Vandalisme bukan pecinta alam, tentu saja, jauh dari makna dan arti pecinta alam. Siapa yang mengakui dia adalah pecinta alam sejati jika vandalisme dia terapkan, hanya karena ingin namanya atau bakat seni mencoretnya dikenal orang banyak? Pekerjaan dan tingkah laku yang bodoh, vandalisme diterapkan di tengah alam, yang dari awal tujuannya mendaki gunung atau bergiat di alam bebas dengan membawa nama pecinta alam? Apa tujuan mereka datang dari jauh? Hanya ingin meninggalkan pesan bahwa mereka telah sampai di sebuah gunung?
Pasar Bubrah Merapi |
Lawu |
Sekali lagi, jadilah pecinta alam sejati, bila tidak bisa melakukan itu, buanglah simbol pecinta alam di jaket kalian, dan hapus makna pecinta alam selama ini dari pikiran. Dan jangan mendaki gunung! Vandalisme di pendakian adalah simbol matinya nurani. Cobalah kunjungi Lawu dari jalur Cemoro Sewu, coretan di shelter - shelter yang notabene bagus bangunannya, menjadi seolah merusak mata, hilanglah nurani.
Puncak Gunung Arjuno |
Sering kita jumpai dalam pendakian gunung, ada serombongan orang yang memakai jaket Pecinta Alam tetapi juga membawa seperangkat spidol untuk mencorat - coret di batu - batu tebing di lereng gunung. Sebaiknya sadarlah, anda datang dimana dan untuk siapa serta untuk apa? Pantaskah rumah megah alam di kotori?
Merbabu |
Itulah beberapa contoh Vandalisme di gunung. Dan itu masih ada hingga kini. Mungkinkah itu anda juga melakukannya? Renungkan, alam bukanlah hak kita untuk merusak dan mengotorinya. Nikmati dan kagumi keindahannya saja. Cukup.
Gambar di unggah dari Google
http://www.belantaraindonesia.org/2011/06/vandalisme-bukan-pecinta-alam.html
Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !
Post a Comment Blogger Facebook