Selasa malam kemarin berseliweran review @RidwanHD film 3 (judul filmnya "3" Alif Lam Mim) garapan Anggy Umbara yang disebut-sebut sebagai anti-tesis dari film-film Hanung Bramantio.
Setelah menonton film 3 (alif lam mim) tersebut, apa yang disampaikan @RidwanHD pada reviewnya adalah benar adanya. Serius keren abis! Saya kuatir dengan judul dan cerita seperti ini, film 3 tidak akan lama di pasaran --semoga sang sutradara baik-baik saja setelah ini. Pasalnya, selain menampilkan live action yang keren, film ini mengangkat kondisi Indonesia yang kita takutkan terjadi di masa depan: liberalisasi dijunjung tinggi, sementara agama dianggap sebagai sumber masalah. Semoga hal ini tidak akan terjadi.
Sebelum film ini hilang atau dihilangkan dari pasaran, sempatkanlah nonton film ini, khususnya bersama keluarga, binaan, dan orang-orang yang hendak kita edukasi terkait kompleksitas antara teori konspirasi, pemerintah, media, dan agama.
Sungguh reflektif terhadap kondisi realitas, terutama membuka pandangan baru bagi mereka-mereka yang suka mendeskritkan Islam.
Two thumbs up!
(Deddy Sussantho)
***
Film 3 menunjukkan akibat bila negara menjadi murni Liberalism dan Secularism. Dengan mengambil setting lokasi berlatar DKI Jakarta pada 2036, film '3' termasuk film religi pertama di Indonesia yang digarap dengan nuansa futuristik ala 'The Matrix' dengan bumbu action, thriller, dan romansa drama.
Produser film '3' yang juga presenter terkemuka tanah air, Arie K.Untung mengaku surprise dengan pujian serta respon positif. "Ini membuktikan pendekatan dakwah dengan kemasan modern berhasil menginspirasi tanpa terkesan menggurui." ujar Arie.
Diakuinya, sebagian besar inspirasi film ini diambil dari kisah-kisah heroik zaman Rasulullah yang diangkat sesuai konteks kekinian abad 21. Arie berharap film '3' dapat menjadi early warning pembuka mata semua pihak bahwa tantangan Muslim di masa yang akan datang bisa jadi akan semakin berat jika kita tidak bersatu dan merapatkan shaf mulai saat ini.
Post a Comment Blogger Facebook