Sebuah perjalanan dinas membawa saya kembali ke Makassar selama beberapa hari. Seperti biasa setiap pergi ke tempat atau kota yang lumayan jauh dari tempat tinggal dan jarang-jarang saya datangi, diusahakan sekalian mampir ke tempat-tempat eksotis yang ada disana. Peribahasanya “Sekali dayung dua, tiga, bahkan banyak pulau bisa terlampaui”. Meski sudah ada beberapa postingan mengenai tempat menarik di Sekitaran Makassar, tapi masih lagi dan lagi tempat lain yang tak kalah menarik dari yang sebelumya pernah saya datangi.
Kali ini saya yang ditemani seorang rekan satu kantor berencana mengunjungi salah satu situs yang berada di sekitaran deretan Karst Maros. Sebelumnya Taman Batu Rammang-rammang dan Dusun Berua sudah sempat saya kunjungi. Kalau mau dieksplore lebih jauh, bakal nemu sangat banyak banget spot menarik di sepanjang deratan karst terbesar di Indonesia itu. Dan kali ini kami bakal menyambangi “Taman Purbakala Leang-leang”.
Leang kalau tidak salah berarti Goa. Memang tepat kalau di tempat tersebut yang menjadi daya tarik adalah goa-goanya. Sama dengan karts yang ada di Gunung Kidul, DIY yang memiliki potensi wisata goa seperti Goa Pindul, Goa Jomblang, Goa Grubug, dan banyak lagi. Oiya, “leang” yang merupakan bahasa daerah di Sulsel yang berarti goa ternyata punya kemiripan juga dengan sebutan goa bagi goa-goa yang ada di Gunung Kidul. Kalau di sana menyebut goa itu “luweng”, kayak Luweng Jomblang, Luweng Grubug. Antara Leang dan Luweng, punya kemiripan yang tidak kebetulan karena sama-sama untuk menyebut goa yang berada di deretan pegunungan karst namun berada di dua daerah di dua pulau yang terpisah jauh. Hmm, tak heran sih karena keduanya sama-sama ada di Indonesia. Proud to be Indonesian.
Oke kembali ke Leang-leang.
Goa-goa yang ada di sana tak hanya sekedar goa, dari namanya saja “Taman Prasejarah Leang-leang” pastinya ada kaitannya dengan kehidupan pubakala. Inilah yang menjadi point tambahan yang menjadikan saya makin tertarik untuk kesana. Dari info yang saya dapat kalau di dalam goa ada lukisan yang dibuat oleh manusia purba berupa lukisan tangan dan bentuk binatang-binatang. Ini pernah saya lihat di TV tapi bukan di Leang-leang melainkan ada di Raja Ampat.
Lukisan yang dibuat di jaman purba dan masih bisa dilihat sampai sekarang ???
Ini adalah sesuatu yang WoW banget bukan ???
Hahaha, maaf agak lebay. Tapi beneran itu adalah sangat luar biasa. Dan saat itu saya berkesempatan menyaksikan langsung dari dekat dan sangat jelas.
Sebenarnya di Goa dekat Dusun Berua ada juga sih cap tangannya, tapi yang terlihat hanya 1 saja itupun kecil lebih anehnya lagi jarinya cuma tiga. Wew, agak aneh memang cap tangan yang ada di dekat Dusun Berua.Tapi yang di goa Leang-leang ini teramat jelas dan ada banyak banget lukisannya.
Menuju Taman Purbakala Leang-leang
Tentu teman-teman penasaran dong sama lukisan-lukisan karya kakek nenek moyang kita yang hidup di jaman purba dulu. Bagi yang pengen kesana ga perlu kuatir kesasar meski memang jalannya agak masuk-masuk. Saya saja yang masih blank daerah sana bisa sampai kok, tanpa ngeliat GPS lagi heheh. Hal ini karena sudah banyak petunjuk di jalan yang bakal mengarahkan kita.
