkan satelit AS di orbit bumi.
"China terus membelanjakan anggaran yang besar untuk bidang militer. Kami mengamati perkembangan pesat itu," kata Admiral Cecil D. Haney.
Belum ada sebutan khusus untuk rudal yang bisa menjangkau orbit bumi ini. China hanya memberi nama kode DF-ZF. Pengamat militer menduga rudal anti-satelit itu pengembangan dari Dong-Feng 21. Rudal khusus ini diangkut pesawat tanpa awak WU-14.
Selama ini, AS masih unggul selangkah dibanding Beijing untuk isu Laut China Selatan berkat data-data yang dikumpulkan satelit. Pasokan informasi itu bisa berakhir jika China nekat menghancurkan benda-benda langit yang mencurigakan.
China menakutkeun !
ReplyDelete