Tanya :
Apa itu kitab Jami’us Shaghir? Saya penasaran, krn sering para penceramah, kiyai menyebut-nyebut kitab ini. Mohon ulasannya. Matur nuwun
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Sebelum memperkenalkan format penulisan hadis dalam kitab induk hadis, seperti shahih Bukhari, shahih Muslim, Sunan Abu Daud, dst. Kami sebutkan satu contoh hadis pertama di shahih Bukhari:
حَدَّثَنَا الحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى المِنْبَرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»
Kami mendapatkan hadis dari Abdullah bin Zubair al-Humaidi, bahwa beliau mengatakan: ’Kami mendapat hadis dari Sufyan, bahwa beliau mengatakan: ’Kami mendapat hadis dari Yahya bin Said al-Anshari, beliau mengatakan: Saya mendapat berita dari Muhammad bin Ibrahim at-Taimi, bahwa beliau mendengar Alqamah bin Waqqash al-Laitsi mengatakan, ’Aku mendengar Umar bin Khatab berkhutbah di atas mimbar, beliau menyampaikan, ’Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
”Sesungguhnya sahnya amal itu dengan niat, dan sesungguhnya seseorang mendapatkan balasan sesuai apa yang ia niatkan, barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan RosulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RosulNya dan barang siapa yang hijrahnya kepada dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi maka balasan hijrahnya sesuai dengan tujuannya.”
Bagian sebagian kalangan yang belum pernah belajar mustolah hadis, atau membaca kitab induk hadis, akan kesulitan memahaminya. Semuanya ada kalimat ’Kami mendapat hadis dari…’ ’Aku mendengar beliau menyampaikan,..’ dst. Itu apa maksudnya?
Untuk memudahkan pemahaman, mari kita simak keterangan berikut,
Kalimat ”Kami mendapatkan hadis dari Abdullah bin Zubair… dst. hingga Umar bin Khatab.” dalam ilmu hadis disebut sanad sanad. Rantai nama orang yang menyampaikan matan hadis.
Jika kita ringkas, sanad hadis di atas adalah:
Abdullah bin Zubair al-Humaidi — Sufyan — Yahya bin Said al-Anshari — Muhammad bin Ibrahim at-Taimi — Alqamah bin Waqqash al-Laitsi — Umar bin Khatab berkhutbah.
Sementara kalimat ”Kami mendapatkan hadis dari…” ini membuktikan bahwa terjadi kesinambungan antara satu ulama ke ulama generasi bawahnya. Dengan kalimat ini, menunjukkan bahwa hadis itu betul-betul dia dengar langsung dari gurunya (ulama atasnya).
Sedangkan teks hadis: innamal a’malu bin niyat…dst. (Sesungguhnya sahnya amal itu dengan niat) disebut sebagai matan hadis.
Posisi Imam Bukhari sebagai perawi hadis. Sehingga kita menyebutnya, ’diriwayatkan Bukhari.’
Dan kitab shahih Bukhari sebagai kitab hadis yang dimaksud.
Mengenal Jami’us Shaghir
Kitab Jami’us Shaghir [arab: الجامع الصغير] nama lengkapnya Jami’us Shaghir fi Ahadits an-Nadzir wa al-Basyir [arab: الجامع الصغير في أحاديث النذير البشير]: Kumpulan kecil untuk hadis-hadis sang pemberi peringatan dan kabar gembira (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Berikut beberapa keteragan tentang kitab Jami’us Shaghir
Kitab Jami’us Shaghir ditulis oleh Jalaluddin as-Suyuthi, seorang ulama bermadzhab Syafiiyah dari Mesir yang wafat sekitar tahun 911 H.
Dalam bukunya ini, Imam as-Suyuthi mengumpulkan sekitar 10.000 hadis. Atau dengan angka lebih pasti, 10.031 hadis, berdasarkan penomoran dalam versi cetaknya.
Sebenarnya, Jami’us Shaghir adalah ringkasan dari kitab as-Suyuthi sebelumnya, yang berjudul Jam’ul Jawami’.
Beliau pilih hadis-hadis di Jam’ul Jawami’ dan beliau susun berdasarkan urutan huruf hijaiyah pada awal hadis. Sehingga memudahkan bagi pembaca untuk menemukan hadis dalam waktu cepat.
Beliau pilih hadis-hadis yang ringkas dan tidak banyak mencantumkan hadis tentang hukum.
