Hizbut Tahrir adalah organisasi yang turut mewarnai perjalanan hidup saya. Interaksi saya dengan organisasi yang berasal dari Palestina ini terjadi pada pertengahan tahun 2006. Saya mengenalnya lewat Ustadz Erick Erdian, Ustadz Yayan Rukmana melalui Gema Pembebasan yang dulu di bawah almarhum Toto Samardi. September 2006, saya mulai mengkajinya. Tahun 2007-an, saya temukan buku Gerakan Keagamaan dan Pemikiran terbitan al-I’tishom, salah satunya ada bab yang membahas Hizbut Tahrir. Dalam buku tersebut dinyatakan Hizbut Tahrir membolehkan anggotanya untuk berciuman dengan bukan mahramnya. Hal yang hingga kini belum bisa saya buktikan sama sekali. Tarulah ada aktivis Hizbut Tahrir yang melakukannya, tentu akan dikenakan sanksi tegas dalam berupa pemecatan.
Terkait interaksi antara ikhwan dan akhwat saja, Hizbut tahrir sangat berhati-hati. Oleh karena itu, prinsip Islam yang memisahkan interaksi pria dan wanita dan hanya boleh berkomunikasi bila ada keperluan yang dibenarkan syariat islam. Untuk itu pula, Hizbut Tahrir juga memberikan kewenangan tersendiri bagi perempuan, dalam organisasi Muslimah HTI. Pernah saya dapati status facebook seseorang yang mengaku sebagai mantan aktivis HTI, dia mengatakan kalau Hizbut Tahrir sudah terinfiltrasi Syiah. Padahal nyatanya hingga kini, kalangan Hizbut Tahrir adalah berpedoman pada Sunni. Seluruh buku pedoman hizbut tahrir pun merujuk pada kitab-kitab turats karangan ulama Sunni, bahkan dalam kitab Syakshiyyah Islamiyyah pun Taqiyuddin An-nabhani menjelaskan secara lugas tentang paham dan aqidah Syiah. Apalagi selama ini, tidak ada sedikit pun HT mengambil fiqh ibadah Syiah, baik hari Karbala atau beberapa hal lainnya yang terkait dengan Syiah. Bahkan, kalau seorang aktivis HT itu adalah Syiah, lama-lama pun ia tidak akan bertahan lama untuk berada di organisasi dakwah ini.
Satu lagi soal syiah, ushul fiqh versi Hizbut tahrir beda dengan Syiah di banyak hal. Misal sumber hukum Islam salah satunya adalah ijma' sahabat, yang sangat tak mungkin kalangan Syiah setuju, karena Syiah yang jelas kesesatannya atau yang samar sesatnya sangat membenci sahabat Nabi.
Kemudian Hizbut Tahrir tidak melakukan pentakfiran kepada sejumlah gerakan dakwah yang tak setuju dengan pemikirannya. Hizbut Tahrir pun tak pernah berselisih besar dalam perkara khilafiyah di kalangan ulama, apalagi terkait ibadah. Oleh karena itu, siapa pun yang berinteraksi dengan Hizbut Tahrir, ia akan menemukan syabab yang juga NU, yang juga Persis, Muhammadiyah atau lainnya. Selama tidak ada penyimpangan dalam ibadah dan aqidah, seperti halnya Ahmadiyyah dan LDII.
Kalau ada yang menuduh, Hizbut Tahrir itu organisasi yang melakukan kekerasan, hingga hari ini pun, tidak ada satupun penjelasan di dalam organisasi ini membolehkan menggunakan kekerasan dalam menyampaikan pendapatnya. Sehingga siapa pun yang berkenalan dengan syabab HT, tidak lain akan bertemu pada ranah diskusi, tanya jawab dan aksi yang aman. Sehingga, tuduhan sebagai gerakan terorisme itu tidaklah benar.
Seiring pengajian saya yang mendalam, serangan demi serangan begitu kental terhadap organisasi ini. Ada yang sampai bilang kepada saya, bahwa HTI itu aqidahnya sesat. Mana mungkin sebuah organisasi yang bertujuan menegakkan Islam secara kaffah menyimpang secara aqidah. Bahkan Hizbut Tahrir sangat berhati-hati mengambil segala sesuatu yang terkait aqidah, agar terjaganya aktivisnya dari TBC (takhayul, bid'ah, dan churafat).
Hingga tulisan ini terbit, hampir sembilan tahun berinteraksi dengan Hizbut Tahrir, Alhamdulillah, HT tetaplah ahlus-sunnah wal jamaah. Sebagaimana prinsip-prinsip yang diyakini oleh sebagian besar Islam sunni. Jadi bila mau mengkaji bersama HT Indonesia, silakan hubungi hizbut-tahrir.or.id/gabung atau datang ke kantor-kantor atau aktivis HT terdekat.
Rizqi Awal El-Palembani
Alumnus Universitas Padjadjaran, Bandung
Post a Comment Blogger Facebook