Awalnya, pemikiran tentang Tuhan dibuangnya jauh-jauh. Lagipula, orang-orang religius tidak bisa membuktikan agamanya seperti ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah.
John Webber lahir dan besar di Inggris. Keluarganya tidak terlalu religius. Meski mendapat pelajaran agama, John tidak terlalu memikirkan tentang Tuhan. Dia masih tidak percaya kenapa Tuhan harus mengorbankan anak-Nya untuk mengampuni dosa-dosa manusia.
Pemikiran tentang Tuhan dibuangnya jauh-jauh. Lagipula, orang-orang religius itu tidak bisa membuktikan agamanya seperti ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah. Bagi John, mereka adalah orang-orang yang berpikiran lemah atau bodoh.
Namun John mulai berpikir religius setelah ulang tahunnya yang ke-13. Religius yang dipikirkan John hanyalah pandangan umum semua agama, yaitu berbuat baik kepada orang lain, tidak lebih dari itu. Menurutnya, semua agama selalu mengajarkan orang untuk menjadi lebih bermoral. Namun, semakin lama dia menjalankan prinsip tersebut semakin dia merasa ada sesuatu yang lain yang kurang.
Maka pencarian jiwa John tentang sesuatu itu kian mendesak hingga terjadi serangan di WTC di Amerika Serikat. Berita tentang serangan itu gencar di media namun Johnn tidak terlalu menaruh perhatian.
Hingga muncul serangan teroris, kekerasan terhadap muslim dan serangan terhadap Afghanistan dan Irak. Saat itu John mulai mempertanyakan sikap pemerintahnya dan AS terhadap muslim. Dari situlah, hati John tergerak untuk mulai menelusuri kebenaran tentang Islam.
John benar-benar kurang yakin muslim selalu mengobarkan kebencian dan pembunuhan. Namun John sadar mungkin inilah yang mendorong pikirannya untuk mau belajar tentang agama secara serius untuk pertama kalinya.
John kemudian berteman dengan seorang muslim. Dari sinilah John baru tahu bahwa muslim bukan orang aneh dan gila. Mereka orang normal seperti kebanyakan. Akhirnya, John mulai menyelidiki Islam lewat internet secara diam-diam. John belum siap menunjukkan bahwa dia tengah mempertimbangkan sebuah agama, yakni Islam. Setelah browsing sana-sini, John mulai meyakini apa yang dibacanya meski kadang masih bingung.
Akhirnya, liburan musim panas tiba dan John hampir meyakini agama Islam. John ingin meyakininya namun belum menemukan penjelasan yang masuk akal baginya. John kemudian teringat teman muslimnya. Namun John masih takut untuk mengungkapkan kebingungannya tentang Islam.
Saat teman muslimnya itu menelepon, John memberanikan diri bertanya egala hal tentang Islam. John akhirnya merasa lega dengan jawaban temannya itu. Jadi John sudah merasa yakin dirinya akan menjadi seorang muslim.
John memutuskan mengucapkan kalimat syahadat pada ulang tahunnya yang ke-20. Dia tahu jika tidak begitu, dia tidak akan pernah melakukannya.
Tapi dia bingung bagaimana memberitahu orang-orang dan mencari tahu tentang Islam lebih banyak. John sadar dia belum bisa memberitahu keluarga tentang keputusannya ini. Selain itu, perjalanan John juga masih panjang. "Aku masih harus belajar Alquran dan Hadits," katanya. (Ism, Sumber: On Islam)
Post a Comment Blogger Facebook