Walaupun kasta simbah belum bisa disebut borju, tapi simbah diijinkan bertemu dan berkenalan dengan mereka yang sudah pantas disebut “juragan” dalam arti yang sesungguhnya. Mereka disebut juragan bukan lantaran diharapkan ‘ijo-ijo’ atau ‘cendolnya’, namun memang apa yang menempel pada diri mereka menyebabkan siapapun akan setuju menyebutnya sebagai juragan.Kalangan juragan ini tentu saja memiliki perilaku. Dan dimana-mana yang namanya perilaku selalu terbagi menjadi dua kutub. Yakni perilaku yang baik yang tidak nabyak-nabyak aturan, dan perilaku busuk yang pasti menebar efek racun bagi banyak orang.
Sebut saja Kang Pawiro Kampret, juragan Pasar Paingan yang juga merajai distribusi Mie Ayam ini adalah aktifis penenggak ciu nomer wahid yang tiada tanding dan tiada banding, karena memang belum pernah bertanding. Bau mulutnya tak lepas dari bau khas ciu. Bahkan kencingnya pun tak beda jauh dengan vodka oplosan yang dicampur lengo jlantah. Di saat dia merekrut anak buah buat menyalurkan produk Mie Ayamnya yang sudah kawentar itu, tidak mungkin dia mengambil pegawai yang rajin ngaji dan sholat ke mesjid. Mengapa? Dia tak ingin kebiasaan maboknya diganggu gugat oleh anak buahnya yang berbeda perilakunya. Lebih nyaman dia ambil pegawai yang juga pemabok yang bisa diajak bersama-sama masup dalam grup Pangunci (Paguyuban Ngunjuk Ciu). Kalo perlu bisa diajak melengkapi Molimo agar Lima Sempurna.Ditambah lagi semua pegawenya juga tahu, bahwa ayam dalam mie nya Kang Pawiro Kampret tidak 100% ayam.
Demi menekan biaya produksi, daging tikus wirokpun turut meramaikan gundukan daging mie tersebut. Dan demi menarik lidahnya konsumen tionghoa, dia masukkan minyak babi yang membuat tampil beda. Bahkan untuk operasional malam, grobag mienya menyediakan tambahan menu, “Ciu sak botole”. Pegawe yang rajin sholat dan ngaji gak bakalan betah kerja disitu. Dan konsumen yang terjaringpun juga segmen tertentu. Mbah Kaji Ngalim yang guru nahwu sorop itu gak bakalan mau pesen mie di grobagnya.Berbeda dengan Lik Karto Ngabidin yang juragan warteg. Dia adalah seorang religius sejati. Puluhan wartegnya yang tersebar di ibukota, tak membuat dia sekedar menjadi pengumpul harta. Beberapa Panti Asuhan dia dirikan, dan sebagian anak yatim didikannya menjadi karyawan wartegnya. Lik Karto Ngabidin hanya mau menerima daging yang bener sembelihannya untuk wartegnya. Titipan yang dia terima hanyalah yang halal saja. Gorengan semacem saren, kikil babi, sate jamu dan wadyabalanya dia tolak. Dijamin barang semodel itu tak akan ditemui di wartegnya. Otomatis konsumen yang mau mampir ke wartegnya juga segmen yang mau mencari makanan halal.
Itulah hakikinya permainan hidup di dunia. Masing-masing membentuk lingkaran rantainya sendiri. Lingkaran Rantai rejeki yang terbentuk di lingkungan Kang Pawiro Kampret adalah rantai rejeki haram, sesuai perilaku juragannya. Pegawai yang bekerja serta materi jualannyapun nabyak-nabyak aturan syariat. Yang bertahan mengais rejeki disanapun pastilah mereka yang tak pernah mempermasalahkan halal-haram. Yang mau berhubungan dengan segala uborampe bisnisnya Kang pawiro Kampret pastilah juga mereka yang nyaman dengan keharaman.
Berbeda dengan lingkaran rantai rejeki yang mengelilingi Lik Karto Ngabidin. Juragan religius ini hanya akan dikitari oleh pebisnis yang konsen dengan halal-haram. Pegawe yang betah kerja disitupun hanya pegawe yang perhatian dengan rambu syariat. Dan sudah pasti konsumen yang memburu produk Lik Karto adalah konsumen yang peduli dengan kehalalan produk. Dijamin rejeki yang berputar di sini adalah rejeki halal dan berkah.Oke, sekarang kita berhenti membahas Kang Pawiro Kampret dan Lik Karto Ngabidin. Bagaimana dengan diri sampeyan semua dan juga simbah? Jika sampeyan punya atasan yang sering menugasi buat nyogok, atau menyuruh membuat dokumen perjalanan palsu, atau membuat kwitansi palsu, atau membuat laporan dobel beda isi, masihkah anda yakin anda berada di lingkaran rantai rejeki yang pantas diberkahi..??? Atau anda berada di satu seksi yang berisi anggota-anggota yang sepakat ngglembuk berjamaah, atau mbolos jamaah, atau narik biaya siluman berjamaah, atau mbejat jamaah, masihkah anda yakin anda berada di pihak Lik Karto Ngaidin yang peduli halal..???
Sampeyan mungkin akan beralasan, “Mbah sekarang nyari kerja susah. Ya sudahlah, adanya ini. Kalo gak begini saya dipecat, jadi pengangguran, anak isteri saya makan apa? Mosok dikasih makan kerikil?” (Pertanyaan serupa ini pernah dijawab ringkes oleh guru simbah: “Ha nek doyan beneran..”)Padahal alasan itu tak pantas keluar jika sampeyan benar-benar ingin mencari lingkaran rantai rejeki yang berkah dan halal. Karena jika sampeyan adalah pribadi yang peduli terhadap kehalalan dan keberkahan rejeki, ketahuilah oleh sampeyan bahwa di luar sana terdapat puluhan, ratusan bahkan ribuan juragan yang pasti akan menemukan sampeyan jika sampeyan sekarakter dengan mereka.
Namun jika masih pesimis bahwa hanya yang haram, atau yang burem, atau yang abu-abu saja yang mungkin bisa sampeyan raih untuk rejeki sampeyan dan keluarga sampeyan, maka selamanya sampeyan akan berada di bawah juragan bejat dan membejatkan yang tak paham arti kehalalan dan keberkahan rejeki.Baguskan akhlak sampeyan, maka akan datang pada sampeyan sumber-sumber rejeki yang sepadan dengan kebagusan akhlak sampeyan. Derajat sampeyan akan dinaikkan oleh tangan-tangan berakhlak yang tahu menghargai akhlak. Namun jika sampeyan narimo dengan kemunafikan dan kepura-puraan yang terjadi di sekitar sampeyan, akan datang rejeki yang hanya akan menambah penyesalan sampeyan di akherat. Tak mengenyangkan, tidak berkah dan sebenarnya tak pantas buat menumbuhkan daging jika nantinya daging tersebut hanya menjadi santapan api jahanam. Tidak hanya daging sampeyan, tapi juga keluarga sampeyan.
Post a Comment Blogger Facebook