GuidePedia

0



Dua kali ikut bertarung dalam pemilihan presiden tak membuat Letjen (Purn) Prabowo Subianto kapok. Dengan mengantongi 14.760.371 suara, setara dengan 73 kursi di DPR, ia yang diraih di 29 provinsi atau nomor tiga ia merasa percaya diri maju bertarung. Dengan mengandeng Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa, Prabowo bakal bertarung dengan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang diusung PDI Perjuangan dan empat partai lainnya.



Prabowo memang nama yang tak asing di telinga kita. Saat menjabat sebagai tentara, sejumlah dugaan tak sedap muncul. Ia pernah terlibat kasus penculikan sejumlah aktivis yang buntutnya membuat ia dicopot dari dinas kemiliteran.

Seperti apa rekam jejak Prabowo? Lanjut Bawah boi...

1. Keluarga



Prabowo Subianto berasal dari keluarga ilmuwan. Kakeknya, Margono Djojohadikusumo, merupakan pendiri Bank Negara Indonesia, pemimpin pertama Dewan Pertimbangan Agung Sementara, dan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, seorang begawan ekonomi. Pernah juga dipercaya Soeharto menjadi Menteri Riset dan Teknologi.

Prabowo yang lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951 banyak menghabiskan masa kecilnya di luar negeri. Anak ketiga dari empat bersaudara ini menyelesaikan pendidikan dasar dalam waktu 3 tahun di Victoria Institution, Kuala Lumpur, Sekolah Menengah di Zurich International School, Zurich, pada 1963-1964, dan SMA di American School, London pada kurun waktu 1964-1967.

2. Masuk AKABRI



Di sinilah karir militernya dimulai. Selepas SMA, ia langsung masuk ke Akademi Angkatan Bersenjata di Magelang pada 1970 dan lulus pada 1974.

Selepas dari AKABRI, karir Prabowo di dunia militer terus melejit. Tercatat, pada 1976 ia pernah menjadi Komandan Pleton Para Komando Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) dan ditugaskan sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur.

Pada 1978, Prabowo memimpin pasukan Den 28 Kopassus yang ditugaskan untuk membunuh pendiri dan Wakil Ketua Fretilin, Nicolau dos Reis Lobato.

Pada 1983, Prabowo dipercaya menjadi Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teroris (Gultor) Komando Pasukan Khusus TNI AD.
3. Menikah dengan Anak Soeharto



Dalam buku 'Jejak Perlawanan Begawan Pejuang-Sumitro Djojohadikusumo' (2000), Sumitro mengungkap benih-benih cinta antara anaknya dengan Titiek Soeharto.

Titiek sebenarnya bukanlah kisah cinta pertama. Prabowo muda dikenal 'playboy'. Sebelum menjalin cinta dengan Titiek, ia pernah menjalin hubungan serius dengan seorang gadis Yogya. Sayang hubungan itu putus di tengah jalan lantaran Prabowo sibuk menjalankan tutasnya sebagai tentara.

Tak hanya itu, Prabowo juga pernah memiliki beberapa teman wanita lain. Namun rupanya tak mendapat respons bagus dari keluarganya.

Sampai suatu hari, Prabowo meminta izin kepada Sumitro jika ia hendak memperkenalkan seorang teman wanita. Saat ditanya siapa wanita itu? Prabowo hanya menjawab, pacarnya itu salah satu murid ayahnya.

Belakangan Sumtro mengetahui bahwa murid yang dimaksud anaknya itu adalah salah satu putri Presiden Soeharto. Sumitro pun bilang ke Prabowo. 'Kalau kali ini

kamu tidak serius, payah deh kamu,' kata Sumitro.

Setelah itu, Prabowo menggadang-gadang Titiek ke neneknya. Prabowo masih tidak membuka identitas Titiek. Sang nenek juga masig mengira Titiek itu pacar Prabowo asal Yogya yang mondok di kawasan Menteng.

Sang nenek baru tahu identitas Titiek justru dari saudara Prabowo. Sang nenek kaget.

Sampai kemudian pada suatu upacara di Istana Negara, Ibu Tien mendekati Sumitro dan berbisik soal kedekatan Prabowo dan Titiek. Tak berapa lama setelah itu datang Tjoa Hok Sui, kepercayaan Probosutedjo, dan berkata hal yang sama bahkan mendorong Sumitro agar segera meresmikan hubungan Prabowo dan Titiek.

Setelah menanyai keseriusan Prabowo, akhirnya datang melamar Titiek. Pacaran yang dijalaninya selama dua tahun itu akhirnya berakhir di pelaminan pada Mei 1983. Dari perkimpoiannya itu, Prabowo-Titiek dikarunia seorang anak.

Namun pasca reformasi, biduk rumah tangga mereka retak dan mereka bercerai.

4. Menjadi Danjen Kopassus



Pada tahun 1983, Prabowo dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Setelah menyelesaikan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggungjawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara.

Pada tahun 1995, ia tercatat menjabatan Komandan Komando Pasukan Khusus.

Pada tahun 1996, Komandan Kopassus Prabowo Subianto memimpin operasi pembebasan sandera Mapenduma. Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspedisi Lorentz '95 yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). 5 orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan 7 sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda dan Jerman.

Tak lama setelah itu, ia diangkat menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus.

Saat menjabat Danjen Kopassus, Prabowo memprakarsai pendakian Gunung Everest. Tim yang terdiri Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi dunia setelah mendaki melalui jalur selatan Nepal.

