GuidePedia

0


"Kalau di daerah Jawa ada Ratu Roro Kidul, kalau di Kalimantan ada yang namanya Ratu Junjung Buih. Itu ada hubungannya dengan di sana. Selain itu, karena di sini daerah kesultanan, tentunya tidak terlepas dengan adat istiadat dan budaya," kata Gusti. 

Gusti mempersilakan tak masalah dengan pihak lain yang ragu adanya keterkaitan kejadian pesawat AirAsia QZ8501 ini dengan makhluk gaib misterius di Laut Karimata. Ia yakin adanya alam nyata dan alam gaib karena juga disampaikan dalam Surat Al-Baqarah. 

"Memang terkadang di sini cuaca cerah. Tapi, kita jangan mengandalkan kekuatan manusia. Manusia hanya berencana dan berusaha, tetapi tetap yang menentukan yang di sana (Tuhan)," ucap Gusti. 

Sejumlah tokoh adat dan paranormal setempat diundang untuk membantu proses pencarian pesawat naas tersebut. Kemudian, muncul cerita rakyat setempat tentang ratu penguasa laut tempat jatuhnya AirAsia QZ 8501 yang diduga menjadi salah satu penyebab mistis pesawat itu jatuh. 

salah satu tokoh adat Kalimantan, Gusti Kadran, berniat membantu proses pencarian AirAsia QZ 8501 yang jatuh di Selat Karimata dengan mendatangi Lanud Iskandar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Ceritanya, selat Karimata terkenal angker dan penuh misteri yang dipimpin oleh ratu penguasa laut itu bernama Ratu Junjung Buih. 

Letkol (Pnb) Jhonson Hendrico Simatupang mengatakan, pencarian pesawat AirAsia yang dilakukan tim gabungan ini mempertimbangkan seluruh aspek, termasuk keyakinan dan kearifan lokal. Karena itu, dirinya terbuka menerima kehadiran Gusti Kadran yang ingin membantu dengan cara berdoa di lanudnya. 

"Semua aspek dipertimbangkan. Namanya kita hidup di dunia ini, selain dunia nyata ini ada dunia lain. Tapi, Pak Gusti Kadran itu memang keturunan kesultanan di sini. Saya tanya Anda, apa Anda percaya tidak?" ujar Jhonson. 

Sementara itu, Pangeran Muasjidinsyah yang merupakan anak Sultan ke-XIII Kesultanan Kutaringin menyarankan, pihak BASARNAS selaku pimpinan pencarian untuk melibatkan masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di pesisir sekitar jatuhnya pesawat. 

Pangeran Muasjidinsyah yang dikenal dengan panggilan Ama tersebut juga menyarankan, agar tim pencari tidak melupakan adat istiadat yang ada di Kalimantan, seperti yang menggunakan ritual adat dalam setiap kegiatan di laut. 

Ia menegaskan, dirinya menginginkan operasi pencarian jenazah dan badan pesawat QZ8501 bisa berhasil. Namun, ia pun mengingatkan agar semua pihak tetap menjaga kearifan lokal. 

Bupati Kotawaringin Barat, Ujang Iskandar, juga mempercayai adanya 'penunggu' misterius di lokasi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. Karena itu, ia menyampaikan perlunya ritual larungan di titik pencarian untuk membantu menemukan jenazah dan body pesawat. 

"Di laut ada makhluk yang menjaga. Jadi mereka meminta ijin agar yang menjaga laut membantu menemukan badan pesawat Air Asia QZ8501," kata Ujang. 

Ujang selaku bupati mengaku telah meminta kepada kelompok nelayan tradisional yang berasal dari pesisir Teluk Kumai untuk membantu proses pencarian. Direncanakan, 15 nelayan tradisional dengan tiga perahu nelayan ukuran besar yang bisa menahan laju gelombang laut akan ke titik pencarian . 

Mereka akan melakukan pencarian korban dan badan pesawat dengan melakukan ritual larungan terlebih dahulu. 

