Fares dan saudaranya tidak dibesarkan dalam agama tertentu. Fares dan saudaranya hanya dibesarkan sebagai anak-anak Amerika.
Jacian Fares, mantan tentara AS yang kembali ke Islam setelah tertembak saat bertugas di Irak. Leluhur Fares berasal dari Hebron, sebuah kota di Tepi Barat, Palestina.
Ayah Fares lahir di Lebanon, sementara ibunya orang Spanyol. Fares adalah generasi pertama yang lahir di Amerika (Michigan tepatnya). Ayah Fares tidak tertarik lagi dengan agama Islam meskipun kakek dan neneknya adalah Muslim yang taat.
Maka jelas sekali bahwa Fares dan saudaranya tidak dibesarkan dalam agama tertentu. Fares dan saudaranya hanya dibesarkan sebagai anak-anak Amerika.
Dari tiga bersaudara, hanya Fares yang pernah tinggal di Lebanon saat masih remaja. Fares menyebut masa ini sebagai masa mengenali budaya Timur Tengah.
Fares kemudian mendaftar di Korps Marinir AS. Fares kemudian memimpin sebuah invasi ke Irak. "Aku sebenarnya tidak setuju dengan perang ini. Tapi aku adalah seorang prajurit yang hanya melakukan tugasnya."
Di Fallujah dan daerah lain di provinsi Al-Anbar, Fares sering bertemu dengan penduduk setempat. Fares sering menyaksikan kegiatan orang-orang Arab lainnya pada bulan Ramadhan selama bertahun-tahun. "Aku telah menyaksikan bagaimana taatnya mereka kepada agama mereka."
Sayangnya Fares tertembak di Irak dan kehilangan ginjalnya. Saat kembali ke AS, Fares merasa tertekan. Dia merasa seperti tidak punya tujuan hidup yang bisa diikuti.
Namun kakek dan neneknya menganjurkan Fares belajar agama Islam, termasuk bibinya. Begitu juga dengan gadis yang ditemuinya di Kuwait menyarankan Fares untuk mempelajari Islam.
Selama bulan Agustus 2008, Fares membaca Alquran. Dan ternyata semuanya menjadi masuk akal. Alquran memberinya jawaban secara langsung soal rutinitas. Kehidupan Muslim memiliki rutinitas dan Fares butuh perubahan dalam hidupnya untuk menemukan dirinya yang sebenarnya.
Akhirnya Fares memutuskan kembali ke Islam. Kini dia punya alasan untuk hidup dan Islam membuat hidupnya jauh lebih baik. Bahkan Fares merasa terinspirasi oleh seorang seorang wanita muslim dari Palestina untuk menjadi seorang Muslim yang lebih baik. Kakek dan nenek Fares merasa bersyukur dan senang mendengar cucunya telah kembali ke Islam.
Tahun 2010, Fares bertemu dengan bulan Ramadhan keduanya. Sayangnya, dia tidak bisa ikut puasa karena menderita diabetes. Tapi Fares menggantinya dengan menyumbangkan makanan, uang, dan waktu untuk orang yang membutuhkan selama tiga puluh hari.
Fares sangat senang dengan bulan Ramadhan dan nilai-nilai di baliknya. Bagi Fares, Ramadhan seolah menjadi pengingat bagaimana menjadi seorang Muslim yang baik. Namun Fares berupaya agar setiap hari dalam kehidupannya seperti Ramadhan.
"Aku memilih Islam karena itu adalah bagian dari siapa diriku. Aku sudah dikembalikan ke apa yang leluhurku telah yakini. Alquran telah membuatku menemukan jati diriku yang sebenarnya."
"Alquran hanyalah sebuah alat dan panduan yang harus kita gunakan untuk menjalani jalur yang benar. Alquran mendorong perdamaian, cinta, dan kepercayaan yang kuat kepada Allah." (Ism)
Post a Comment Blogger Facebook