Orang Eropa menyebutnya Hagia Sophia. Turki memberi nama Ayasofia. Selama 900 tahun, Hagia Sophia adalah gereja. Setelah Sultan Mehmet Sang Penakluk merebut Konstantiopel, bangunan ini -- selama 500 tahun berikutnya -- menjadi Masjid Ayasofya.
Kini, Hagia Sophia atau Ayasofya adalah museum. Status baru bangunan itu diberikan setelah Turki bukan lagi negara Islam. Museum melambangkan sekularisme Turki modern.
Beberapa waktu lalu, Seorang ulama Muslim untuk pertama kalinya dalam 85 tahun terakhir membacakan Alquran di Museum Hagia Sophia.
Pembacaan ayat suci Alquran itu dilakukan oleh Imam Masjid Akseki Hamdi Ahmet Ankara, Ali Tel di situs peninggalan dinasti Kerajaan Utsmani dalam rangka acara pembukaan pameran kaligrafi, Jumat (10/4) lalu.
Kantor berita Anatolia melaporkan, pameran akan berlangsung hingga 8 Mei mendatang. Upacara ini dihadiri oleh para pejabat Turki atas termasuk kepala agama Diyanet badan urusan negara, Mehmet Gormez.
Hagia Shopia dibangun pada abad keenam sebagai gereja di Kekaisaran Bizantium Kristen. Ketika pasukan Ottoman di bawah Mehmet II menaklukkan kota pada tahun 1453, ia memerintahkan Hagia Sophia diubah menjadi masjid.
Namun, di pertengahan tahun 1930-an bangunan itu diubah peruntukannya menjadi museum. Ini atas dasar perintah Presiden Turki kala itu, Mustafa Kemal Ataturk.
Hagia Sophia dibangun tahun 537 oleh Kaisar Justinian, penguasa Roma Binzantium yang wilayah kekuasaannya membentang dari Spanyol sampai ke Timur Tengah. Hagia Sophia adalah kata dalam Bahasa Yunani yang berarti 'kebijakan ilahi'.
Selama 900 tahun Hagia Sofia menjadi bangunan tak tertandingi, dan berdiri di tengah kota berdinding tebal sulit ditembus siapa pun, sampai Sultan Mehmet menaklukannya tahun 1453. Sultah Mehmet mengubah Hagia Sophia menjadi masjid, tapi melestarikan semua ornamen kektistenan di dalamnya.
Tahun 1934 Mustafa Kemal Ataturk, pemimpin Turki modern sekuler, mengubah bangunan itu menjadi museum. Kini, Hagia Sophia atau Ayasofya adalah salah satu daya tarik wisata Turki. Dikunjungi tidak hanya oleh Muslim, tapi juga Kristen.
Dalam beberapa tahun terakhir, bersamaan dengan berkembangnya identitas Islam di bawah Erdogan, muncul minat baru di kalangan Muslim Turki untuk menunaikan shalat di Ayasofya. Sebelum Erdogan muncul, Turki lebih berorientasi ke Barat, dan mencemooh masa lalu Kekaisaran Ottoman.
Erdogan mempromosikan Perayaan Penaklukan Konstantinopel, kota yang kini bernama Istanbul. "Penaklukan Konstantinopel adalah penghapusan belenggu pintu di dalam hati," ujar Erdogan, saat menandai ulang tahun ke-561 kekalahan Bizantium. "Peradaban datang dengan penaklukan."
lanjutin di sini !
Follow @wisbenbae
Post a Comment Blogger Facebook