Beliau juga menghidari hadis yang dalam sanadnya ada perawi pemalsu hadis atau pendusta, yang sendirian, menurut penilaian beliau. Namun beliau masukkan dalam kitabnya, hadis shahih, hasan, dan dhaif dengan berbagai macamnya.
(Mukadimah Jami’us Shaghir, as-Suyuthi).
Metode as-Suyuthi dalam Menulis Jami’us Shaghir
Metode yang diterapkan as-Suyuthi dalam membawakan hadis di Jami’us Shaghir,
Tidak mencantumkan sanad hadis, hingga nama sahabat-pun tidak beliau sebutkan.
Hanya menyebutkan matan hadis.
Setelah menyebutkan menyebutkan nama kitab hadis yang meriwayatkan hadis tersebut dengan KODE dan nama sahabat yang membawakan hadis ini.
Kemudian beliau menyebutkan KODE derajat hadis, apakah shahih shahih, ataukah dhaif.
(Ushul Takhrij, Dr. Mahmud Thahhan, hlm. 72 – 73).
Di mukadimah Jami’us Shaghir, Imam as-Suyuthi menyebutkan KODE huruf untuk nama kitab dan derajat hadis yang beliau gunakan dalam kitabnya. Berikut diantaranya,
Huruf [خ]: Shahih Bukhari
Huruf [م]: Shahih Muslim
Huruf [ق]: singkatan dari muttafaq ‘alaihi [arab: متفق عليه], artinya diriwayatkan Bukhari & Muslim
Huruf [د]: Sunan Abu Daud
Huruf [ت]: Sunan Turmudzi
Huruf [هـ]: Sunan Ibnu Majah
Huruf [حم]: Ahmad dalam Musnad
Huruf [ك]: Hakim dalam al-Mustadrak
Huruf [تخ]: Bukhari dalam kitab at-Tarikh. dst
Sementara status hadis, beliau sebutkan dengan 3 derajat: shahih, hasan, dan dhaif.
Huruf [صح]: hadis Shahih
Huruf [ح]: hadis Hasan
Huruf [ض]: hadis Dhaif
Sebagai contoh, as-Suyuthi menyebutkan satu hadis di no. 1035:
آيَةُ مَا بَيْنَنا وَبَيْنَ المُنافِقِينَ أنَّهُمْ لاَ يتضلعون من زمزم
(تخ هـ ك) عن ابن عباس (صح).
Matan hadis: ‘Ciri pembeda antara kita (orang beriman) dengan orang munafik: mereka tidak pernah merasa kenyang dengan zam-zam.’
Dari KODE as-Suyuthi, kita bisa membaca:
Hadis ini diriwayatkan Bukhari dalam at-Tarikh, Ibnu Majah dalam sunannya, dan Hakim dalam al-Mustadrak. Kode: [تخ هـ ك]
Dari sahabat Ibnu Abbas
Derajat hadis: shahih, kode: صح
Beberapa catatan tentang Jami’us Shaghir,
Para ulama hadis mengatakan, ada unsur terlalu longgar untuk penilaian as-Suyuthi terhadap derajat hadis. (Ushul at-Takhrij, Dr. Mahmud Thahan, hlm. 74)
Karena itu, al-Munawi dalam Syarh Jami’us Shaghir banyak memberikan catatan hadis dan penilaian yang berbeda dengan as-Suyuthi, disertai penjelasan mengapa beliau berbeda.
Disamping al-Munawi, ulama hadis kontemporer yang meneliti ulang penilaian as-Suyuthi terhadap hadis adalah Imam Muhammad nashiruddin al-Albani. Beliau meneliti status hadis di Jami’us Shaghir, dan membagi menjadi 2:
Shahih Jami’us Shaghir
Dhaif Jami’us Shaghir
Kitab ini juga disyarah oleh beberapa ulama, diantaranya:
At-Tanwir Syarh al-Jami’ as-Shaghir, karya as-Shan’ani
Faidhul Qodir Syarh al-Jami’ as-Shaghir, karya al-Munawi.
al-Jami’ as-Shaghir wa Syarhuhu an-Nafi’ al-Kabir, karya al-Laknawi.
at-Taisir bi Syarhi al-Jami’ as-Shaghir, karya al-Munawi. Kitab ini adalah ringkasan dari faidhul Qadir.
Demikian, Allahu a’lam.
Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)
Apa itu kitab Jami’us Shaghir? Saya penasaran, krn sering para penceramah, kiyai menyebut-nyebut kitab ini. Mohon ulasannya. Matur nuwun
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Sebelum memperkenalkan format penulisan hadis dalam kitab induk hadis, seperti shahih Bukhari, shahih Muslim, Sunan Abu Daud, dst. Kami sebutkan satu contoh hadis pertama di shahih Bukhari:
حَدَّثَنَا الحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى المِنْبَرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»
Kami mendapatkan hadis dari Abdullah bin Zubair al-Humaidi, bahwa beliau mengatakan: ’Kami mendapat hadis dari Sufyan, bahwa beliau mengatakan: ’Kami mendapat hadis dari Yahya bin Said al-Anshari, beliau mengatakan: Saya mendapat berita dari Muhammad bin Ibrahim at-Taimi, bahwa beliau mendengar Alqamah bin Waqqash al-Laitsi mengatakan, ’Aku mendengar Umar bin Khatab berkhutbah di atas mimbar, beliau menyampaikan, ’Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
”Sesungguhnya sahnya amal itu dengan niat, dan sesungguhnya seseorang mendapatkan balasan sesuai apa yang ia niatkan, barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan RosulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RosulNya dan barang siapa yang hijrahnya kepada dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi maka balasan hijrahnya sesuai dengan tujuannya.”
Bagian sebagian kalangan yang belum pernah belajar mustolah hadis, atau membaca kitab induk hadis, akan kesulitan memahaminya. Semuanya ada kalimat ’Kami mendapat hadis dari…’ ’Aku mendengar beliau menyampaikan,..’ dst. Itu apa maksudnya?
Untuk memudahkan pemahaman, mari kita simak keterangan berikut,
Kalimat ”Kami mendapatkan hadis dari Abdullah bin Zubair… dst. hingga Umar bin Khatab.” dalam ilmu hadis disebut sanad sanad. Rantai nama orang yang menyampaikan matan hadis.
Jika kita ringkas, sanad hadis di atas adalah:
Abdullah bin Zubair al-Humaidi — Sufyan — Yahya bin Said al-Anshari — Muhammad bin Ibrahim at-Taimi — Alqamah bin Waqqash al-Laitsi — Umar bin Khatab berkhutbah.
Sementara kalimat ”Kami mendapatkan hadis dari…” ini membuktikan bahwa terjadi kesinambungan antara satu ulama ke ulama generasi bawahnya. Dengan kalimat ini, menunjukkan bahwa hadis itu betul-betul dia dengar langsung dari gurunya (ulama atasnya).
Sedangkan teks hadis: innamal a’malu bin niyat…dst. (Sesungguhnya sahnya amal itu dengan niat) disebut sebagai matan hadis.
Posisi Imam Bukhari sebagai perawi hadis. Sehingga kita menyebutnya, ’diriwayatkan Bukhari.’
Dan kitab shahih Bukhari sebagai kitab hadis yang dimaksud.
Mengenal Jami’us Shaghir
Kitab Jami’us Shaghir [arab: الجامع الصغير] nama lengkapnya Jami’us Shaghir fi Ahadits an-Nadzir wa al-Basyir [arab: الجامع الصغير في أحاديث النذير البشير]: Kumpulan kecil untuk hadis-hadis sang pemberi peringatan dan kabar gembira (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Berikut beberapa keteragan tentang kitab Jami’us Shaghir
Kitab Jami’us Shaghir ditulis oleh Jalaluddin as-Suyuthi, seorang ulama bermadzhab Syafiiyah dari Mesir yang wafat sekitar tahun 911 H.
Dalam bukunya ini, Imam as-Suyuthi mengumpulkan sekitar 10.000 hadis. Atau dengan angka lebih pasti, 10.031 hadis, berdasarkan penomoran dalam versi cetaknya.
Sebenarnya, Jami’us Shaghir adalah ringkasan dari kitab as-Suyuthi sebelumnya, yang berjudul Jam’ul Jawami’.
Beliau pilih hadis-hadis di Jam’ul Jawami’ dan beliau susun berdasarkan urutan huruf hijaiyah pada awal hadis. Sehingga memudahkan bagi pembaca untuk menemukan hadis dalam waktu cepat.
Beliau pilih hadis-hadis yang ringkas dan tidak banyak mencantumkan hadis tentang hukum.
