GuidePedia

1

Jakarta –Jangan terlampau melecehkan pelacur—yang kini untungnya telah mendapatkan euphimisasi menjadi PSK. Bung karno pernah merekrut PSK untuk kepentingan perjuangan bangsa.

Kepada penulis otobiografinya, Cindy Adams, Bung Karno berkisah, bagaimana setelah mendirikan Partai Nasional Indonesia ia segera merekrut para PSK menjadi anggota.


Dalam catatan Bung Karno tak kurang dari 670 PSK berbondong-bondong menjadi anggota PNI. Oleh Bung Karno mereka dipuji sebagai para loyalis sejati, yang mau menjalankan perintah Bung Karno untuk kepentingan pergerakan.

Keputusan kontroversial Bung Karno itu bukan tanpa penentangan. Ia bahkan sempat bertengkar hebat dengan Ali Sastroamidjojo—pernah menjadi perdana menteri RI ke-8.

“Itu sangat memalukan!” Ali memprotes. “Kita merendahkan nama dan tujuan kita dengan memakai perempuan sundal,” Ali mengecam.

“Kenapa?” sergah Bung Karno. “Mereka bisa jadi revolusioner terbaik. Saya tidak mengerti pendirian Bung Ali yang sempit.”

“Ini melanggar susila.”

“Apakah Bung Ali pernah menanyakan alasan mengapa saya mengumpulkan 670 orang perempuan lacur?” tanya Bung Karno. “Karena saya menyadari, saya tidak akan dapat maju tanpa suatu kekuatan. Saya memerlukan tenaga manusia, sekalipun tenaga perempuan. Bagi saya persoalannya bukan bermoral atau tidak bermoral. Tenaga yang ampuh, itulah satu-satunya yang kuperlukan.”

Bung Karno melihat pekerjaan yang dilakukan para PSK itu amatlah penting. Bung Karno menjadikan mereka mata-mata, intel, laiknya intel wanita paling ngetop dalam sejarah, wanita kelahiran Jawa, Matahari.

Sukarno juga mengajukan argumen lain. Ia menunjuk Madame de Pompadour, sebagai contoh. Wanita yang awalnya tak lebih dari seorang pelacur itu kemudian terbukti mampu memainkan peran politik penting, bahkan menjadi salah satu selir Raja Louis XV, antara tahun 1745 – 1750. 

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top