Diablo rojo merupakan bus sekolah bekas yang didatangkan dari Amerika Serikat. Di Panama, badan bus ini kemudian digambar dengan bermacam lukisan dengan warna yang menarik. (TAUFIK UIEKS)
Di salah satu mal terbesar di Panama ini saya bisa melihat kehidupan masyarakat Panama yang sangat beragam.
Ciudad de Panama atau Panama City merupakan kota terbesar sekaligus ibu kota Republica de Panama yang terletak tepat di mulut Samudra Pasifik dan konon merupakan salah satu kota yang paling awal didirikan sebagai koloni Spanyol di awal abad ke-16.
Di kota yang dipenuhi gedung jangkung dan sekaligus dikelilingi oleh hutan tropis inilah saya memulai pengembaraan di salah satu republik yang terletak di Amerika Tengah ini. Dan tentu saja yang menarik adalah suka-duka berkeliling kota dengan kendaraan umum, baik taksi, metro bus, dan kereta api bawah tanah yang disebut metro. Metro de Panama merupakan sistem angkutan massal yang pertama di kawasan Amerika Tengah dan baru mulai dioperasikan di awal tahun 2014 ini.
Kisahnya dimulai dari Albrook, yaitu sebuah nama yang bisa diartikan sebagai nama sebuah lapangan terbang, sebuah mal besar, sebuah terminal bus dan juga sebuah stasiun metro. Di Ciudad de Panama ini, bakan hampir semua rute bus pun berawal dan berakhir di Albrook ini. Dari hotel yang terletak di Kawasan Ciudad de Saber yang tidak jauh dari Terusan Panama, saya berangkat diantar oleh shuttle bus, diturunkan di mal Albrook dan pulangnya harus sendiri, sementara hari sudah mulai gelap.
Di salah satu mal terbesar di Panama ini saya bisa melihat kehidupan masyarakat Panama yang sangat beragam. Berbagai etnis ada di sini, dan kadang-kadang ada juga suku Indian yang masih memakai pakaian tradisional yang warnanya sangat menawan. Namun yang menyatukan mereka adalah bahasa Spanyol sehingga mau tidak mau kita pun harus berinteraksi dalam bahasa Spanyol.
(Taufik Uieks/Kompasiana via kompas.com)
Post a Comment Blogger Facebook