Beliau juga menghidari hadis yang dalam sanadnya ada perawi pemalsu hadis atau pendusta, yang sendirian, menurut penilaian beliau. Namun beliau masukkan dalam kitabnya, hadis shahih, hasan, dan dhaif dengan berbagai macamnya.
(Mukadimah Jami’us Shaghir, as-Suyuthi).
Metode as-Suyuthi dalam Menulis Jami’us Shaghir
Metode yang diterapkan as-Suyuthi dalam membawakan hadis di Jami’us Shaghir,
Tidak mencantumkan sanad hadis, hingga nama sahabat-pun tidak beliau sebutkan.
Hanya menyebutkan matan hadis.
Setelah menyebutkan menyebutkan nama kitab hadis yang meriwayatkan hadis tersebut dengan KODE dan nama sahabat yang membawakan hadis ini.
Kemudian beliau menyebutkan KODE derajat hadis, apakah shahih shahih, ataukah dhaif.
(Ushul Takhrij, Dr. Mahmud Thahhan, hlm. 72 – 73).
Di mukadimah Jami’us Shaghir, Imam as-Suyuthi menyebutkan KODE huruf untuk nama kitab dan derajat hadis yang beliau gunakan dalam kitabnya. Berikut diantaranya,
Huruf [خ]: Shahih Bukhari
Huruf [م]: Shahih Muslim
Huruf [ق]: singkatan dari muttafaq ‘alaihi [arab: متفق عليه], artinya diriwayatkan Bukhari & Muslim
Huruf [د]: Sunan Abu Daud
Huruf [ت]: Sunan Turmudzi
Huruf [هـ]: Sunan Ibnu Majah
Huruf [حم]: Ahmad dalam Musnad
Huruf [ك]: Hakim dalam al-Mustadrak
Huruf [تخ]: Bukhari dalam kitab at-Tarikh. dst
Sementara status hadis, beliau sebutkan dengan 3 derajat: shahih, hasan, dan dhaif.
Huruf [صح]: hadis Shahih
Huruf [ح]: hadis Hasan
Huruf [ض]: hadis Dhaif
Sebagai contoh, as-Suyuthi menyebutkan satu hadis di no. 1035:
آيَةُ مَا بَيْنَنا وَبَيْنَ المُنافِقِينَ أنَّهُمْ لاَ يتضلعون من زمزم
(تخ هـ ك) عن ابن عباس (صح).
Matan hadis: ‘Ciri pembeda antara kita (orang beriman) dengan orang munafik: mereka tidak pernah merasa kenyang dengan zam-zam.’
Dari KODE as-Suyuthi, kita bisa membaca:
Hadis ini diriwayatkan Bukhari dalam at-Tarikh, Ibnu Majah dalam sunannya, dan Hakim dalam al-Mustadrak. Kode: [تخ هـ ك]
Dari sahabat Ibnu Abbas
Derajat hadis: shahih, kode: صح
Beberapa catatan tentang Jami’us Shaghir,
Para ulama hadis mengatakan, ada unsur terlalu longgar untuk penilaian as-Suyuthi terhadap derajat hadis. (Ushul at-Takhrij, Dr. Mahmud Thahan, hlm. 74)
Karena itu, al-Munawi dalam Syarh Jami’us Shaghir banyak memberikan catatan hadis dan penilaian yang berbeda dengan as-Suyuthi, disertai penjelasan mengapa beliau berbeda.
Disamping al-Munawi, ulama hadis kontemporer yang meneliti ulang penilaian as-Suyuthi terhadap hadis adalah Imam Muhammad nashiruddin al-Albani. Beliau meneliti status hadis di Jami’us Shaghir, dan membagi menjadi 2:
Shahih Jami’us Shaghir
Dhaif Jami’us Shaghir
Kitab ini juga disyarah oleh beberapa ulama, diantaranya:
At-Tanwir Syarh al-Jami’ as-Shaghir, karya as-Shan’ani
Faidhul Qodir Syarh al-Jami’ as-Shaghir, karya al-Munawi.
al-Jami’ as-Shaghir wa Syarhuhu an-Nafi’ al-Kabir, karya al-Laknawi.
at-Taisir bi Syarhi al-Jami’ as-Shaghir, karya al-Munawi. Kitab ini adalah ringkasan dari faidhul Qadir.
Demikian, Allahu a’lam.
Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)
Follow @wisbenbae
Post a Comment Blogger Facebook