5. Diangkat menjadi Pangkostrad



Dua tahun (1998) menjabat Komandan Jenderal Kopassus, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. Usianya terbilang muda, 47 tahun, saat ia menjabat institusi ini. Ini adalah jabatan strategis di Angkatan Darat.

Tahun itu, kondisi sosial politik tanah air sedang mendidih. Demonstrasi menuntut Soeharto mundur merebak dimana-mana.

Di Jakarta, aksi gelombang massa secara terus menerus dilakukan. Sejumlah aktivis dan kaum intelektual turun jalan. Mereka mengepung dan menduduki sejumlah lembaga strategis seperti gedung MPR/DPR.

Puncaknya, 21 Mei 1998, Soeharto mundur sebagai presiden dan digantikan Wakilnya, BJ. Habibie. Situasi Jakarta mencekam.

6. Menculik Aktivis



Kabar tak sedap mulai mencuat saat ia baru menjabat sebagai Pangkostrad. Ia memerintahkan pasukan di bawahnya untuk menculik sejumlah aktivis yang saat itu kerap mengkritik pemerintahan Orde Baru.

Tak hanya itu, saat peralihan pemerintahan dari Soeharto ke Habibie, kabar tak sedap kembali muncul. Menurut Habibie, pada 22 Mei 1998 di Istana Merdeka, dirinya mendapati Panglima ABRI Jenderal Wiranto yang ingin bertemu dengannya. Waktu itu, Habibie ingin mengumumkan kabinetnya sehari setelah diangkat menggantikan Soeharto.

Saat bertemu, kata Habibie, Wiranto menjelaskan ada gerakan pasukan Kostrad dari berbagai daerah masuk ke Jakarta tanpa sepengetahuannya. Beberapa pesawat militer yang mengangkut prajurit Kostrad terdeteksi menuju bandara. Hal itu dianggap Wiranto berbahaya karena di luar komando resmi.

Mendapati itu, Habibie segera memerintahkan Wiranto untuk mencopot Prabowo sebelum matahari terbenam.

7. Diberhentikan dari Militer



Meniti karier di militer selama 24 tahun, saat menduduki posisi puncak, dia sempat dituduh melakukan kudeta hingga memimpin operasi penculikan aktivis.

Untuk membuktikan tudingan itu, Panglima ABRI, Jenderal Wiranto pada 3 Agustus 1998 membentuk Dewan Kehormatan Perwira. Dewan Kehormatan Perwira ini dibentuk untuk menyelidiki kasus penculikan aktivis dan kekerasan Mei 1998.

Dewan Kehormatan Perwira dipimpin oleh KSAD Jenderal TNI Subagyo HS dengan anggota pada waktu itu diantaranya Kassospol ABRI Letjen TNI Soesilo Bambang Yudhoyono dan Gubernur Lemhanas Letjen TNI Agum Gumelar.

Pada 24 Agustus 1998, DKP mengeluarkan hasil penyelidikannya. Mereka memberhentikan Letjen Prabowo Subianto dari dinas aktif militer dan memberhentikan Mayjen Muchdi Purwopranjono sebagai Danjen Kopassus.
8. Hijarah ke Yordania



Tak lama setelah diberhentikan dari dinas militer, ia hijrah ke Yordania dan beberapa negera Eropa. Ia menekuni dunia bisnis, mengikuti adiknya Hashim Djojohadikusumo yang pengusaha minyak. Kenapa Yordania? karena Raja Yordania Abdullah II itu sahabat kental Prabowo. Raja Abdullah II dan Prabowo adalah kawan lama semenjak mereka masih menjadi perwira tentara di negaranya masing-masing. Bahkan keduanya sama-sama alumni Fort Banning, lembaga Pendidikan Militer Amerika yang mencetak pasukan khusus.

9. Terjun ke Politik, Ikut Konvensi



Lama bermukim di Yordania, tiba-tiba ia muncul lagi di tanah air. Saat itu, Indonesia sedang mau menggelar Pemilu 2004.

Ia pun mencoba peruntungan dengan mengikuti konvensi calon presiden yang digelar Partai Golkar. Namun, langkahnya ini tak mulus. Ia tak terpilih menjadi calon presiden yang diusung Partai Golkar.
10. Mendirikan Partai



Bersama adiknya Hashim Djojohadikusumo, mantan aktivis mahasiswa Fadli Zon, dan mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Bidang Penggalangan Muchdi Purwoprandjono serta sederetan nama lainnya, Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya atau Partai Gerindra pada 6 Februari 2008. Di partai itu, ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat (DPP).

Tujuan pendirian partai ini tak lain adalah untuk kendaraan Prabowo menggapai cita-citanya untuk menjadi presiden.

11. Ikut Bertarung di Pilpres Bersama Megawati



Perolehan suara Partai Gerindra yang kurang begitu membanggakan membuat partai ini tak bisa mengusung Prabowo menjadi presiden. Terpaksa mereka harus berkoalisi. Partai ini pun kemudian membangun koalisi dengan PDI Perjuangan, dimana Megawati menjadi calon presiden dan Prabowo menjadi calon wakil presiden. Namun pasangan ini kalah dengan pasangan SBY-Boediono.

12. Mencalonkan menjadi Presiden


Seakan tak kapok kalah seperti pada pencalonannya dua periode lalu, kali ini ia mencalonkan diri kembali menjadi presiden dengan berpasangan dengan Hatta Rajasa. Pasangan ini bakal bertarung dengan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pilpres, 9 Juli nanti.

Dan mungkin ini menjadi pertaruhan terakhir Prabowo dikancah pemilihan presiden. 

Post a Comment Blogger

Beli yuk ?

 
Top