BILA dibanding dengan Kepala SD, elektabilitas Saidi, 46, sebagai tukang ojek jelas sangat anjlog. Karenanya istrinya, Rahmini, tega mengkhianati untuk berkencan di hotel bersama Ridwan, 52, yang jadi Kepala SD. Untung polisi berhasil menengahi, sehingga Ridwan dan Saidi tidak perlu sampai berantem.
Meski tanpa disurvei lembaga survei sekalipun, sudah jelas ketahuan bahwa elektabilitas pengojek sangat anjlog bila dibanding dengan Kepala SD. Apa lagi Kepala SD sekarang asalkan sudah S-1 akan dapat tunjangan sertifikasi yang nilainya sebulan bisa Rp 2-3 juta, di luar gaji. Sedangkan pengojek, sama sekali tak ada tunjangan sertifikasi. Kalau ada paling-paling malah “tunjang montor” ketika ngebut di jalan raya.
Bu guru Rahmini belakangan ini dihadapkan pada dua pilihan yang sulit. Suaminya yang hanya tukang ojek, Saidi memang tak bisa memberikan nafkah yang memadai. Tapi bagaimana lagi, meski tidak seberapa itu sangat membantu penghasilannya sebagai guru MI (Madrasah Ibtidaiyah). Yang jelas mereka sudah punya rumah sendiri, tak sampai ngontrak-ngontrak di rumah petak.
Dalam pada itu, Rahmini punya rekan seprofesi, Pak Ridwan yang menjadi Kepala SD Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo (Jatim). Dia sudah lama mengajak berkoalisi, meski di rumah sudah punya istri dan sejumlah anak. Meski sebenarnya elektabilitasnya lumayan, tapi karena sudah sama-sama punya keluarga, Rahmini tak mau menanggapi ajakan gila itu.
Tapi Ridwan orangnya memang ngototan, jika sudah punya mau harus kesampaian. Dia terus mengadakan lobi-lobi politik, sehingga akhirnya bu guru MI ini bertekuk lutut dan berbuka paha juga. Keduanya pun lalu berkoalisi ranjang di hotel, tanpa pakai hitung-hitungan kursi segala. Yang penting keduanya sama-sama puas.
Perselingkuhan guru MI dan Kepala SD ini akhirnya tercium oleh Saidi selaku suami Rahmini. Tak mau rumahtangganya diacak-acak pihak lain, Saidi segera mendatangi rumah Ridwan. Di depan istrinya dia berkisah bagaimana kelakuan Kepala SD itu ketika mengganggu bini orang. “Tolong Bu, suamimu diawasi, jangan mengganggu bini orang lagi,” begitu pesan Saidi.
Tapi Ridwan rupanya sudah bebal. Meski sampai dilabrak ke rumah segala, kagak ngaruh. Koalisi dan eksekusi terus dilanjutkan. Seperti yang terjadi beberapa hari lalu, perempuan warga Lingkungan Kota Timur, Desa/Kecamatan Besuki itu kembali diajak hotel lain, tepatnya Hotel Wisata Indah (WI), yang berlokasi di Desa Panji Lor, Kecamatan Panji. Kembali keduanya bertempur antara hidup dan mati.
Mereka lupa bahwa gerak-geriknya sudah dikuntit oleh Saidi. Tapi karena tak mau ribut di hotel, si tukang ojek ini hanya menunggu di pintu keluar hotel sambil pegang pentungan. Maksudnya, begitu Ridwan muncul akan langsung digebuk. Tapi ulahnya dicurigai oleh polisi yang sedang patroli. Ada apa siang-siang bawa pentungan ke hotel? “Nggak Pak, saya cuma mau gebuk lelaki yang demeni istri saya,” kata Saidi meniru gaya Pak Harto.
Tentu saja polisi kaget, dan minta ditunjukkan kamar yang dipakai mesum itu. Hampir saja polisi gagal, karena ternyata Ridwan – Rahmini pakai identitas lain. Tapi setelah penggerebekan berhasil dilaksanakan, keduanya ditemukan dalam kondisi bugil. Mereka segera digelandang ke Polsek Panji berikut sprei sebagai barang bukti.
Kepala SD, isi kepalanya mesum melulu. (Gunarso TS)
Follow @wisbenbae
Post a Comment Blogger Facebook