Israel berusaha mencitrakan bahwa mereka tidak punya pilihan lain kecuali perang dengan Palestina
Jika Anda termasuk yang prihatin situasi warga Palestina di Gaza dan ingin membantu meringankan beban mereka, media sosial mungkin bisa menjadi alat yang murah - ketimbang berangkat sendiri ke Gaza - dan konkret untuk mewujudkan niat mulia Anda itu.
Ikut terjun ke perang media sosial antara Israel yang jauh lebih kuat melawan Hamas dengan kekuatan semenjana, menurut para pakar media sosial, bisa membantu rakyat Palestina untuk memenangkan simpati dan dukungan dunia, setidaknya di alam digital.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, serangan Israel ke Gaza, wilayah Palestina yang dikendalikan Hamas, 14 November lalu telah menciptakan rekor tersendiri. Untuk pertama kalinya perang dinyatakan via Twitter, ketika juru bicara angkatan bersenjata Israel (IDF) melalui akun Twitter resminya mengumumkan permulaan serangan udaranya ke Gaza.
"Perang Israel Palestina bukan hanya via udara, tetapi juga melebar ke digital, khususnya media sosial," tulis pakar media sosial, Nukman Luthfie, dalam akun Twitter-nya, Selasa siang (20/11).
Israel dengan akun Twitter @IDFSpokeperson menyerang Hamas dan berusaha mendulang simpati dari seluruh dunia. Sementara Hamas berusaha mengimbangi dengan akun Twitter @Alqassambrigade. Media sosial dijadikan alat propaganda baru yang lebih efektif dalam perang modern.
Tetapi menurut Nukman Israel rupanya lebih siap di era perang digital ini. Israel menurutnya telah sadar bahwa perang di era modern tidak hanya berlangsung di darat, udara, dan laut, tetapi juga di dunia maya.
"Sehingga Israel sudah mempersiapkan strategi dan senjata digitalnya," tulis Nukman lebih lanjut.
Israel, menurut Nukman, membentuk ekosistem, konten, dan komunitas sosial media yang terpadu untuk mendukung aksi militernya terhadap Gaza dan menyebarkan kampanye anti-Hamas.
"Semua platform social media resmi Israel untuk perang berisi propaganda dengan format infografik berbasis data yang kuat," tutur Nukman lebih lanjut.
Nukman mencontohkan website resmi IDF yang misalnya mempunyai widget yang menghitung secara real time jumlah roket yang telah ditembakan Hamas ke wilayah Israel. Di YouTube IDF mengunggah video korban-korban yang jatuh dari pihak Israel, dan di Facebook menampilkan grafik tentang jangkauan roket Hamas.
Tagar #Gazaunderattack
Menurut Nukman dengan kampanye di media sosial seperti Twitter, Israel berusaha mencitrakan bahwa mereka tidak punya pilihan lain kecuali perang dengan Palestina.
IDF kini punya hampir 200.000 follower di Twitter, sementara akun Twitter resmi Hamas, Allqassam Brigade, mempunyai tidak lebih dari 40.000 follower.
Pendapat senada juga disampaikan pendiri dan direktur lembaga riset media sosial Politicawave, Yose Rizal. Yose menyampaikan bahwa "Israel sudah menyiapkan strategi digital" yang dikomunikasikan melalui aset2 digitalnya, seperti Twitter, Facebook, Youtube, dan website.
"Komunikasi digital yang dilakukan oleh @IDFSPokeperson bertujuan untuk menjustifikasi invasi mereka ke jalur Gaza, sementara komunikasi dari @Alqassambrigade lebih menceritakan update kondisi yang terjadi," jelas Yose dalam emailnya Selasa malam.
Tetapi kampanye digital terpadu yang dilancarkan Israel, menurut Yose, tidak serta-merta menguntungkan Israel. Menurut dia banyak juga akun di dunia maya yang membantu perjuangan Palestina di dunia digital.
"Jadi percakapan dan sentimen yang terjadi lebih banyak membela perjuangan Palestina," tutur Yose.
Yose dan Nukman sepakat, bahwa salah cara konkret untuk membantu warga Palestina di Gaza adalah dengan ikut terlibat dalam "perang digital" melawan Israel.
"Mau meredam propaganda perang digital Israel? Tweet info-info terbaru agresi Israel dalam bahasa Inggris dengan tagar #gazaunderattack dan #gaza," tulis Nukman.
Meski demikian dia menganjurkan agar jika ingin me-retweet tentang agresi Israel maka harus mencari sumber terpercaya agar tidak "me-retweet sampah".
Sementara Yose menganjurkan jika ingin membantu perjuangan Palestina di dunia digital bisa dilakukan dengan memfollow akun @Alqassambrigade dan me-retweet informasi mereka, dengan beberapa tagar seperti #Gaza, #GazaUnderAttack, #Palestine, dan #IsraeliTerrorism.
"Dengan demikian pesan dan kondisi Gaza dapat viral secara cepat dan luas," terang Yose menutup penjelasannya.