"Mereka bukan orang biasa. Bahkan biasa menyelam di kedalaman 50 meter. Mereka sering menimbulkan kapal besar yang tenggelam. Saya meyakini mereka untuk bisa menemukan badan pesawat," ujarnya. 

Menurutnya, ritual larungan dilakukan nelayan atau warga sebelum melakukan penyelaman. 

Poetri Djoendjoeng Boewih adalah seorang Raja Puteri dari Kerajaan Negara Dipa menurut Hikayat Banjar. Puteri ini berasal dari unsur etnis pribumi Kalimantan. Kerajaan-kerajaan di Kalimantan biasanya mengaku sebagai keturunan dari puteri pribumi ini. Menurut mitologi rakyat pesisir Kalimantan seorang raja haruslah keturunan raja puteri ini sehingga raja-raja Kalimantan mengaku sebagai keturunan Puteri Junjung Buih. Dalam tradisi Kerajaan Kutai, Putri Junjung Buih/Putri Junjung Buyah merupakan isteri kedua dari Aji Batara Agung Dewa Sakti Raja Kutai Kartanegara ke-1. 

Gusti Kadran Pria yang mengaku masih keturunan ke-13 kesultanan Kotawaringin itu datang ke Pangkalan Bun menyamakan sosok Ratu Junjung Buih seperti Nyi Roro Kidul yang diyakini sebagai penguasa laut selatan di Jawa. 

Terlepas dari benar atau tidaknya cerita ini, ternyata nama Junjung Buih pernah menjadi nama sebuah plaza era tahun 1990-an di Banjarmasin, setelah kerusuhan 1998 bangunan itu lenyap dan berganti-ganti nama menjadi Hotel Harum, dan kini berubah nama lagi. 

Konon kisahnya, Junjung Buih disebut sebagai istri Pangeran Suryanata. Dia adalah putri raja pertama di Kalimantan buah hasil pertapaannya di Candi Agung, dan ditemukan dari tumpukan buih di sungai. Berkisah dulu kerajaan Amuntai di Kalimantan dipimpin oleh dua bersaudara, yaitu Padmaraga sebagai Raja Tua dan Sukmaraga disebut Raja Muda. 

Keduanya tidak memiliki anak, akhirnya bertapa. Kemudian, Raja Muda mendapat anak kembar. Kabar tersebut didengar Raja Tua pun berdoa di Candi Agung juga. Dalam perjalanannya, dia melihat anak bayi terapung di sungai dan hendak diambil sebagai anak asuh. Anehnya, bayi itu dapat bicara pada Datuk Pujung yang berusaha mengambil bayi itu di sungai. 

Bayi itu dapat diambil dengan syarat, yakni Raja Tua menyediakan selembar kain dan selimut yang selesai ditenun dalam waktu setengah hari. Bayi perempuan tersebut juga meminta agar dijemput oleh 40 wanita cantik. Akhirnya, Raja Tua pun segera memerintahkan kepada bawahannya untuk mencarikan 40 wanita cantik dan mengadakan sayembara untuk menenun kain dan selimut dalam waktu setengah hari. 

Sayang, walaupun banyak penenun mengikuti sayembara itu tidak dapat menyelesaikan dalam waktu setengah hari. Hingga datang seorang wanita, Ratu Kuripan, yang mampu menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang ditentukan dengan hasil yang mengagumkan. 

Bayi itu diangkat menjadi anak Raja Tua dan diberi nama Junjung Buih. Semua ilmu yang dimiliki Ratu Kuripan diberikan kepada ratu Junjung Buih yang membuatnya cerdas dan menjadi panutan rakyat Amuntai karena Ratu Kuripan menjadi pengasuhnya. Putri Junjung Buih menikah dengan pangeran dari Majapahit, yaitu Suryanata. Dan memberikan keturunan-keturunan yang berkuasa di Kalimantan. 

Diyakini oleh Gusti, Junjung Buih menjadi penguasa di Selat Karimata. Menurut penerawangan Gusti Kadran, aura mistis masih sangat terasa kuat di perairan itu, sehingga dia mengatakan tidak akan berhasil evakuasi jika hanya mengandalkan kemampuan manusia dan peralatan canggih.


Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top