Teman-teman yang dari luar kota, biasanya ke Makassar dulu kan yak. Nah, dari kota Makassar kita ke arah Maros atau pangkep. Angkutan umum mulai dari “pete-pete” sampai yang maucarter mobil juga boleh, semua tersedia. Oiya Maros, tau kan ? Bandara Sultan Hasanuddin itu uda masuk Maros lho sebenarnya. Jadi kalau kalian tujuan utamanya langsung ke Karst Maros malah lebih dekat dari bandara, tanpa perlu ke pusat kota dulu.
Kalau kita keluar dari bandara, sampai di jalan poros langsung ambil kanan. Kalau kekiri kan ke pusat kota. Nah, yang ke kiri itulah yang menuju Maros dan Pangkep letak deretan Karst Terbesar di Indoensia.
Bisa pilih ke Rammang-rammang, Dusun Berua, Taman Purbakala Leang-leang, Taman Nasional Bantimurung yang banyak kupu-kupu langkanya, atau mau mendaki Gunung Bulusaraung dengan bebatuan yang tak bisa dijumpai di gunung lain, semua tinggal direncanakan. Masih banyak spot lagi sih, cuman yang saya sudah pernah itu doang dulu.
Ada beberapa goa di Taman Purbakala Leang-leang. Antara lain Leang Pettakere, Leang Pettae, Leang Burung, dan yang lainnya. Namun diantara leang-leang tersebut yang paling faforit dikunjungi adalah Leang Pettakere dan Pettae, sedangkan Leang Burung berada di sebelum gerbang masuk.
Leang Pettakere
Leang yang satu ini berada 300 m di sebelah timur Leang Pettae dengan koordinat 4° 58’ 43.2” LS - 119° 40’ 34.2” BT dan pada ketinggian 45 mdpl dan 10 m di atas permukaan tanah. Meski berada di dinding tebing tapi leang ini punya semacam pelataran di bagian depannya yang menjorok ke luar selebar 1-2 m. Ada beberapa lukisan pada dinding goa ini antara lain lukisan telapak tangan dan babi rusa juga ada pula peralatan berupa alat batu serpih bilah dan anak panah yang kini disimpan.
Karena berada pada ketinggian ini pula untuk masuk kedalamnya kita perlu memanjat tebing yang sangat curam, eits bercanda... Sudah ada anak tangga yang disediakan untuk menuju ke dalam area goa. Perlu bawa senter kalau nggak mau nabrak-nabrak pas di dalam goa, lumayan gelap dan bikin bulu kuduk merinding soalnya. Nggak terlalu dalam memang, di ujung goa ini bakal tembus di tebing yang lain yang lebih tinggi.
Berikut penampakan bagian dalam Leang Pettakere...!!!
Leang Pettae
Kalau leang ini berada pada koordinat 4° 58’ 44.6” LS dan 119° 40’ 30.5” BT dengan ketinggian 50 mdpl namun tak perlu naik anak tangga kayak di Leang Pettakere. Kondisi dalam goa leang ini agak berbeda dengan leang yang satunya. Leang Petae punya dinding goa lebih tinggi. Peninggalan yang ditemukan dalam goa ini berupa lukisan telapak tangan dan juga gambar babi rusa, artefak batu, dan juga sampah dapur berupa kerang yang terdeposit pada mulut goa.
Leang yang satu ini menjadi awal penelitian terhadap goa-goa prasejarah dan awal penemuan lukisan dinding yang terdapat di kabupaten maros. Penelitian itu dilakukan pada tahun 1950 oleh Van Heekeren dan Miss Heeren Palm. Heekeran menemukan gambar babi rusa yang sedang melompat dengan anak panah yang tertancap di dadanya, sedangkan Miss Heeran Palm menemukan gambar telapak tangan dengan latar belakang cat merah yang diduga merupakan tangan kiri wanita.
Sejak saat itu penelitian di kawasan Karst Maros-Pangkep dilakukan lebih intensif dan menghasilkan data yang melimpah tentang jejak hunian prasejarah di kawasan tersebut. Menurut pendataan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar, terdapat sekitar 100an leang prasejarah yang tersebar di kawasan itu dengan beragam jenis peninggalannya.
(sumber : Papan informasi di kawasan Leang-leang).
Post a Comment Blogger Facebook